Beda VPS (Virtual Private Server) dan Cloud.

VPS singkatnya adalah komputer virtual berbasis software yg ada di internet.

Cloud adalah infrastruktur.
VPS benar2 sebuah PC / server yang terdiri dari prosesor, memori, harddisk dan network interface sebagai satu kesatuan.
Berbeda dengan Cloud, dimana prosesor dan memori, harddisk, network interface terpisah, bekerja secara independen dan bisa ditambahkan/dikurangi sesuai kebutuhan, setiap saat
Orang awam biasanya suka kecampur antara VPS dan Cloud. Dikira jika hosting di internet, pasti cloud. Padahal belum tentu.
Kalau dgn VPS kita hanya bisa sewa per paket, misal prosesor dual core, ram 4GB, harddisk 40GB, dan biasanya jika ingin ditingkatkan harus sewa secara gelondongan, dengan Cloud kita biww menambahkan komponen RAM nya saja jika hanya membutuhkan upgrade RAM
Begitu juga untuk storage, kita bisa aja punya prosesor single core ram 512MB dg storage 10 TB dengan mudah.

Jangankan storage, kalau mau pun kita bisa menambahkan network interface (LAN card) sebanyak kita mau
Hal itu sangat memungkinkan karena semua berbasis software. Cloud menawarkan flexibility dan cost yg efisien sesuai dengan kebutuhan, dimana VPS sulit memenuhi.
Selain di sisi hardware, Cloud memiliki layanan lain sebagai nilai tambah kunci: load balancer.

Secara teori dan praktek, lebih baik bagi software designer punya banyak server kecil2 dengan load balancer + high availability dibandingkan dengan 1 atau 2 server high spec server
Tentu saja bagi software engineer, saat design software pun harus dengan mindset LB+HA. Contoh: stateless app atau microservices. Tidak semua software mendukung salah satu dari dua hal tersebut
Pertanyaannya, kenapa harus design infrastruktur dengan Load Balancing + High Availability?

Semua server (software dan hardware), secanggih apa pun, suatu saat pasti akan fail (mati) apapun penyebabnya
Karena itu di dalam design suatu aplikasi dan service, ada satu credo / doktrin yg harus dipegang teguh.

Never trust your datacenter provider reliability.
Dengan kebutuhan yg semakin mengharuskan software provider selalu online 24 jam 365 hari dlm setahun, mau tidak mau solusi cloud dengan segala redundancy nya harus dipikirkan
Software provider raksasa sekelas Twitter, Facebook, Instagram, WhatsApp dan Netflix pun menggunakan prinsip yang sama.
Lantas apakah kita sebagainya software provider atau startup kecil harus memiliki infrastruktur seperti mereka?

Tidak harus, dan itulah bagusnya solusi Cloud dibandingkan dengan VPS

Kita bisa memulai konsep LB+HA dari awal spy software kita scalable ready, tp dengan skala kecil
Dengan adanya Cloud, kita bisa memulai membuat infrastruktur sekelas Facebook dengan harga yg murah. Begitu traffic naik, kita tinggal naikkan skalabilitas Cloud kita. Contoh: tambah server compute, database, storage semudah klik atau command via API
Sehingga meminimalkan downtime.

Jika desain software dari awal sudah memikirkan LB+HA, maka penambahan kapasitas tidak sesusah yang dikira. Contoh: rombak total logic dan partisi software
Ada 3 pemain besar Cloud services.
Amazon Web Services sebagai pioneer, Google Cloud Platform dan Microsoft Azure.

Ditambah Alibaba cloud baru - baru ini
Masing-masing provider menawarkan fitur dan kelebihan masing2, tp sepanjang saya baca2 di internet, fitur dari AWS susah ditandingi oleh provider lainnya. Wajar, karena mereka pioneer.

Salah satu fitur yg saya suka dari AWS adalah, kita bisa membuat Virtual LAN sendiri..
.. dimana Virtual LAN itu tersebar di 2 atau 3 Zona dalam 1 Region.

Anggap begini, saya bisa punya 1 server di Kemayoran dimana load balance dengan server di Kuningan dan di Kemang.

Semua dalam 1 network!
Selain itu, kita bisa aja membuat mirror atas isi dari Virtual LAN tersebut di Jepang misalnya. Jadi misalkan Jakarta lumpuh (thn 2007 dan 2019) atau bahkan dibom atom pun (amit2) data dan aplikasi kita aman ada backup di Jepang yg ribuan km jaraknya
Konsep inilah yg dinamakan DRC, Disaster Recovery System.

Lantas, apakah dgn memiliki fitur tersebut harus dibayar dengan mahal?

Tidak juga! Kita bisa desain kapasitas server yg kita butuhkan, bahkan bisa memilih satuan terkecil server termurah di awal.
Setelah itu, setelah traffic naik, kita bisa menambahkan kapasitas secara bertahap.

Keuntungan lain dengan adanya design software secara LB+HA adalah, kita bisa fokus ke layanan yg kita deliver.
Contoh: Instagram mulai dari AWS. Mereka memulai dari tim kecil dimana fokus mereka satu. Deliver platform foto seefisien mungkin karena dulu internet mahal dan foto boros bandwidth.

Apakah mereka punya fokus dan resource untuk maintain data center sendiri? No way
Bahkan sampai Instagram dibeli oleh Facebook pun, tim mereka hanya 15 orang. Luar biasa efisien.

Dan sesuai kebijakan Facebook, pelan2 infrastruktur mereka dipindah dari AWS ke infrastruktur Facebook
Menyambung thread pak @renepatti dan pak @hotradero , apakah perlu kita memaksakan jadi AWS? Kenapa tidak tiru Instagram dan Netflix bahkan Apple yang memanfaatkan provider yg sudah ada dengan menambahkan nilai tambah?

Karena sepanjang pengetahuan saya, di Indonesia belum ada provider Cloud yg seperti AWS. Semua masih sebatas VPS dimana untuk software 10 thn yg lalu mungkin masih relevan, tapi tidak jika fokus ke service jaman sekarang
Lantas apakah masih perlu start up dibatasi ruang geraknya dengan mewajibkan harus pakai server dalam negeri yg TCO nya malah lebih mahal? Kok ya tega anak negeri sendiri musti nanggung cost yg lebih mahal
Sangat sulit melawan raksasa seperti AWS, karena skalanya sudah besar plus Amazon terkenal efisien, atau bahkan irit, resource SDM.

Fyi, utk handle ribuan server dalam 1 Zona (lokasi, gedung), SDM AWS bisa dihitung jari sebelah tangan.
Manage beberapa Regions (negara, sub country) dalam beberapa continent pun hanya butuh beberapa puluh orang.

Mau dilawan?

Kenapa tidak dimanfaatkan saja?
Tadi ada anekdot, Netflix sewa server di AWS sudah lama, dan Amazon sendiri sampai bikin layanan video spt Netflix.

Atau, Telkom ngamuk Netflix makan bandwidth mereka tanpa bayar, smp diblok dan bikin sendiri.

Nah, itulah kekuatan nilai tambah dari infrastruktur.

End.
Tambahan. Apakah konsep cloud dimana setiap komponen server terpisah itu konsep baru? Tidak

Dulu thn 2000 awal saya liat sendiri server dari SUN atau HP (saya lupa), dimana hardware CPU dan RAM terpisah dan modular. I/O terpisah dan modular, storage pakai SUN 1 TB segede kulkas
Siapa lagi yg punya kalau bukan perusahaan telco 😁

Nah, Cloud mirip seperti itu. Bedanya, semua berdasarkan software di atas ribuan server baremetal (hardware), dimana terdistribusi secara logic dan fisik.

Kuncinya di software
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with S Deta Harvianto ☕🚵‍♂️📷

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!