Profile picture
dinnah @dinnah_
, 48 tweets, 9 min read Read on Twitter
saya memilih untuk tidak berhijab. ini pilihan politis saya.

(a thread)
awalnya, ada games berantai di IG stories. and then this saying: "pakai hijab, Din."

bagi yang ngga berhijab, pernyataan ini tentu menyakitkan. tapi karena datang dari seorang sahabat lama. aku mau lah repot-repot merespon dg sebaik-baiknya.
waktu kuliah (ketika infiltrasi islam radikal mulai masuk ke kampus), aku sempat meromantisasi hijab. tapi, lebih untuk mencari makna berhijab yg lebih lembut, tidak seberat wacana yg ditawarkan kakak2 radikal itu: "tidak tutup aurat berarti dosa. titik."
demi melawan wacana radikal, aku belajar soal islam melalui HMI (hihi, krn ga ada lagi organisasi yg rajin bikin pengajian tanpa mewajibkan perempuannya berhijab dulu).

sayangnya, arah HMI lebih ke pengkaderan dan menyiapkan kadernya terjun ke politik. maka aku keluar.
selama bbrp tahun, bahasan itu tidak mengalami proses berarti. sampai akhirnya suatu ketika, mulai muncul paham2 islam wahabi, anti syiah, ati ahmadiyah, ada ustadz2 baru, juga yang paling mengkhawatirkan: wacana tidak berhijab itu dosa mulai muncul lagi.
yup, Pilkada Jakarta 2012 adalah awal dari segala ujian berpikir kritis kita. tiba-tiba ada banyak sekali wacana dosa dan kafir. tiba2 orang mudah melabeli yg lainnya lebih buruk.

sikapku thd keributan itu: bersuara. mencoba melawan yg tak adil. maka itu, aku harus belajar dulu.
Pendapat ulama soal hijab yg menurutku cukup bikin adem, ialah dari Quraish Shihab. Poin yg paling kuinget, waktu dia bilang ini di sebuah talkshow, "kalau hukumnya jelas, tentu tidak akan ada perdebatan di antara ulama."

Tentu saja ia menghormati keputusan berhijab seseorang.
Kutemukan jurnal hasil penelitian 'Kajian Hermeneutika Kritis' oleh Chamim Thohari dg judul:

KONSTRUKSI PEMIKIRAN QURAISH SHIHAB TENTANG HUKUM JILBAB

sila unduh: ejournal.umm.ac.id/index.php/sala…
pada hasil penelitian tersebut, meski penulis mengemukakan bahwa pendapat Quraish Shihab masih terdapat kekurangan, namun belum ada kajian lagi yg menurutku dapat membantah (secara konstruktif) pemikiran beliau.

di titik ini, aku belum menemukan apa makna hijab yg 'lembut' itu.
Apa sih makna hijab yg 'lembut' menurutku waktu itu? Maksudnya, sih, sebuah keputusan spiritual diharapkan dapat memberi kecerahan dlm sikap hidup sehari-hari. Kita tentu ingin menjadi manusia yg lebih baik dr sebelumnya. Apakah ada caranya? Apakah perlu sebuah simbol (hijab)?
pertanyaan2 tentang pentingnya berhijab mulai muncul. Ada banyak temuan2 yang cukup membuatku akhirnya menentukan sikap.

Ini contoh temuan yg aku cari sesuai kapasitas nalarku, juga sesuai dengan kata hatiku:
1. Jilbab adalah produk budaya. Maknanya, juga kegunaannya, berbeda seiring waktu, dan seiring perkembangan masyarakat.

dw.com/id/jilbab-kewa…
Penulisnya bilang gini (dan ini membuatku semakin terbuka dengan alasan personal seseorang dalam berhijab atau tidak berhijab):
2. Jilbab membuat beberapa temanku merasa lebih nyaman pada dirinya sendiri. Fase pencarian jati diri akan selalu menghampiri kita semua, kan?

Jadi, saya senang ketika ada teman yg mengalaminya: feeling good with themselves. with their own body.
3. Bagi aku, sejatinya manusia ya merdeka dlm memilih sesuai kata hatinya.

faktor yg juga mempengaruhi: pengalaman (termasuk juga kejadian traumatis), pengetahuan yg sampai pada dirinya, juga bagaimana sikapnya tidak merugikan/menyakiti yg lain.
pada poin 2, aku melihat bahwa proses penemuan jati diri yg bersifat personal itu pada akhirnya membuatku paham: kadang ada yg butuh simbol utk berproses mjd lebih baik. hijab menjadi momentum utk berubah jd lebih modest, lebih menahan nafsu diri thdp keduniawian.
ukuran 'keduniawian', karena begitu cair dan berbeda di tiap orang, yang akhirnya membuatku merasa tidak perlu simbol untuk berubah.

aku belajar menahan amarah, tahan boros, tahan merugikan orang lain, tahan merugikan diri sendiri...diawali dg: sikap. aku tak perlu berhijab.
aku tak perlu hijab untuk membuat diriku mengubah sikap buruk menjadi baik. aku tak perlu hijab utk menahan diriku menyakiti orang lain. semua dimulai dari sikap.

maka, aku semakin yakin aku belum perlu berhijab. setidaknya sampai saat ini.
aku paham, aku masih akan terus berevolusi. jiwa kita kan selalu mencari! kemungkinan untuk berhijab masih terbuka. aku tak akan menolaknya jika suatu hari, sesuatu menyentuh jiwaku dan membuatku memutuskan utk berhijab.

tapi, ada yg tidak adil dlm diskursus hijab akhir2 ini.
Bagi sebagian orang, berhijab adalah tanggung jawab sosial agar berimplikasi pada kehidupan bermasyarakat yg lebih baik. Diskursus hijab sebagai tanggung jawab sosial mungkin muncul ketika Orde Baru sempat melarang hijab dipakai di sekolah.

link: alif.id/read/mutimmatu…
yang aku tangkap dr tulisan itu, jilbab adalah proses personal dalam memahami agama. sebuah hak asasi manusia utk mengekspresikan dirinya. ketika dilarang, ada sikap utk memperjuangkan hak asasi itu.

muslimah, atau islam secara general, jadi merasa perlu bergerak untuk berjuang.
perjuangan itu mungkin menyadarkan kita bahwa beragama tidak lagi menjadi urusan personal belaka. ketika ada hak orang lain tertindas, kita juga merasa perlu membantu = implikasinya jadi bersifat sosial.

Apakah hal itu berkembang menjadi 'islam agama tertindas'? mungkin saja.
di satu sisi: perjuangkan hak asasi, aku setuju sekali.

di sisi lain, aku mulai menyadari ada organisasi islam dengan karakter yg berbeda-beda.

tapi aku tak akan bahas organisasi2 itu. ga paham banget juga. hanya saja, diskursus kewajiban sosial dlm hal jilbab jd menggangguku.
yang mengganggu, yang PALING mengganggu, adalah:

Perasaan lebih baik teman-teman berhijab dari yang tidak berhijab, sehingga merasa PERLU untuk mengingatkan yang tidak berhijab.

Gosh. ide bahwa kita dianggap lebih buruk itu sangat menyakitkan. ya, ngga? hehee...
sikap saya, awalnya marah2 laah. kezel pastinya! hehehe. tapi kok, gelombang saran untuk berhijab seakan tidak ada hentinya. akhirnya, aku sadar marah2 doang ga akan bikin temen2 yg kasih saran itu mengerti bahwa aku sudah melalui fase 'pencarian jati diri' itu.
jadi ya aku mengubah sikapku terhadap orang2 yang merasa perlu mengingatkanku itu. dengan sabar, dan inget-inget bahwa orang bisa seperti itu karena:
- melalui proses spiritualnya sendiri, dan mereka mau kita jg merasakan yg baik itu
- mereka ga tau kalo kita akan tersinggung
di titik ini. pilihan tidak berhijab jadi berkembang:
1. alasan personal: identitas diriku udah cukup seperti apa adanya aja.
2. alasan takut jadi merasa lebih baik dr yang lain.

alasan lain? ini dia temuannya:
Persekusi terhadap yang tidak berhijab.

Aku mungkin belum menemukan artikel atau opini yang diterbitkan portal berita mengenai persekusi terhadap mereka yg memilih utk tidak berhijab. Tapi pengalaman pribadi & cerita dari teman2ku sendiri yg mengalaminya dlm bentuk beragam.
Persekusi ini cukup terang2an terjadi di Iran (dan mungkin di Aceh, tapi aku ngga punya kapasitas soal hukum syariat yg berlaku di sana, meski tidak mendukungnya).

Sejarah persekusi terhadap mereka yg memilih utk tidak berhijab: tirto.id/anti-jilbab-da…
soal Iran, kebetulan saat kuliah aku sempat membaca novel grafis Marjane Satrapi berjudul Persepolis (aku dapat dari lingkungan zine Punk/hardcore). dari situ aku paham bahwa hukum islam (dan kewajiban berjilbab utk perempuan) dijadikan alat untuk merepresi sebuah bangsa.
Represi bagi yang tidak berhijab ini, membuatku sadar ada pihak yang merasa terancam dengan pilihan personal seseorang dlm memahami agama (dlm hal hijab), sehingga merasa PERLU menegakkan hukum yg mereka percaya pd orang lain yg tidak sepaham.

kenapa bisa berpikir begitu ya?
Makna represi ini aku telusuri lebih lanjut. Yang kutemukan, salah satunya adalah bentuk pengaturan tubuh perempuan.

Pernah dengar ini?
"perempuan harus menutup aurat supaya tidak digoda laki-laki. perempuan bertanggung jawab terhadap perilaku laki-laki. "
dari pernyataan itu, muncul pertanyaan: kenapa perempuan, ketika telah menjadi korban digoda, yang tetap harus menanggung beban kesalahannya?

tidakkah tugas yang bernafsu untuk menundukkan pandangannya?
kemudian, pikiranku merambah ke area otoritas tubuh. persekusi pasti membuat seseorang trauma. akupun mengalaminya. memahami bahwa kitalah pemilik otoritas tubuh kita sendiri membuatku sadar: ada hak yg harus kuperjuangkan. yaitu kebebasan mengekspresikan diri.
kebebasan berekspresi ini ternyata dialami jg oleh yg berhijab. contohnya, ada bentuk hijab yang dianggap lebih baik dari yang lain.

jadi, masalahnya di mana sih? kenapa kita tak berhak atas tubuh kita sendiri? kenapa kita yang harus diatur pakai ini, tak pakai itu?
proses pemikiran dari pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yg membuatku sadar bahwa ada ketidakadilan yang dipelihara.

bahwa: (tubuh) perempuan selalu menjadi objek.
akhirnya, saya menyatakan sikap tidak berhijab dengan alasan politis ini:

saya tidak setuju tubuh perempuan diatur oleh orang lain, oleh nafsu yang tidak dikontrol pemiliknya, oleh budaya yang melanggengkan kekerasan terhadap perempuan.
alasan itu adalah hasil pemikiran dan proses rasa yang kualami sendiri. aku tidak sempurna dalam beragama, aku punya cara sendiri utk mendekatkan diri kepada pemilik Semesta ini.
Tapi, ketika ternyata aku (perempuan) tidak dianggap berhak berekspresi sesuai keyakinan hati dan pengalaman yang telah mewarnai pola pikirku, rasanya aku perlu melawan itu.

aku hanya yakin, masing2 kita punya peran di dunia ini. menemukan peran itu adalah proses personal.
aku berharap, semua orang, terutama perempuan, memiliki keleluasaan untuk menemukan dirinya sendiri. yang membuat mereka nyaman berada di tubuhnya sendiri, dan cukup dicintai agar ia bisa memancarkan cinta juga kepada orang lain dan dunia.
semoga kita semua bisa lebih terbuka pada pilihan personal orang lain, yah. :)

salam! (end of thread)
more references coming up!

Apa yang sesungguhnya Qur'an katakan soal hijab (dalam arti penutup tubuh/jilbab) dengan makna kata hijab (dalam arti pemisah)? oleh Samina Ali:

Obsesi Hijab adalah Produk Westernisasi.

Oleh seorang mahasiswi doktoral Departemen Teologi, University of Notre Dame-Indiana, AS.

magdalene.co/news-1502-obse…
berhijab supaya melindungi perempuan dr pelecehan? nope.

Fatwa baru Al-Azhar: Kekerasan Seksual, Haram. Tak Berhubungan dengan Pakaian.

egyptianstreets.com/2018/08/28/har…
mo koreksi. istilah radikal kurang tepat. lebih tepat: fundamentalis.

terima kasih.
saya heran dgn laki-laki yang ikut campur atas otoritas tubuh perempuan. helaw, ini sudah 2018. bacaanmu perlu diperluas.

meski ini membahas soal ekspresi seksual perempuan terhadap Jojo, tp ikut campurnya laki2 thd pilihan perempuan dibahas mengapa:

magdalene.co/news-1866-jojo…
horee, ketemu thread pendukung soal islam radikal. makasih, Mba, sudah mau cerita! 💕

Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to dinnah
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member and get exclusive features!

Premium member ($3.00/month or $30.00/year)

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!