Sebelum memulai kisah ini, aku spill dulu lewat video berikut 👇
Itu rumah asli yang akan aku ceritakan di thread ini. Gak begitu jelas karena aku mengambil potret rumah itu saat malam hari. Banyak aku kasih filter, demi menjaga privacy ahli waris.
Sudah 2 tahun ini, rumah itu kosong. Kebetulan setiap berangkat dan pulang kerja aku selalu lewat depan rumah itu. Spanduknya pun sebagian sudah mulai robek karena cuaca, meski pada kenyataannya belum ada pembeli satupun datang sekedar untuk melihatnya saja.
Rumah itu tergolong permanen, cukup kokoh dan nyaman untuk di jadikan rumah tinggal. Tetangga saling berdekatan disisi kiri dan kanan. Sedangkan depan rumah, adalah jalan alternatif yang dapat diakses untuk kemana saja.
Mau ke pasar, swalayan, rumah sakit atau pun berbagai pusat layanan cukup mudah menjangkaunya. Jalan beraspal tanpa jeglongan....tapi siapa yang mengira, rumah kosong itu ternyata menyimpan banyak kisah kelam sang pemilik.
Aku tidak akan menyebutkan dimana lokasi rumah itu, yang jelas tidak jauh dari sini, dari pembaca.
Rumah bergaya minimalis modern, milik seorang pensiunan dosen. Dosen di universitas mana? Aku juga tidak akan sebutkan...
Disini aku hanya akan mengisahkan kepedihan yang dialaminya hingga menjelang akhir hayatnya. Beliau berkontak batin denganku, dan menceritakan bagaimana kehidupannya dulu. Jadi untuk nama tokoh, dan tempat akan aku samarkan saja.
Sebelum memulai cerita ini, mari kita kirim doa untuk beliau sebentar saja...alfatihah, semoga tenang di sana....
"Bu? Semoga tenang disana, sudah ikhlaskan saja, hanya dengan cara mengikhlaskan ibu akan tenang di alam sana..." Doaku dalam hati.
Sewaktu memotret rumah itu beberapa waktu lalu, menjadi suatu kebetulan yang membuatku jadi tahu jika ternyata sang pemilik masih belum tenang.
"Cekreeek....cekreeek"
Terdengar suara jepretan kamera handponeku.
Kala itu aku sedang singgah di sebuah warung, entah kenapa ingin sekali rasanya memotret rumah kosong itu. Saat jepretan kedua itulah, aku merasakan energi lain yang datang mendekat....
Rasanya sedih, ingin menangis dan tubuhku terasa berat sekali. Berkali- kali aku menggaruk tangan dan kaki, tapi rasanya kebas terutama di bagian punggung. Kurang lebih 1 detik aku ada di kondisi aneh itu.
"terima kasih kamu mau datang kesini" suara berat seorang perempuan mengiang di telingaku.
"Hah?! Siapa itu...." Aku masih berdiri terpaku, mataku terus memicing ke kanan dan kiri tapi tidak ada siapapun.
"kamu siiapa!! Jangan ganggu aku deh!" Aku beranikan diri bicara pada suara tanpa rupa itu.
"Saya tidak akan mengganggu...terima kasih sudah datang kemari" masih dengan jawaban yang sama hanya saja dipertegas dengan kata tidak akan mengganggu itu, aku jadi luluh.
Sebelumnya, aku ceritakan dulu kenapa rumah itu kosong? Sekitar 2 tahun lalu seorang wanita paruh baya di temukan meninggal dunia di ruang tamu rumahnya. Baru ketahuan setelah 3 hari...karena bau yang kian menyengat.
Tetangga sebelah kiri dan kanannya mengira bau itu adalah bangkai tikus jadi tidak menaruh curiga sedikitpun. Sedangkan Asisten rumah tangga yang biasa datang setiap 3 hari sekali mengira si pemilik sedang keluar kota. Jadi sama sekali tidak ada yang mengira..
Namun kejanggalan mulai terkuak, saat tetangga sebelah rumahnya mencium bau busuk yang berasal dari rumah itu. Karena si pemilik, sudah hampir 2 hari tidak terlihat keluar rumah. Tidak ada aktifitas sama sekali, biasanya saat pagi beliau menyapu di depan teras.
Lampu di dalam dan luar rumah pun dibiarkan menyala padahal waktu itu sudah pagi. Saat itu tetangga hanya mengira si pemilik sedang berkunjung ke rumah anaknya, tapi kapan?
Akhirnya ditunggu agak siang, apabila masih tidak ada tanda beliau keluar rumah. Tetangga- tetangga sepakat bertandang ke rumahnya. Sekitar pukul 11 siang, ada 2 orang warga yang datang ke rumah itu. Anehnya pintu terkunci dari dalam, andai beliau sedang keluar kota otomatis..
pintu akan terkunci dari luar. Berkali- kali mereka mengetuk pintu, namun tak kunjung dibuka. Akhirnya salah seorang warga inisyatif mengintip dari lubang ventilasi yang ada diatas kusen pintu. Dan apa yang dilihatnya waktu itu? Sesosok tubuh manusia yang sudah membusuk....
Ya! Bu ina ditemukan meninggal dunia di dalam rumahnya. Kondisinya sungguh memprihatinkan, sekujur tubuhnya sudah membiru dan dihinggapi lalat hijau. Beliau bersandar di sofa ruang tamu, hanya sendiri.....ya! Hanya sendiri berteman sepi.
Nama beliau adalah bu ina, dulunya bekerja sebagai dosen di sebuah universitas negeri di yogya. Memiliki 3 orang anak, yang bertumbuh dengan sehat. Tau sendri sob, pekerjaan orangtua yang mapan sudah pasti kebutuhan anak tercukupi dengan baik.
Sedangkan suami beliau adalah seorang pegawai negeri. Keluarga yang harmonis cukup sandang, papan, pangan. Keduanya disibukkan dengan rutinitas kerja yang terjadwal rapi. Dan malamnya masih bisa berkumpul bersama anak- anaknya..
Tak terasa waktu terus berlalu, waktu yang teramat singkat saat menempuhnya dengan mengkuti alur kehidupan pada umumnya. Bu ina sudah semakin tua, sebentar lagi akan paripurna dari pekerjaannya. Pekerjaan yang memang dulu menjadi cita- citanya.
Namun harus diingat, bahwasanya tidak ada yang berlangsung selamanya. Ada batas maksimal usia, untuk sebuah pekerjaan. Dan tak menunggu waktu lama, bu ina pun pensiun dari kerjanya.
Demikian juga suaminya, bu ina dan suami lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Sementara itu anak- anaknya sudah bekerja, 2 orang memilih merantau keluar yogya karena mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan bonafit.
Sementara itu, anaknya yang ke 3 masih kuliah semester akhir...
Kalau kita melihat dari kacamata luar, keluarga bu ina ini adalah keluarga yang bahagia, tidak kurang suatu apapun. Kita pasti akan beranggapan keluarga bu ina ini mempunyai segalanya...
Ternyata semua itu palsu!
"Semua itu palsu, saya menyesal!"
Beliau menatap sembari mengusap air matanya. Mungkin andai bisa memutar waktu, beliau akan memilih menjadi ibu rumah tangga saja. Melihat tumbuh kembang anak- anaknya, merawat mereka dengan kasih sayang.
Mengajari mereka tentang ilmu agama, dan membimbing mereka dengan harapan, kelak mereka akan berbakti pada orangtua. Tapi kenyataannya, harapan itu hanya bias begitu saja.
Semua berbanding terbalik....
Selang 3 tahun kemudian suami bu ina meninggal dunia karena sakit. Waktu itu beliau hanya tinggal berdua semasa suaminya masih hidup. Anaknya yang ke 3 pun memilih bekerja di jakarta, tidak habis pikir juga kenapa anak- anaknya memilih...
Keluar dari rumah, kenapa juga tidak ada yang mau tinggal dan bekerja di dekat rumah. Kedekatan emosi yang sudah lama hilang, menyebabkan tidak ada chemistry antar anggota keluarga bu ina...
Tinggallah bu ina seorang diri, anaknya pun hanya memilih berkirim kabar lewat telpon. jarang mengunjungi ibunya yang sudah mulai sakit- sakitan. Hingga peristiwa pilu itu terjadi....
Pasti kalian tau apa itu residual energi kan? Memori atau kenangan yang masih melekat atau tertinggal pada sebuah benda atau tempat...
Setelah, bu ina ditemukan dalam keadaan meninggal itu ada satu benda kesayangan beliau yang setiap hari menemaninya...
Sebuah kotak musik, berhiaskan gliter berwarna- warni. Musik classic abad pertengahan, yang terdengar mencekam. Bu ina mendapat kotak musik itu, pemberian dari seorang teman yang hobi mengkoleksi kaset atau piringan hitam tempo dulu.
Tau studio musik jadul di yogya? Yang didirikan pada tahun 1951 kalau tidak salah. Dulu sewaktu masih remaja, bu ina dan teman- temannya sering main ke studio itu.
Beliau memiliki kenangan indah disana, hingga kotak musik itu menjadi benda kesayangannya...
(hanya ilustrasi)
Kotak musik jadul itu masih dalam kondisi baik, bu ina merawatnya dengan sangat hati- hati. Setiap hari, lantunan musik tempo dulu menemani hari- harinya yang sepi. Hingga berita cuaca mengabarkan, bu ina telah berpulang ...
Setelah kepergiannya, setiap malam terdengar alunan musik dari rumah beliau. Semenjak kepergiannya, rumah itu kosong.
Kata salah seorang tetangga, saat bercerita di warung depan rumahnya...
"Mbak, semalam saya dengar suara musik dari rumah almarhum bu ina. Waktu itu gak sengaja mendengar, tapi saya jadi takut bukannya itu rumah kosong....terus siapa yang nyalain musik?"
"mana suara musiknya itu sedih banget...." Imbuhnya lagi sambil bergidik ngeri.
"Ya, mau gimana bu...sepertinya bu ina memang belum ikhlas. Mungkin masih ada ganjalan yang memberatkan di pikirannya semasa hidup" ucap si mbak penjaga warung.
"bisa juga mbak, bu ina kan selama ini tinggal sendiri. Anak- anaknya jarang pulang...kasihan sih sebetulnya. Meski kecukupan tapi kalau sendirian gak ada yang menemani jadi mikir kalau ada apa- apa" ujar si tetangga.
Mbak penjaga warung hanya tersenyum, sebetulnya enggan untuk membahas orang yang sudah tiada. Lebih baik di doakan dan gak perlu membicarakan kehidupan yang orang yang sudah pergi...miris!
Singkat cerita....
"Jika saya bisa memutar waktu, saya akan memilih....." Belum selesai sosok tanpa rupa itu berkata terdengar tangis yang begitu menyayat. Diiringi rintihan kesakitan yang semakin membuatku tak tahan mendengarnya.
Lambat laun suaranya semakin kecil lalu menghilang terbawa angin di keremangan malam. Waktu itu masih hujan gerimis, rumah kosong itu terlihat seram namun hawa kesedihan lekat di pikiran. Mungkin hanya beberapa orang saja yang bisa menangkap energi itu...
Hawa kesedihan dari kematian, meski mutlak terjadi namun apabila hal itu terjadi selalu diiringi dengan kesakitan, kemarahan, penyesalan, ketidak ikhlasan,...tidak ada yang pergi dengan kelapangan, karena kita manusia yang penuh dengan rasa.
Sampai saat ini, rumah itu belum laku terjual. Rumah yang menyimpan banyak kenangan indah, meski pada akhirnya menyimpan kesedihan dari satu sosok perempuan paruh baya yang hingga akhir hayatnya hidup dalam kesepian.
SELESAI
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Kembali aku mengangkat sebuah cerita dari tanah rencong. Catatan harian seorang tentara yang bertugas selama 2 tahun di propinsi aceh.
Tahun 1953, terjadi pemberontakan DI/ TII di aceh, di mulai pada tanggal 20 september dengan pernyataan proklamasi berdirinya negara islam indonesia oleh Daud beureuh.
Ini cerita waktu aku masih SMP kelas 2. Aku kos bareng kakakku, kosnya cukup jauh dari sekolahanku, masih naik angkutan untuk sampe sekolah. Kebetulan pemilik kos, kenal sama ortu jadi kami dapat harga murahlah waktu itu.
Kos- an itu terdiri dari 4 kamar, saling berhadapan. Kamar pertama di huni seorang mahasiswi, kamar kedua, di huni pasangan suami istri tapi keduanya jarang di kos karena sibuk kerja. Kamar ketiga, tak berpenghuni, aku sama kakakku tinggal di kamar keempat.
Kisah jenazah ikut memesan makanan di sebuah rumah makan, sempat heboh di tahun 2014 silam.
Peristiwa yang membuat bulu kuduk merinding.
Pak joko berprofesi sebagai sopir ambulance di sebuah rumah sakit. Banyak suka duka menjalani profesi itu, kejadian- kejadian ganjil seringkali beliau alami saat mengantar jenazah ke rumah duka.
Sekelumit cerita tentang yang ada dan tiada, penasaran gak? Saat membaca cerita ini, mohon gunakan nalar yang panjang untuk mencernanya ya? Antara nyata dan tidak, aku yakin pasti diantara kalian pernah merasakan....
Minta RT dan like dulu yak?! 😁
Untuk menulis cerita ini, beberapa tahun saya melakukan riset berdasarkan kesaksian dari beberapa narasumber. Salah satunya bapak saya sendiri, sewaktu memasuki sebuah terowongan di kaki gunung merapi sekitaran tahun 70an...
"kajiman" pasti pada gak asing dengan nama ini. Makhluk yang ditolak oleh alam barzah karena meninggal kendat, bundir, atau karena pesugihan. Mereka yang mati dengan cara itu akan tinggal di sebuah alam yaitu alam kajiman
Bukan bermaksud menyinggung pihak manapun, aku hanya coba mengisyahkan sebuah kisah nyata tentang seorang wanita yang terkena bala karena perangai buruknya.
Kisah ini terjadi di tahun 2020, masa awal pandemi merebak di indonesia. Bukan tulah, tapi bala yang akhirnya berakhir tragis. Semoga menjadi pelajaran berharga bagi kita yang diberi akal sehat untuk tidak berkata kasar bahkan memfitnah orang lain tanpa alasan jelas.
Aku mulai ceritaku ya? Tentang kecelakaan yang merenggut satu korban jiwa. Tempo hari di depan sebuah swalayan...banyak spekulasi yang beredar karna kematiannya seperti tidak wajar..
Kejadian ini terjadi di condong catur, sleman...hari- hari sebelumnya sih gak ada yang nyangka sama sekali akan terjadi kecelakaan tragis itu. Waktu kejadiannya pun terbilang masih pagi banget...