, 25 tweets, 3 min read Read on Twitter
Kampungku sempat hancur-hancuran karena perang. Satu suku dan satu agama pun bisa saling tebas, ketika emosi tersulut.

Maka kenapa, saat pencari makan dari konflik memainkan jurus untuk menyentuh emosi masyarakat daerah lain, kutolak keras.
Sayangnya, ada orang-orang terkenal yg lebih didengarkan. Mereka yang sebenarnya blm pernah melihat kepala pecah oleh peluru, atau leher putus oleh pedang.
Mereka berbicara dgn kebebalan, bukan dengan penalaran yang benar-benar berangkat dr pengalaman dan refleksi dr sana.
Aku sendiri lbh berharap, saat satu daerah rentan konflik, yang mesti ditularkan adalah kejernihan berpikir. Bukan memantik emosi mereka.
Dulu, saat Aceh dlm konflik, pertarungan dan cerita pembunuhan tdk cuma antara kombatan GAM dengan TNI/Polri.

Sesama masyarakat biasa saja bisa bunuh-bunuhan. Takkan terusut, krn setiap ada yg mati, maka salah satu pihak yg bertarung sj yg jadi tertuduh.
Bahwa GAM dengan militer/polisi bunuh-bunuhan, mmg juga banyak. Namun masyarakat biasa, sesama sipil biasa, bunuh2an pun tak kalah banyak.
Hanya krn persaingan warung kopi saja bisa jadi alasan utk "menghilangkan" pesaing. Tinggal adukan saja ke pihak yg bertarung, dg tuduhan sbg mata2 TNI, atau sbg mata2 GAM. Malamnya lenyap.
Ringkasnya, di medan konflik atau rentan konflik, jangan beri amunisi utk emosi. Tapi beri apa saja yang mampu menjernihkan pikiran dan nalar mereka.

Kasihan, jika akibat ulah pencari makan dr konflik, masyarakat tdk bersalah saling bunuh2an. Itu biadab.
Di daerah konflik, jika emosi sudah tersentuh, jangan lagi bicara beradab-tidak beradab, pantas-tidak pantas.

Pikiran purba membunuh atau mati sering membayangi. Tidak banyak opsi. Maka knp, cerita bunuh²an pun tak lagi sekadar cerita parapihak yg berperang.
Masyarakat biasa pun bisa menunjukkan sisi sadisnya di luar dugaan.
Pernah terbayang bgm orang sekarat diminumkan air mendidih?

Itu salah satu pemandangan sadis di sana. Dipamerkan di depan masyarakat, agar tdk tidak ada yg macam2.

Siapa pelakunya? Bukan saat yg tepat utkku bicara terlalu jauh.
Hampir semua masyarakat Aceh pernah menyaksikan bgm tragisnya perang (konflik).

Tidak cuma dirasakan oleh masyarakat Aceh, tapi juga oleh non-Aceh.
Semua yg berstatus masyarakat biasa pun serba salah. Membela pemerintah, dicap "cuak" berisiko mati. Membela GAM, pun tidak jauh berbeda.
Tidak banyak opsi. Cuma bisa pasrah. Itulah kondisi dihadapi masyarakat awam.
Tidak cuma masyarakat awam, rektor kami di IAIN Ar Raniry (sekarang UIN), Prof Safwan Idris, jadi korban. Beliau terbunuh di rumahnya sendiri.

Padahal, beliau sama sekali tdk terlibat dgn konflik, kecuali sibuk mengajar dan memimpin kampus. Peluru menghentikan beliau.
Ketika amarah di mana-mana, kebencian ditularkan ke mana-mana, manusia akan berubah menjadi makhluk paling kejam.

Anda mau bercerita ttg intelektualitas? Tidak ada tempatnya ketika sebuah konflik pecah!
Ketika keadaan hanya memberi dua ruang: kawan atau musuh, maka tidak ada banyak celah utk bicara yang indah-indah, kecuali darah yang tumpah atau kota demi kota pun punah!
Itulah kenapa ada perasaan geramku kpd kalian yang berlagak pahlawan, menghasut untuk terciptanya permusuhan. Membuatku tidak punya banyak kata utk kalian pemicu kerusuhan, kecuali satu kata saja: bedebah!
Ya, aku sendiri punya kemarahan thd perang, krn pernah hidup dlm suasana perang.

Di depan mata aku melihat anak-anak kehilangan ayah ibunya.

Atau, ibu yg terkoyak-koyak kehormatannya oleh manusia2 buas yg selalu ada dlm suasana perang.
Ada istri diperkosa di depan suami, di depan anaknya sendiri, dlsb, adalah bagian pemandangan di tengah suasana perang.

Kalian yg belum pernah hidup di tengah situasi itu, jgn ikuti jiwa bedebah yg tidak peduli darah tumpah atau segalanya punah: harga diri sampai nyawa.
Untuk pulih dari semua luka yang ada, tidak semudah kalian membuka mulut di depan TV atau sorotan kamera.
Untuk sembuh dari dendam akibat sebuah suasana perang, tidak segampang bacotan demi bacotan di media sosial.

Silakan bermedia sosial. Jangan kaujadikan banyak orang harus menjalani kenyataan hidup sebenar-benar sial.

Perang adalah kesialan yang pernah kualami sendiri.
Yang kualami sendiri mungkin hanya secuil saja dari cerita konflik di Aceh.

Tapi, teman2ku yg mengalami pengalaman jauh lbh parah, hingga detik ini belum tahu bgm supaya dendam benar2 musnah.
Jadi, kalau ada yang ingin bersimpati untuk satu daerah yg rawan konflik, berilah simpati yang menjernihkan, yg bisa menguatkan mereka bahwa perang dan kerusuhan tidak pernah baik.
Negeri ini sudah berperang ratusan tahun, dan menghadapi seabrek konflik sesama anak bangsa; semestinya kita semakin dewasa.

Bukan semakin kekanak-kanakan, bahwa jika terjadi perang lantas akan terlihat bak jagoan.
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Zulfikar Akbar
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!