hai pemirsah, kita lanjut disini biar enak bacanya. meski sudah gak menakutkan lagi kok...😀🙏
masih di judul " Hantu 1 triliun 2"

@bacahorror #bacahorror #ceritaht #threadhorror #kisahnyata
@bacahorror Part. 16 Dark Side VVIP-1

Hari kelima aku dirumah sakit, seperti kebiasaanku bangun jam 3.30 wib setiap hari. Aku bangun diikuti istriku, seperti pada umumnya aku dan istriku melakukan ritual keagamaan berjamaah dahulu.
Setelah itu kami mengaji menjelang sinar matahari menyinari bumi. Ruang VVIP memang ruang eksklusif sangat nyaman dan tenang, saat tidur disini. Sekian lama baru kali ini aku bisa menikmati tidur berkualitas dengan sangat nyenyak.
Pagi hari saat diruang VVIP itu seperti biasa petugas rumah sakit datang untuk mengontrol keadaanku diranjang pasien, setelah itu petugas yang lain datang dengan membawa makanan dan buah buahan. Tak lupa mereka mengecek kondisiku dan mengganti cairan disamping tempat tidurku.
Sekitar jam sembilan pagi, saat aku berdua dengan istriku diruang VVIP. Kami berdua lagi asyik bercengkrama dan bercanda diruang yang dingin itu.

TOK...TOOKK..TOOKKK…
Suara pintu terketuk….istriku berjalan pelan menuju daun pintu berwarna coklat muda dan membuka pintu tersebut. Dengan pandangan sedikit curiga istriku mempesilahkan tamu itu masuk ke ruang aku dirawat.
Istriku hanya diam memandangi seorang wanita tua tanpa salam berjalan dedepannya.
Ibu tua itu datang tanpa ucap salam kepada kami, berjalan ngeloyor saja dengan wajah dingin seperti orang tidak tahu sopan santun.
Setelah itu dengan kebiasaan istriku dirumah, ia mempersilahkan duduk dan menawari beberapa makanan dan minuman ringan. Wanita tua ini langsung duduk disamping tempat tidurku, istriku hanya diam memandangi saja wanita tua ini yang duduk dan tak bicara sepatah katapun.
“Mas umar?” Tanyanya menebak dengan nada datar

“Iya bu benar!” Jawabku

Aku langsung menjawab pertanyaan wanita tua itu. Wanita tua ini berambut sebagian putih bersanggul dan ditutupi mukenah putih seadanya.
Pakaian ibuk-ibuk tua ini memakai kebaya putih dan dan kain sewek batik cokelat. Bertubuh sedang. Wajahnya persis mertua Joko yaitu ibu AMINAH.

“Nak tolongin ibuk ya?” pintanya

“Tolongin gimana maksudnya bu?” Jawabku sambil mengingat-ingat wanita tua ini
“Tolong jaga dan bantu anak – anak ibuk.” Katanya ibu tua ini

“Ibuk akan pergi.” Katanya lagi

Kamar yang ber AC diruanganku semakin dingin, seperti dingin dan datarnya nada pembicaraan ibu tua itu.
Setelah itu aku ingat bahwa ini adalah ibu mertua joko diruang HCU. Aku berpikir mungkin ibuk Aminah sudah sehat karena tadi malam sudah dibacakan ayat-ayat suci tadi malam.
Setelah itu ibu tua ini pergi dari ruanganku dengan sikap dingin, berwajah pucat pasi. Ibu ini jalannya juga tidak biasa waktu melangkah pergi, jalannya kayak orang sedang sedikit mabuk. Jalannya ibu ini agak goyang kekanan dan kekiri tapi tetap menempel ditanah telapak kakinya.
Aku sendiri curiga akan kejadian ini. Setelah istriku mengantarkan ibu tua ini keluar kamar VVIP, istriku dengan langkah cepat untuk ambil posisi duduk disamping ranjang tempat tidurku.
Istriku yang takut dan merinding akan ibuk tua itu, Akhirnya istriku kembali keranjang pasien dan mendekapku karena semakin lama dirumah sakit semakin menakutkan. Kami bedua dikamar VVIP kembali, tapi istriku duduk diranjang pasien dan meringkuk dibahuku karena takut.
“Pak ibu Aminah ini kan di HCU, apa beliau sudah langsung sehat? Kok bisa jalan-jalan kemari!“ Tanya penasaran istriku dari ringkukannya dibahuku
“Iya buk, aku sendiri juga heran kenapa kok bisa langsung jalan kemari ya? Padahal kemarin masih memakai alat yang menempel banyak ditubuhnya, sama kayak aku buk.” Terangku pada istri yang masih menempel dibahuku disertai bulu kuduknya yang mulai berdiri
“Iya pak! Secepat itukah kesembuhan bu Aminah ya pak?” Herannya istriku

“Tadi juga waktu aku berjabat tangan, kok tangannya sedingin es kayak juga ya buk?” Tanyaku yang menambah ketakutan istriku
“Masak pak…Hiiiiiiii!” Jawab istriku sambil mengoyang-goyangkan kepalanya dibahuku

“Iya buk, apa cuma perasaan bapak saja ya!” Terangku datar

“Apa ibu tadi tidak salaman dengan beliau?” Tanyaku
“Tidak pak, lha bu Aminah tadi kayak mayat hidup gitu! Langsung ngeloyor duduk disamping bapak.” Jelasnya istriku

“Udahlah buk beprasangka yang baik saja, mungkin bu Aminah ingin menyuruh membantu anak-anaknya yang jadi juragan itu.” Kataku
“Mungkin juga pak ya! Mungkin biar gak rebutan warisan gitu kali ya pak.” Terang istriku mulai menegakkan kepalanya disampingku

Menjelasng sore hari aku istriku pamit pulang untuk berganti pakaian , dan berencana akan membawakan pakaian ganti untukku.
Sekitar jam lima sore pintu ruangku tiba-tiba ditarik dari luar dan terbuka, saat terbuka aku melihat Anne, andi dan tono masuk keruangku sesuai janjinya.

“KLLLEEEKKK”

“Salamu’alaikum mas!” Salam Tono dengan ceria
“Walaikum salam …mari masuk mas.” Jawabku yang masih diatas ranjang pasien

Mereka bertiga menata tempat duduknya masing-masing disamping tempat tidurku. Mereka duduk diatas kursi berjajar lurus disamping ranjang pasien yang aku tempati,
aku hanya memandangi Anne yang masih tetap dengan pakaian faforitnya. Berbaju merah lengan Panjang dan jeans biru dongker, Sedang Andi dan tono memakai kaos oblong dan jeans hitam.
Saat baru duduk Anne tiba-tiba seperti kesurupan, dia kambuh. Anne langsung berdiri menari, mata melotot dan memaikan tangannya keatas. Disini raja leak tidak menampakkan wujudnya seperti terkahir dirumahku.
“Brakkk…brakkk….brakkkk” ‘suara beberapa barang jatuh kelantai termasuk kursi yang roboh terkena tarian leak Anne’

"MANUSIA MUDA KAU HARUS MATI MALAM INI!!!"
Dalam posisi berdiri dan menari teriak parau suara Anne yang menjadi laki laki saat itu. Teriak raja Leak yang sangat dendam kepadaku saat itu, karena aku telah menggangu tumbal ritualnya.
Seketika itu juga kamarku dipenuhi para penghuni rumah sakit yang tak kasat mata. Aku sendiri tak tahu mereka dari mana asalnya. Mulai dari pocong, kuntilanak, gendruwo, banas pati, suster pecah kepalanya dan masih banyak jumlahnya pun aku tak tahu mungkin ribuan.
Hawa dingin karena adanya AC dikamarku menjadi panas seketika cakra jahat para mahluk ini tiba. Aku sendiri mulai berkeringat, takut dan kebingungan saat itu.
Mereka berdiri dibelakang pintu tepatnya dibelakang sang raja leak berada, mereka berbaris tak beraturan memanjang kebelakang.
Aku berpikir empat hari yang lalu saja mau mati, sekarang leak ini muncul lagi jelas aku akan kalah sore menjelang malam ini. Andi dan tono seketika itu juga dengan panik memegangi Anne yang berubah kesurupan itu. Mereka terlihat berdua kuwalahan,
karena tenaga Anne berubah menjadi sangat besar dan kuat. Aku sendiri langsung dengan cepat bangun dari tempat tidurku, aku mencoba berinteraksi kepada mahluk yang hadir mengikuti raja leak dirumah sakit itu.

“MENGAPA KALIAN IKUT IKUTAN KEMARI !!!”
bentakku menunjuk mahluk halus yang berbaris memanjang dibelakang dari tubuh anne. Seakan Panjangnya barisan itu tak bertepi.

“KAMI SEBAGAI RAKYAT KERAJAAN DISINI, HARUS MEMBANTU RAJA KAMI!!! KAMI HARUS MEMBUNUHMU MESKI KAMI HARUS MATI MANUSIA MUDA!”
Jawab gendruwo tepat dibelakang raja leak bertubuh tinggi dan berbulu hitam lebat yang siap membantaiku saat itu. Jawaban ancaman dari pemimpin setan itu seakan mereka sudah tahu bahwa rajanya akan kuhabisi.
Waktu itu aku sendiri sudah merasa sehat dan fit 100%, tapi kalau dengan musuh sebanyak ini aku sendiri bisa mati. Dalam posisi terdesak seperti ini akhirnya aku duduk diam diatas ranjang pasienku, berdoa’a dengan diiringi tetesan air mataku.
aku dengan pasrah dan iklas meminta bantuan sang pencipta, kalaupun mati saat itu akupun siap. Tiba-tiba dari arah belakang kerumunan massa para setan itu ada sesorang yang berbaju putih dan memakai sorban, pria ini berjalan sangat cepat.
Pria itu memukul dengan cepat semua massa yang berbaris dibelakang anne.
“PERGI KALIAN!!! KALAU TIDAK AKAN KUBAKAR SEMUA YANG ADA DISINI.”

Teriak pria tua berbaju putih yang ternyata adalah guruku.
Untungnya mulai pria yang berbaju putih ini dan ribuan setan itu tidak terlihat andi, dan andi bisa fokus untuk menjaga anne yang sedang kelihatan kesurupan. Tapi Tono bisa melihat pria tua ini, tapi dia bisa tenang untuk ikut fokus menangkan Anne yang kesurupan.
Dengan memutar sorban putihnya diatas memainkannya bak koboi US. Para setan itu tetap berkumpul seakan tak percaya semboyan pria bersorbanputih itu, mereka semua ingin melawan dengan mengeroyok pria tua itu.
Tapi hasilnya mereka terlihat terpental satu persatu kearah antah berantah.
Putaran sorban itu tiba-tiba menjadi angin yang semakin lama semakin membesar bak badai katrina!!! Sontak para pengikut raja leak ini yang tinggal dirumah sakit bersih tiada sisa satupun.
Setelah selesai bertarung melawan ribuan setan itu sendirian, pria itu mendekat kepadaku.

“Nak bersalawatlah pada penghulu umat yang terakhir ini jangan sampai putus. Karena nyawamu terancam!!!” Kata pria tua yang pernah menjadi guruku didunia itu.

“Iya mbah!” Jawabku. Pelan
"Jika kau sudah selesai dari sini kembalilah ke salman, karena kau belum selesai berurusan dengannya." katanya

“Iya mbah! “Jawabku

Setelah itu pria tua tadi mengampiri mereka bertiga. Pria tua ini meletakkan telapak tangan dimuka anne.
Terlihat olehku raja leak ini langsung kembali menghilang dan masuk kedalam tubuh anne.

Pria itu menoleh padaku dan mengucapkan salam perpisahan.
“Assalamu’alaikum, semoga engkau diberkahi nak!!!!” Kata pria misterius itu bejalan keluar dan menghilang.

“Mas … mas siapa itu tadi?” Tanya tono

“Guru kita dulu ton.” Jawabku biasa

“Mungkin beliau datang membantu karena tadi aku berdoa meminta bantuan kepadaNya.”Jawabku lagi
Setelah membaringkan Anne yang sudah pingsan, tono dan andi membetulkan ruangan ini yang sudah berantakan karena tarian leak Anne. Leak ini semakin dendam kepadaku karena tahu kalau aku akan membunuhnya suatu saat. Tapi caranya juga sangat sulit seperti ini dalam pikirku.
“Ton lu kan masih puasa, tolong pagari dulu ruangan ini. Biar penghuni rumah sakit ini sementara tidak datang menyerang kita lagi.” Pintaku

“Iya mas. Beres!!!” Jawab tono
Kulihat tono mengeluarkan senjatanya dan mengitari kamarku ini. Terdengar tono melafalkan beberapa mantra andalannya. Setelah diputari selama tujuh kali tono berhenti disamping ranjang tidurku.
“Sudah mas. Tenang mas ini pagar yang tertinggi!!! Jelasnya kalau ada yang masuk pasti sinyalnya akan mengirikan tandanya kepadaku.“ Kata Tono dengan keyakinannya yang tinggi

Kulihat andi masih menjaga anne yang berbaring pingsan di sofa Panjang depanku.
“Mas andi coba mas kemari sebentar!” pintaku

“Ada apa mas?” Tanya andi yang mulai berjalan kearahku

“Sebaiknya mas Andi jangan bawa Anne kemari dulu.
Nanti kalau aku sudah siap aku akan kerumah Anne saja.” Kataku

“Lha kenapa mas?” Tanyanya.
“Aduh mas Andi sampean tahu sendiri kan kejadian barusan. Seketika raja leak ini bangkit lagi dan tahu aku. Dia pasti akan mencoba membunuhku dengan membawa pasukan-pasukan yang lain dari alam sebelah.” Jelasku.
“Aku gak mau kejadian dirumah terjadi kembali mas, soalnya aku sendiri belum menemukan cara yang pas untuk menghabisi raja leak ini!!!” Jelasku lagi

“Ya mas kalau begitu, maaf mas. Aku gak tahu!” Kata andi

“Ton lu kesini?” Perintahku yang masih duduk diatas ranjang pasien
“Ada apaan mas?” Tanya tono
“Gini ton!!! Habis ini tolong kamu ikut kerumah Anne dan coba kamu redam juga auranya disana! Biar sementara tidak menimbulkan efek disekitar rumah Anne dan Amarah raja leak cepat reda nanti.
Jangan lupa juga mas andi kasih amalannya untuk sementara meredakan aura dan amarah raja leak.” perintahku

“Siap mas!” Jawab singkat tono.
Setelah memberi sedikit arahan itu anne perlahan terlihat siuman, dari pingsannya. Anne mencoba duduk disofa dan membetulkan pakaian dan rambutnya yang berantakan. Saat itu anne masih bingung dan belum sadar sepenuhnya akan kejadian waktu dia kesurupan lagi.
Dalam kondisi belum sadar sepenuhnya itu, Saat itu juga aku menyuruh mereka bertiga untuk segera pulang kerumah Anne. Karena waktu kejadian itu adalah pergantian dunia nyata kedunia ghaib.
17. DARK SIDE [VVIP] 2

Setelah kejadian menjelang malam itu selesai, aku seorang diri diruang VVIP. Aku merasa saat ini hawa dan auranya ruanganku berbeda dengan kemarin, beberapa pertanyaan akan kecurigaan malam ini mulai bergelayut dipikiranku.
Aku ingat akan kejadian pertama saat bersentuhan dengan Leak ini!!! Benar banyak korban berjatuhan dikampungku, disini aku khawatir sisa cakra leak akan memakan korban yang sama seperti dulu.
Saat aku menunggu istriku yang masih belum datang, hanya sebuah TV dengan acara recehnya yang kulihat dan kudengar. Dinginnya hembusan mulut AC yang menyelimuti dinginnya ruangan malam itu sampai menembus selimut tipis kamar VVIP.
Jenuh dan rasa bosan karena lamanya menunggu istri akhirnya aku tertidur di ranjangku.

Ruang VVIP ini ada didepan Gedung HCU dibatasi taman panjang, taman berlampukan neon kuning redup berbalut lukisan di cangkang kaca luarnya.
Bangunannya VVIP ini tersendiri sesuai ciri khasnya sebagai bangunan yang tenang dari gangguan, seperti ciri khas kamar VVIP dirumah sakit yang lain. Gedung yang tersendiri itu memang secara umum untuk kalangan menengah keatas,
bukan untuk manusia macam aku sebenarnya! gedung bertingkat tiga ini memang terpisah dari bangunan utama dan lainnya karena untuk menunjukkan identitasnya sebagai Gedung VVIP.

Dengan posisi berhadapan dengan ruang HCU jika dilihat dari jauh,
jadi kamar yang kutempati ini bisa tetap langsung melihat ruang HCU dari arah samping ruangannku berada. Depan ruang HCU adalah jalan utama di rumah sakit ini, sedang depan kamarku adalah jalan cabang dari jalan utama.
Mungkin site plannya rumah sakit ini dirancang seperti itu aku juga tidak tahu.

“BRUAAAAKKKKK…..!!!!!”

‘Suara hantaman keras suara pintu kamar VVIP yang kutempati.’
Seketika itu juga aku bangun dari tidurku dengan amat sangat terkejut!!! Suara keras itu juga mengejutkan dan membangunkan istriku, yang aku tak tahu akan kedatangannya.
Aku bangun dengan cepat terlebih dahulu, disaat yang sama aku melihat istriku sudah tidur berada disampingku terjingkat bangun. Awalnya sekilas kulihat sebelum istriku bangun,
istriku tidur dengan posisi duduk sedang punggungnya membungkuk untuk memposisikan kepalanya disamping lenganku . Aku dan istriku seketika bangkit langsung duduk dengan kagetnya karena suara benturan yang keras itu.
Dengan cepat mata kepala kami tertuju pada pintu ruang VVIP tempat aku dirawat.

“BRUUGGHHHHHH”….aduhhhh…..

“Ayok mbak cepet…cepet….cepet!!!!” Kata seorang pria, yang sedang menolong teman wanitanya!
Wanita itu jatuh tersungkur didalam ruangannku, dia ditarik untuk berdiri dan di papah teman lelakinya yang memakai seragam putih putih itu. Dengan cepat mereka langsung mengunci pintu ruanganku dari dalam.
Setelah itu mereka lari bak kesetanan kearah samping ranjangku yang ada almari kecil. Mereka berdua langsung berjongkok, meringkuk dan berpelukan. Sedang kepalanya saling terbenam diantara bahu mereka tentunya diiringi isak tangis kecil mereka,
mereka acuh terhadap jenis kelamin mereka dan hanya rasa takut yang membuat mereka tetap kompak berpelukan karena ketakutan.

Kulihat cepat dengan istriku ada dua orang masuk keruanganku ini sebagai tamu dadakan yang tak diundang.
Aku kaget, terpana dan heran melihat kejadian didepan mataku yang cepat ini. Pertama terlihat laki – laki berumur sekitar 30 tahunan memakai baju putih dan celana Panjang putih, seragam khas pegawai rumah sakit itu.
Yang kedua perempuan memakai baju yang sama dan kira -kira seumuran dengan teman prianya itu. Wanita tadi yang jatuh setelah masuk ruangan, dia jatuh tersungkur dilantai karena cepatnya sambil berlari panik!
Terlihat teman prianya yang berumur 30 tahunan itu dengan cepat menolongnya.

“Pak maaf pak… Maaf pak, maaf pak …kami menganggu!” Setelah ucapan itu tertuju padaku! badan mereka bedua ketakutan dan gemetar, mereka kembali duduk jongkok berdua disudut almari ruanganku.
Mereka bedua saling berpelukan dan wajah mereka saling dibenamkan kebahu masing-masing. Posisi mereka tepat disamping ranjang tempat tidurku yang tertutup almari kecil.

“Ada apa mbak?” jawabku penasaran duduk sambil mengucek mata yang bangun tidur karena kaget.
“Itu …pak…iiiiiiitttuuu..pak….” suara ketakutan wanita yang berjongkok disudut almari ruanganku, dan hanya terlihat tangannya menunjuk kearah luar pintu kamarku. Sedang bibirnya tenggelam dipelukan teman prianya.
Hanya suara ketakutan terbata-bata dan isak tangis lirih yang keluar dari wanita muda itu.

“Ada apa mbak? Tenang!!! Tenang!!! tenang!!!” jangan bersikap mengagetkan kayak gini mbak!
Tanya istriku pelan dan berjalan mendekati mereka berdua yang masih berjongkok disamping almari kecil ruanganku.

Akupun turun dan berdiri dari ranjang pasienku, tak lupa aku menurunkan dan membawa cairan yang jarumnya masih menancap dipergelangan tangan kiriku.
Aku mendekati mereka yang ketakutan dan menangis tersedu sedu.

“Huuu…..huuuu…..huuuuu…Mas aku gak mau ngantar mayat itu. Aku juga gak mau kembali kekantor sekarang….”tangis wanita yang terlihat masih berumur 30 tahunan itu.
“Huuuu ….huuu….huu…. iya sama mbak aku juga gak mau ngantar mayat dan kembali kekantor sekarang”….tangisan pria itu.

Sementara aku diamkan mereka dulu sejenak. Aku mencoba mengamati sebentar apa yang sebenarnya terjadi pada mereka ini.
Setelah sekian menit, dan tangisnya mulai reda akupun memberanikan diri untuk bertanya kepada mereka.

“Ada apa sebenarnya mbak/mas kok tiba – tiba kalian lari kayak dikejar maling gini!” Tanyaku penasaran sambil ikut duduk berjongkok disamping mereka berdua.
“Huuuu……huuu..….huuu……..huuuu…” tangis wanita berbaju putih yang meninggi lagi masih ketakutan dan terlihat mulai depresi.

“Buk coba tenangkan, kasih air munum dulu dan tanya pelan-pelan.” Pintaku kepada istri yang sebelumnya disampingku ikut duduk berjongkok.
Aku mencoba menyuruh istriku untuk menenangkan petugas wanitanya karena kalau sesama wanita kan bisa langsung terbuka, saat itu yang terlihat sangat histeris dan depresi adalah yang wanita.
Jadi aku berpikir istriku saja yang menemani mereka berdua dan mengorek keterangan tentang apa yang terjadi dengan mereka. Aku kembali keranjang pasien, tapi tetap duduk dan mengamati mereka bertiga dari atas ranjang.
“Iya pak.” Jawab istriku dengan berjalan mengambil air dari meja pasien kamarku dan langsung memberikannya kepada mereka berdua.

“Ini mbak, minum dulu.” Pinta istriku, diikuti dengan tangan istriku yang memberikan botol minuman.
“Terimaksih mbak!” jawab mereka berdua yang mulai berani menegakkan kepala mereka dengan pelan. Dan saat itu juga mereka bergantian minum air putih dari botol kemasan.
“Itu mbak …..itu pak…….coba mbak dan bapaknya lihat diluar.” Perintah pria berseragam putih – putih dengan nada terbata-bata! Pria ini menunjukkan dengan tangan kanannya ke arah luar kamar. Dengan segera dan penasaran aku bersama istriku berjalan menuju pintu kamarku.
‘Sambil berjalan dalam hati aku berpikir yang tadi sore sudah mengalami kejadian yang tak menyenangkan kini disuguhi hal hal aneh lagi. Kejadian sore itupun aku belum sempat cerita dengan istriku, sekarang disuguhi lagi kejadian baru yang penuh misteri lagi.
Aku melangkahkan kakiku mencoba membuka sedikit daun pintu kamar yang tak bersuara itu.’

Dengan tarikan tanganku pelan, pintu kamarku yang kubuka sedikit. Hanya cukup untuk mataku dan mata istriku yang bisa melihat pandangan keluar.
Dengan posisi kepala istriku diatas kepalaku, kami melihat samar-samar ada seorang tinggi besar berjalan dilorong utama sedang menyeret rambut panjang dan hitam yang masih menancap dikepala perempuan muda.
Sedang dibelakang pria itu terlihat ranjang yang tersungkur ketanah, sebagian masih diatas jalan lorong utama. Ditanah ada mayat perempuan yang tergeletak dengan posisi tubuh tidak beraturan,
dengan selimut kain sewek [batik] yang sudah terselingkap dari dari mayat perempuan muda itu.

Terlihat disitu Pria itu mempunyai bulu yang lebat dari ujung kepala sampai kaki, dia hanya memakai celana pendek hitam yang sudah compang camping.
Sedang tangan kirinya yang memegang gada besar dengan ujung bergerigi, gada besi itu dipanggul dibahu sebelah kirinya dan dipegangi gagangnya oleh tangan kiri pria bertubuh besar itu. Sedang tangan kanannya dengan kuat menyeret rambut panjang nan hitam wanita muda itu.
Wanita muda itu terlihat hanya berpakaian putih lusuh memanjang sampai betis. Pakaian itu terlihat ada bekas darah dibagian lingkaran kerah baju, dada dan pahanya. Kepalanya juga yang ditarik pria itu mengeluarkan darah segar.
Tetesan darah itu terlihat keluar dari kepalanya tapi tidak menempel dilantai jalan yang berkeramik putih, seakan tetesan darah itu lenyap dimakan lantai lorong rumah sakit.
“Tolonggg…..tolongg…tolong…..ampuni aku… “ teriak lolongan wanita ini yang merintih kesakitan dan meminta pertolongan kepada sekitarnya.

SREKKKKK…SREEEEEKKK….SREEEEKKK. ‘suara lirih gesekan baju putih lusuh wanita itu dengan lantai lorong rumah sakit’
Wanita ini diseret pria besar itu dengan pelan dilorong utama rumah sakit. Wanita itu berusaha melepaskan rambutanya dari cengkraman tangan kanan pria bertubuh besar!
Tangan wanita muda itu beradu tarik dengan pria besar berbulu lebat dan yang memegangi rambutnya sendiri untuk mengurangi rasa sakit dengan erat, akan tetapi kepalanya tetap mengeluarkan darah! kekuatan tarikan tangan pria besar itu jelas lebih kuat dari tangan wanita muda ini.
Saat dilorong rumah sakit itu wanita ini badannya yang terlentang mulai tak berdaya, kaki wanita muda ini hanya bisa bergerak liar dan cepat dilantai, seakan memanjat pohon untuk mencari kekuatan pijakan untuk melepaskan tarikan pria itu.
Pria itu masih diam dengan tatapan kosong kedepan, tetap berjalan menuju pintu keluar rumah sakit. Pria ini tak menghiraukan kesakitan dan teriakan wanita muda ini, dia terus berjalan seolah tiada orang memperhatikan.

“DIAM”
Bentakan keras pria itu, langkah kakinya tetap berlalu dan masih berjalan dilorong utama.

“AMPUNI AKU, LEPASKAN RAMBUTKU”

Teriakan wanita muda ini. Teriakan yang keras dan miris disertai tangisnya.

“DIAM KAU, BUDAK JAHANAM”
Bentak dan hina pria bertubuh besar itu kepada wanita muda ini.

"AKU TAK MAU IKUT DENGANMU BRENGSEK!!!!" HUUUU….HUUUUU…HUUUU......

Lengkingan suara wanita muda ini….dengan tangis yang semakin mengeras.

“SUDAH WAKTUNYA KAU BERKUMPUL DENGAN TEMANNMU YANG LAIN”
Jelas kata kasar pria tinggi besar ini.

“AKU GAK MAU, LEPASKAN AKU, LEPASKAN AKU”

Teriakan keras wanita muda ini, dan suaranya semakin cepat meminta lepas dari cengkraman tangan pria bertubuh besar itu.

“HAHAHA…DASAR MANUSIA BUDAK HARTA”

“INILAH JALANMU HA…HA..HA…HA…HA”
Tawa dan ejek pria jelek ini yang berjalan pelan meninggalkan lorong utama, sayup-sayup semakin lama semakin jauh mereka menghilang dikegelapan Lorong utama rumah sakit.
Aku dan istriku hanya diam mematung seakan tak percaya akan hal ini, ya dirumah sakit sebesar ini. Permintaan tolong wanita muda itu tiada yang menghiraukan, memang saat itu kondisi jalan utama lorong rumah sakit tiada seorang pun terlihat disana.
Hanya suasana sepi, dan lampu putih yang mulai redup. Pemandangan dunia ghaib yang pertama kali dilihat istriku dirumah sakit. Disaat yang sama istriku pun berjalan ke arah kedua petugas rumah sakit, dan kuamati dia juga merasa takut sebenarnya.
Aku kembali menutup pintu kamarku saat kami selesai melihat pemandangan dilorong utama rumah sakit.

Aku sendiri merasa heran masih belum jam duabelas malam, kondisi rumah sakit ini sudah sangat sunyi kayak kuburan tidak seperti hari hari sebelumnya.
Setelah pemandangan ini selesai, aku kembali menuju petugas pria, wanita dan istriku. Kedua petugas ini masih ketakutan, istrikupun mulai ikut takut akan hal yang dilihatnya.
“Sebenarnya apa yang terjadi mbak? coba duduk yang benar dulu mbak?” tanyaku dan perintahku terhadap mereka berdua!!!

Mereka bangkit dengan rasa ketakutan yang masih tinggi. Mereka dituntun istriku ke sofa panjang samping ranjang tidurku.
Padahal istriku juga takut tapi tidak terlalu diperlihatkan kepadaku dan mereka.

“Saya petugas Sift malam di ruang HCU itu mbak, tadi saat saya dan rekan saya mulai mendorong ranjang pasien yang baru meninggal dari ruangan itu!!!!” kata petugas pria
‘diam sejenak dan masih ketakutan pria yang berumur sekitar 30 tahunan ini’

“Saat kami baru keluar dari kamar HCU tiba-tiba ranjang mayat yang kami dorong berhenti dan oleng kesamping kanan.
Ranjang itu keluar dari jalan lorong utama, ranjang yang berisi mayat itu menabrak pot dan jatuh tersungkur ke tanah. Mayatpun ikut jatuh ketanah pak.” Sahut wanita yang berumur 30 tahunan itu, yang masih menundukkan kepalanya karena masih ketakutan.
“Saat itu, kami berdua berusaha dengan cepat untuk menaikkan mayat tersebut. Tapi???? “ Kata petugas Pria
‘diam sejenak, mata mereka saling beradu pandang dan setengah menunduk’
“Tiba tiba !!! mucul pria tinggi besar berbulu hitam lebat itu pak….pria itu berdiri tepat disamping kami! Kami melihat Pria itu sedang bertengkar hebat dengan wanita seperti mayat yang kami bawa.” jelas wanita yang berumur 30 tahunan ini.
“Saat kami melihat fakta itu didepan kami pak, sontak kami berteriak dan lari mencari tempat bersembunyi!!!! Kami tak sengaja masuk keruangan bapak ini!!!”
Terang pria yang berumuran sama dengan teman wanitanya, dan mulai menangis lagi dan menyandarkan mukanya kebahu rekan kerjanya.

“Tenang Mas ya, tenang! Kamu mas sama mbaknya sementara disini dulu saja. Gak papa kok!” Perintah istriku.
Setelah mendengar apa yang mereka lalui , aku dan istriku masih diam dan saling bertatap muka. Aku sengaja membiarkan kejadian ini, karena aku juga bingung apa yang harus kuperbuat. Aku akhirnya naik kerja ranjang pasienku karena capek juga nenteng cairan terus.
Waktu aku mengembalikan cairan ini ke tiangnya dan duduk diranjang pasien, aku memperhatikan mereka berdua yang ditenangkan oleh istriku. Kira-kira setengah jam berlalu akhirnya mereka sudah bisa menghilangkan sedikit rasa takutnya.
Dengan sedikit motivasi dari istriku, mereka mulai bangkit sedikit kepercayaan diri dan tanggung jawab mereka. Mereka akhirnya memutuskan kembali untuk membereskan mayat yang mereka tinggalkan di jalan lorong utama sebelah ruang HCU.
Mereka berdua berjalan kepintu ruanganku dan membuka kuncinya pelan pelan. Dan menarik gagang pintu perlahan…

KLEKKKK……

HUAAAAHHHHHHHH

TOLONGGGGGGGGGG…….!!!!!!!BRUAAKKKKKKKKK
Teriak keras mereka berdua, mengagetkan kami kedua kalinya. Dan suara keras bantingan daun pintu kamarku oleh mereka seakan merobohkan ruangan VVIP ini.

Aku tersentak kaget, spontan aku turun dari ranjang pasien karena teriakan kedua petugas rumah sakit itu.
Tak sadar jarum cairanku lepas, lepasnya jarum itu diikuti darah mengalir dari lengan tangan kiriku yang tak kusadari.

Istriku yang tadinya duduk disofa ikut berdiri dan menangkap dekapan mereka berdua yang kembali menangis.
Mereka berdua menagis lagi dipelukan kedua tangan istriku.
Aku yang berjalan menuju pintu ruangan dengan cepat, karena kaget dan penasaran ada apalagi sebenarnya ini? kubuka pelan pintu yang sudah tak terkunci,
dan hanya sedikit celah yang kubuka cukup untuk kedua matakku melihat keadaan di luar kamar.

Kuamati jalan depan kamarku dari kiri hingga kekanan. Terlihat seorang perempuan berjalan dengan anaknya, tapi disini sangat terlihat janggal untuk dilihat manusia normal.
Mungkin inilah tadi yang dilihat oleh kedua petugas itu.
Ya wanita ini berpakaian putih panjang dengan rambut terurai awut – awutan, tapi kepalanya terlihat pecah dari belakang disertai batok kepala warna kuning pucat menganga.
Pecahnya sekitar sepuluh centimeter, kepala yang pecah dengan garis yang tak beraturan mengalirkan sedikit darah dengan tetesan pelan. Pecahan kepala itu mengalirkan darah ke baju putih lusuhnya.
Jalannya pun terseok seok kekanan seperti tulang pahanya patah tapi dikuatkan dengan tarikan tangan kananya. Sedang anak kecil laki – laki berumur sekitar lima tahunan yang disampingnya ikut memegangi kaki wanita itu dengan tangan kirinya.
Anak itu memakai baju putih yang sama lusuhnya tapi tanpa kepala dilehernya. Terlihat hanya lehernya yang mengeluarkan darah, sedang kepalanya entah dimana.

“SIALAN MEREKA”
Kataku dengan geram, dan akupun segera menutup daun pintu kamarku. Aku berpikir ini adalah efek kekuatan leak yang ditinggalkan tadi sore, leak yang sempat marah kepadaku. Jadi saat itu bisa kupastikan semua mahluk ini mulai berdatangan,
sesuai semboyannya para penghuni rumah sakit tadi sore. Gila mahluk – mahluk ini memang nekat dan tak ada rasa takut kepada bangsa manusia.

Aku kembali menguncinya daun pintuku dari dalam.
Langkah kakiku berjalan mendekati istriku dan meminta handphone usang milikku yang selama dirumah sakit dibawa oleh istriku. Disini aku berniat dan berencana menghubungi tono! Untuk meminta bantuan
Tuuuuuttttt….Tuuuuuttttt…. Tuuuuuuuttttttt

“Halo ton ….?” Sapaku tanpa salam

“Halo mas, ada apa mas?” Jawab Tono

“Lu sekarang dimana? “Tanyaku

“Ini kan dirumah mas umar, habis acara rutinan mas!” Jawabnya
“Oh iya yah aku lupa Ton! “Jawab singkatku sambil tangan kiriku menggaruk kepala yang berambut setengah ikal.

“Lu bisa kerumah sakit gak Sekarang?” Pintaku

“Gak bisa mas, memang ada apa?” Tanya tono penasaran
“Aduh Ton aku butuh bantuan lu sekarang untuk ngeredam cakra Leak yang tertinggal.” Jelasku

“Memang lu ada acara apaan sih habis disitu?” Tanyaku lagi
“Ya aku kan belum pulang mas, tadi kan habis ngantar Andi sama Anne. Capek aku mas hari ini, maunya sih tono pengen istirahat total malam ini!” Terangnya.
“Ehhhhhhhh sialan lu!!! lu yang bawa masalah mau enak-enakan pulang tidur, aku juga capek Ton diteror anak buah Leak Anne!!!” Kataku sudah geram.

“Awas lu kalau gak datang!!!” Ancamku.

“Hadehhhh,,,,iya deh mas,,iya,,,,aku sekarang kesitu!” Jawab tono kesal.
18. Dark side [VVIP]3

“Ton…ton…ton…. Tunggu sebentar!” ucapku yang meminta

“Ada apalagi mas?” Jawab tono

“Tutup semua mata batinmu dulu sebelum masuk rumah sakit!” Pintaku

“Untuk apa sih mas?” Tanya tono.
“Udah lu ngikut saja, cepat kemari!” Perintahku dan kuakhiri pembicaraan ditelpon itu.

"Tuuuuutttttttt"

Jarak antara rumahku dengan rumah sakit memang dekat, sekitar 45 menit perjalanan dari rumahku.
Aku dan istriku yang masih dikamar VVIP mencoba menenangkan kedua petugas rumah sakit ini. Kami memutuskan untuk meminta kedua petugas ini tetap dikamar ini dulu, karena aku berfikir mahluk itu akan terus bermunculan.
Mereka akan menggangu yang beraktifitas dirumah sakit ini. Sambil menunggu Tono, darah yang mengalir dari lengan tangan kiriku ketahuan oleh istriku dan dia berlari panik untuk menutup lubang bekas jarum cairan itu dengan tissu.
Istriku merawat aku diranjang pasien sedang, kedua orang ini masih duduk meringkuk berpelukan diatas sofa depan ranjangku. Jelas mereka tidak bias membantu istriku merawat hal kecil yang terjadi padauk karena mereka masih sibuk dengan ketakutannya.
Tok…Tokk….. Tok

“Assalamu’alaiakum”….pintu kamarku terketuk dari luar diiringi salam suara khas Tono….

“Walaikum salam,” jawab serentak kami semua yang berada dalam kamar.

Saat itu juga istriku membuka pintu ruang kamar yang terkunci,

KLEKKK…
seketika itu juga Tono masuk dengan santai dan langsung menatap pemandangan yang janggal. Karena ada dua orang yang duduk berdua meringkuk berpelukan.

seketika itu juga Tono masuk dengan santai dan langsung menatap pemandangan yang janggal.
Karena ada dua orang yang duduk berdua meringkuk berpelukan.

“Ada apa mas? Itu kok mbak sama masnya? kenapa itu?” Kata tono heran disertai tangannya menunjuk kearah kedua orang petugas rumah sakit tersebut.

“Mereka habis melihat dua kali penampakan dirumah sakit ini.” Jawabku
“Ohhh jadi begitu.” Jawab Tono heran

“Lha mereka kan tiap hari dirumah sakit ini, kok malah takut kayak gini sekarang mas?” Tanya tono kepadaku

“Tidak seperti sekarang mas!” Sahut wanita petugas rumah sakit yang duduk disofa
“Rasanya saya besok mau berhenti kerja saja pak dari rumah sakit sini!” Sahut Pria yang berumur 30 tahunan

“Memang sudah separah itukah yang terjadi mbak/mas?” Kata tono.
“Oh iya tadi aku melihat ada ranjang yang dibiarkan tergeletak di lorong utama kok dibiarkan ya mas? Mayatnya juga masih ditanah itu.” Terang Tono lagi

“Itulah awal masalahnya ton, mereka berdua ini berada disini gara-gara itu?” Terangku
“Ooooohhhhh….gimana ceritanya mas?” Tanya tono

Dengan cepat kuceritakan kronologisnya dari awal sampai akhir kejadian yang mereka alami hingga kedua petugas ini sampai diruanganku, hingga akhirnya aku memutuskan untuk meminta bantuan ke tono.
Mereka hanya diam, mereka mulai duduk biasa dan melepaskan peraduan pelukan ketakutan mereka atas kedatangan Tono. Kedua petugas itu mulai bangkit kembali dari takutnya diruanganku tapi tetap belum berani kembali ketempat mayat yang mereka bawa.
Sedang Tono melangkah menuju ranjang pasienku dan duduk di kursi disamping ranjangku.

“Ton lu buka dulu mata batin lu, dan kuatin doanya selama disini.” Pintaku

“Iya mas.” Jawabnya
Tono diam sebentar dan duduk diam disampingku dengan kedua tangan yang bersendekap di dadanya, matanya pun ikut terpejam. Suasana hening saat itu aku anggap semua sudah reda dan kembali seperti semula.
BLENGGGGGG…..[suara hantaman keras dari atas kelantai bersumber didepan kamarku]

AAAAAAAKKKKHHHH [teriak dua petugas rumah sakit dan istriku, dengan cepat mereka kembali meringkuk disofa pojok]
“Suara apaan ton?” Tanyaku kepada tono dan membangunkannya dari diamnnya

“Gak tau mas?” Jawabnya singkat dengan membuka matanya.

“Cepet lu periksa !” pintaku cepat
Tono dengan cepat berjalan cepat ke pintu dan membuka pintu dari dalam, pintu yang belum dikunci dari dalam. Hanya kepalanya yang keluar menoleh ke kanan dan kekiri. Dia tidak melihat sesuatu apapun,
karena penasaran dia akhirnya keluar dari kamar mencari sumber suara dentuman keras yang barusan terdengar oleh kami. Setelah mengecek keadaan dari lorong ruang VVIP hasilnya pun nihil, hanya angin malam kecil yang berhembus diluar kamarku.
Akhirnya tono kembali kekamarku dengan santai, dia masuk dan dia mengunci pintu kamar VVIP ini.

“Gak ada apa – apa mas diluar.” Kata tono

“Ooohhh. Gitu ton!” Jawabku
“Masak pak?” Sahut wanita yang duduk disofa disamping tempat tidurku

“DUUUUUAAARRRRRRRRRRR….”

[Suara hantaman keras seperti tepat berada didepan pintu ruanganku.]

AAAAAAAAAKHHHHHH
[Jerit semua penghuni ruangan VVIP kecuali aku yang hanya berjingkat kecil tubuhku. spontan wanita petugas rumah sakit itu dan istriku akhirnya berpelukan. Sedang petugas pria ini berteriak menjerit dan langsung membungkukkan badan,
kedua tangannya pun ikut menutup kedua telinga dan wajahnya. Sedang tono hanya berjingkat badan dan kakinya.]

“Suara apalagi ini Tonnnn?” Tanyaku yang kaget dan langsung merubah posisi tidurku menjadi duduk dengan tegang
“Sialan !!! pasti ulah penduduk alam ghaib sini!” Kata Tono.

“Iya mungkin Ton?” Jawab singkatku.

“Terus gimana enaknya ini mas?” Tanyanya Tono kepadaku
“Kalau kita bertarung dengan para penghuni rumah sakit ini, pasti kalah kita berdua Ton! Jelas mereka kembali dengan membawa pasukan yang lebih banyak.” Jelasku

“Kalau panggil kawan – kawan pemuja ilahi gimana mas?” Pinta Tono
“ya gak mungkin Ton!!! Mereka mau ditaruh dimana? Apa gak curiga pihak rumah sakit??? Jawabku dan tanyaku pada Tono

“Gini saja mas! Gimana kalau kita bentengi saja sampai pagi. Biarkan terror mereka malam ini!” Pendapat Tono
“Iya gak papa ton? Beres! Kita malam ini bermunajat saja disini! Memohon perlindungan kepadaNya atas semua serangan ini!” Jelasku
Akhirnya kami berdua bersuci kekamar mandi dulu. Setelah itu kami menggelar karpet sajadah dua buah, akupun duduk bersila berdua dengan tono. Kami berdua saling berhadapan dan membaca kalimah – kalimah ayat suci untuk sedikit meredam serangan penduduk halus rumah sakit.
Malam semakin larut jelas semakin mencekam dan teror panjang untuk penghuni kamar kami saat itu. Kalau kedua petugas rumah sakit ini punya penyakit jantung bisa mati juga malam itu! karena suara hantaman energinya yang gila dan membabi buta.
Aku melihat istriku pun mulai ketakutan, dia dan petugas wanita itu hanya duduk meringkuk berpelukan! Akhirnya mereka berjalan membungkuk mendekati kami dan ikut duduk bersama kami. Mereka bertiga bergerak seolah mencari perlindungan dengan merapat kearah kami.
HAHAHAHA…HAHAHHA…HAHA….. PLAK..PLAK….

Tawa anak – anak kecil bermain diluar kamar ruangannku, disertai langkahnya yang terdengar berlari - lari.

“Hiiiiii suara apa itu pak?” Tanya istriku yang masih takut dan berpelukan dengan petugas rumah sakit’
“Jangan dengarkan buk! tutup saja kedua telinga sampean buk.”perintahku

Istriku dengan segera menutup kedua telinganya secara cepat, dan Gerakan itu diikuti kedua petugas rumah sakit ini.

Setelah itu bau ubi bakar datang menyengat semua hidung kami yang berada dikamar VVIP!!!
“Mas kok bau ubi bakar ya, apa jam segini ada yang jualan? jadi lapar aku mas!” Kata tono

“Ah lu ton lanjutin bacaannya! Jelas ini bau khas gendruwo dodol! Kalo sekarang keluar bisa mampus lu Ton!!!” Jelasku
“Iya nih bapak ada ada saja? Sahut petugas laki-laki yang meringkuk dengan rasa takut.
Didalam ruangan kami yang masih terkunci kami semua hanya diam, dan hening mendengar suara – suara mahluk halus dari luar kamar ini.
Lampu ruangan kami pun ikut meredup, saat serangan mereka bertubi-tubi mengahantam ruanganku.

Saat itu kami masih duduk bersama dan membaca bacaan ayat-ayat suci untuk menenangakan kami semua dan meredam kegiatan terror para setan rumah sakit dimalam itu.
Aku berpikir dengan ritual ini, kami bisa mempertebal dinding penghalang suci dari serangan para penghuni rumah sakit ini.

Aku dan tono terus berkonsentrasi, untuk tetap membaca kalimah kalimah suci, diringi kedua petugas rumah sakit dan istriku yang mengikuti kami.
Saat ritual aku mulai tak lagi menghirukan suara – suara dari luar kamar.

Padahal dentuman suara dari pintu, jendela, bahkan atap ruangan semakin menjadi jadi. Aku merasa ribuan pasukan rumah sakit malam itu menyerbu kami tiada henti.
Sampai akhirnya kulihat kedua wanita disampingku yang duduk dikarpet sajadah menunduk dan menahan kantuk. Diikuti petugas prianya ikut menahan rasa ingin tidur dengan duduk. Keadaan itu hanya sejenak bagi mereka, karena masih sering berjingkat kaget mendengar lirih suara itu.
Aku berusaha sekuat tenaga membendung dengan tono, kami menahan kekuatan yang mencoba masuk ke ruangannku. Saat ketiga orang ini menahan untuk tidak tidur suara – suara ledakan dari pintu dan depan kamar terus berlanjut, mereka terlihat hanya menghentakkan kecil tubuhnya.
Akan tetapi karena sudah tahu akan kejadian ini berlangsung lama mereka mencoba membiasakannya.

Malam itu serasa lama sekali, kami dari tadi yang masih membaca mantra akhirnya mendengar sayup-sayup suara tarhim subuh dari masjid kampung dekat rumah sakit ini.
Disertai suara orang-orang sudah pada ramai dilorong utama jalan rumah sakit. Ternyata mereka yang ketakutan setengah tertidur dalam duduknya.

“Mbak …mas….bangun?” Ucapku disertai tanganku yang menyentuh pelan pundak petugas prianya.
“Sudah jam berapa mas? Jawabnya petugas perempuan itu

“Sudah mau subuh mbak! insya allah sudah aman mbak, mas! Jawabku tenang.

Sesaat mereka langsung kekamar mandi ruanganku mencuci muka serta bersuci, dan bergantian dengan teman prianya.
Sedang istriku paling belakang mengikuti mereka.

“Pak tolong antar kami,” pintanya!

“Ya mbak!” Jawabku
Akhirnya Aku dan Tono duluan membuka kamar dan melihat orang-orang pada berkumpul ditempat mayat yang dari semalam tergeletak ditanah!
Kedua petugas serasa sudah hilang rasa takutnya langsung berlari mengahampiri mayat itu.

Mungkin karena saat itu sudah banyak orang disekeliling mayat itu. Mereka berdua dengan cepat membereskan pekerjaan rutinnya,
mengangkat dan menutupi mayatnya tentunya dibantu orang-orang disekelilingnya.

Tetapi disini mereka berdua tak mau lagi mendorong, mereka meminta bantuan satpam untuk mengantarkan mayat itu keruang jenazah.
Setelah itu kedua petugas langsung pulang tanpa mengambil barang bawaannya dikantor. Kurasa mala mini masalah sudah beres aku dan tono kembali ke ruanganku untuk menjalankan kewajiban kami.
Aku dan tono yang semalaman begadang menghalau serangan para setan, akhirnya ngantuk juga saat senja mulai menyebarkan sinarnya. Sinar itu melewati jendela kecil disamping atas ranjangku.
Saat fajar menjelang Istriku yang sedang dikamar meminta pamit pulang kepadaku, dan berencana sore kembali. Karena harus kepasar dan merawat anak-anakku. Pagi itu aku dan Tono berdua dikamar langsung tidur. Semalam juga aku berpikir untuk pulang paksa hari ini.
Aku merasa, kalau aku disini bakal mengundang mahluk – mahluk itu datang meneror kami lagi saaat malam nanti.

Aku bangun sore hari saat dikamar VVIP, sampai tidak tahu ada petugas yang megontrol dan mengecek keadaanku.
Aku bangun terlebih dahulu dan membangunkan Tono untuk meminta mengurus kepulanganku.

“Ton bangun!!!..”kataku

“iya mas, sudah jam berapa?” Tanya tono

“Jam sebelas ton?” Jawabku
“Mandi dulu sana gih, habis itu lu sama istriku urus administrasinya”. Pintaku sambil menunggu istriku yang janjinya sore ini datang

“Iya mas” jawabnya pelan dengan menguap dan berjalan ke kekamar mandi.
Tak lama kemudian akhirnya istriku datang dan mengurus administrasi dengan tono, mereka keruang administrasi untuk mengurus kepulangannku. Tapi yang didapat adalah pihak rumah sakit belum mengizinkan aku untuk pulang.
Baru besok pagi kami dibolehkan untuk pulang. Alasan mereka adalah masa pemulihan pasien dari HCU minimal tiga hari harus tinggal dirumah sakit, karena itu sudah jadi protap mereka yang tak boleh dilanggar.
Dengan rasa kecewa mereka kembali keruanganku, mereka memberi kabar buruk itu kepadaku.

“Mas …mas….!!!!”Panggil tono yang sudah disamping ranjang tempat tidurku

“Iya, ada apa ton?” Jawabku dengan balik bertanya
“Tadi diluar ruangan ini banyak yang teriak-teriak, keliatannya ada beberapa pasien dibeberapa ruang utama seperti kesurupan!” Terangnya

“Akhh masak Ton?” Jawabku

“Iya pak!” Sahut istriku.
Waduh mulai lagi, ternyata memang leak calonarang ini memang bener-bener pembawa bencana. Hanya marah sedikit sudah seperti ini kejadiannya, aku juga ga bisa meredam aura leak disini.
Jika meredam memakai bantuan pemuja ilahi pasti pihak rumah sakit pada curiga. Aku pikir saat itu untuk membiarkan saja biar mereka cari alternatif sendiri-sendiri. Semisal kalau aku bantu malah tambah curiga hasilnya bisa berabe dan kepo nanti.
“Pasiennya sekarang membludak juga pak, tuh dilorong tengah saja sudah mulai penuh! Padahal kemarin kosong.” Jelas istriku

“Iya mas.” Tegas tono
“mungkin emang musimnya orang sakit kali ya buk, tiba-tiba banyak orang sakit banyak.” Jelasku untuk menenangkan istriku yang masih polos.

“iya mungkin saja sih pak”. Jawabnya

“Pak! Ibuk habis ini pulang ya, ibuk gak mau kayak tadi malem. Takut pak? Pinta istriku
“lha terus ?”tanyaku

“Nanti ibuk biar ke rumah mas imron saja untuk gantiin ibuk. Lagian ibuk juga belum tidur dari kemaren pak? pinta istriku yang memelas dan tampak kelelahan.

“oh ya buk gak papa.”jawabku
Sore itu aku menerka serangan apalagi yang akan dilancarkan setan rumah sakit, dimalam ini kepada kami. Setelah kami bertiga dikamar disertai hawa kekecewaan karena tidak bisa pulang paksa.
Tidak lama kemudian sebelum malam tiba istriku pulang, kasian juga istriku yang ketakutan kemaren malam dan kecapekan di hari itu.

Malam selepas isya Tono aku minta untuk tetap siaga dikamarku ini, sekalian sama nunggu Imron. Aku sangat kuatir saat itu,
kuatir akan hal yang tak kuinginkan mengenai orang-orang terdekatku. Waktu aku berbaring diranjang tempat tidurku dan tono duduk disampingku.

Tok…tok…tok…tok… [suara ketukan dari pintuku]

“Assalamu’alaikum.” Salam imron
“Walaikum salam pron!” Jawabku saat melihat sosok kawan sepropesi datang.

“Jadi kapan pulang mas?” Tanyanya.

“Besok pron!” Jawabku.
“Mas kemaren malem aman kan mas? Gak ada apa-apa kan?” Tanyanya yang curiga

Mungkin waktu istriku meminta Imron menggantikannya, dia tidak bercerita apapun kepada Imron agar dia mau menemaniku dirumah sakit.

“Nyantai pron. Aman !!!” Jawabku bohong untuk meyakinkannya.
“Tapi hawanya kok aneh mas ya?” Tanya Imron

“Aneh memang pron disini, soalnya disini dingin ada AC nya sedang diluar panas! Ya kan? Jawabku asal

“Hehehehe bener mas.” Jawab imron yang lugu
Imron saat itu kusuruh duduk disofa untuk menikmati minuman dan makanan kecil. Sedang, Tono masih asyik mulai melanjutkan tidurnya disofa dekat Imron.

Tokkk…Toookkk..Toookkk.
'Suara ketukan pintu kamarku membangunkan aku yang tertidur diranjang pasien.'
Aku melihat Tono sudah tidur malam itu sedang Imron masih asik bermain Hp jadulnya. sekilas aku melihat jam dinding sudah jam sepuluh malam. Aku turun dari ranjang dan menuju pintu kamarku yang tak dikunci sejak kedatangan Imron.
Klek…bunyi gagang pintu yang kutarik dan terbuka dari kait besinya
[waktu pertama kubuka bau busuk mengikuti menusuk dua lubang hidungku]

Kubuka sedikit terlihat seorang pria bule tinggi ditemani dua orang suster,
aku mempersilahkan masuk saat itu. Pertama aku tidak curiga sama sekali akan hal ini. Aku langsung tidur diranjang dan tono yang masih tidur disofa sebelah Imron.

Aku mengira masak Anne mengirim dokter dari negaranya sampai kok ada dokter bule disini,
setelah kuamati perlahan – lahan aku merasa ada yang janggal. Sedang Imron disini orangnya cuek, karena asik main HP. Entah waktu itu apa saja yang dimainkan aku sendiri tak tahu,
biasa kalau kita juga sedang main HP game atau yang lain pasti yang terlihat didepan tak akan diperhatikan.

Yap!!!! Mereka datang dari masa lampau, Mereka berpakain ala zaman kolonial. Dokter dengan pakaian putih tebal khas baju jaman dahulu tentunya dengan model yang jadul ala
kompeni, memakai kaca mata khas berantai kecil disamping kanan kirinya. Sedang dua wanita pribumi ini memakai baju putih lengan pendek, rok pendek putih dan topi khas perawat jaman dahulu tentunya model sangat kolonial.
Kedatangan mereka yang masuk keruanganku dengan bau busuk menyengat juga kala itu, aku mencoba mencari sumbernya tapi tidak ada.

“Gimana pak? Keadaanya? Apakah sudah baikan?” kata dokter bule itu dengan logat kental bahasa belandanya’
“Iya dok sudah baik kok saya?” Jawab singkatku.

Setelah itu dokter hantu ini mencoba memeriksa dadaku dengan alat jadul, dia menempelkan benda besi berupa lempengan bulat yang dingin. Setelah mengecek kesana kemari akhirnya dokter itu terlihat tersenyum saja kepadaku.
Setelah itu dokter hantu ini mencoba memeriksa dadaku dengan alat jadul, dia menempelkan benda besi berupa lempengan bulat yang dingin. Setelah mengecek kesana kemari akhirnya dokter itu terlihat tersenyum saja kepadaku.
Dengan santai dokter hantu itu menyerahkan alatnya kesuster dibelakangnya. Mereka pun pamit dan melangkah keluar dari kamar.
Saat mereka berbalik arah punggung mereka terdapat lubang busuk menganga sebesar ember kecil disertai sedikit bekas darah yang mengalir dan ulat-ulat putih kecil, ulat ulat itu berebut daging dipunggung dokter bule itu.
kedua susternya pun juga begitu ulat-ulat di lubang punggung mereka berebut daging busuk.

Ternyata sumber bau tadi ini dari mereka bertiga ini, pantesan semakin mendekat dengan mereka bau itu semakin menyengat.
Sampai hawa dingin AC kamar ini pun tak dapat menghilangkan baunya dengan cepat saat itu. Padahal ruangan ini juga sudah ada pengharum ruangan.

“Mas bau busuk apa ini?” Tanya Imron sedang asik main hp

“Bau tikus yang mati pron?” Jawabku asal
“Ooohhh…ruang VVIP kok ada tikusnya ya!” Jawab imron dengan posisi duduk dan berkonsentrasi memainkan HP jadulnya.

Berdasarkan apa yang baru kualami akhirnya aku pun mengikuti mereka, tapi hanya sampai depan pintu kamarku saja.
Saat itu kulihat rumah sakit ini sangat ramai sekali, penuh dengan orang – orang model kolonial. Tapi gedungnya rumah sakit tetap tidak berubah dan sesuai seperti saat ini. Anehnya pasien kata istriku tadi sore sudah banyak memenuhi lorong sekarang tidak ada sama sekali.
Ini siasat setan apalagi!!!

Semoga malam ini tidak ada kejadian terror yang membuat repot aku lagi, akupun kembali keruangku dan menguncinya dari dalam. aku berjalan kembali keranjang tidurku, untuk istirahat kembali dan berpikir positif saja malam itu.
Aku merasa benteng yang kami pasang sudah kuat malam itu, dan aku ingin memastikan keadaan mertua Joko sebelum aku pulang besok. Diwaktu ini aku mencoba keluar dari tubuh kasarku untuk mencari keberadaan sukma mertua Joko,
aku merasa penasaran karena kemarin kulihat ibu mertua joko sudah menjenguk aku diruang ini, kupikir beliau sudah sehat saat itu.

PUUUUSSSSHHHHH……………………….
Pertama saat melesat aku ingin melihat diruang HCU, Aku menuju dengan cepat ke ruang HCU tempat ibu mertua Joko. Disana aku melihat hanya ada seorang lelaki yang sedang membaca kitab suci, dan ibu mertuanya masih tetap tergeletak diranjang tidurnya.
Cangkang ibu mertua joko tetap belum seutuhnya penuh akan sukmanya, dan masih ada rantai hitam yang tak kasat mata masih melingkar ditubuh kasarnya. aku pikir saat itu sukmanya masih belum kembali lantas siapakah kemarin yang datang menemuiku?
Disini kebingunganku menjadi-jadi akhirnya aku berdo’a meminta petunjuk untuk mencari sukma itu, aku terbang kesana kemari seakan memainkan waktu malam Panjang itu. Tapi hasilnya masih nihil.
Padahal hari ini sudah hari ketiga, memang sangat sulit sekali kalau sudah terlampau lama sukma yang menghilang ini untuk dicari. Kurasa sudah cukup, aku sendiri sudah merasa capek, akhirnya kuputuskan kembali ke jasad kasarku.
Sleeeppppp…..[tubuh halusku yang masuk ke ragaku]

Setelah pencarian Panjang itu, aku ingin langsung tidur dan aku berpikir sudah terhindar dari serangan jahat mahluk penghuni rumah sakit ini. Waktu aku kembali kulihat tono dan imron sudah tidur.
Aku sendiri baru saja memejamkan mata yang Lelah ini.

DUAARRRR….DUAARRRRR….DUAAARRRRR…

Suara ketukan keras dari daun pintuku.

Kami betiga yang berada dalam kamar ini bangun seketika. Kulihat waktu itu jam dinding menunjukkan jam 03.00 WIB
aku merasa sudah sangat larut dan hampir subuh. Anggapanku tadi ternyata salah, setan setan ini tetap pada pendiriannya masih mencoba meneror kami malam itu.

“HAI MANUSIA MUDA KAMI TAK AKAN MELEPASKANMU”
Teriak keras suara yang berada diluar kamar disertai asap putih tipis mencoba masuk dari bawah pintu ruanganku, tapi asap itu tertahan oleh benteng kami. Aku bersama tono hanya diam dan saling berpandangan saat mendengar suara teriakan yang keras itu.
Tatapan imron kepadaku yang bangun terlihat takut saat itu.

“Suara siapa itu mas?” Tanya Imron

“Gak tau pron?” Jawabku pelan

“Aduh mas, sampean bohong ya …….!!!! Ini yang aku gak suka mas.”
Jawab imron dengan bulu kuduknya mulai naik. Serta tangannya saling mendekap kedadanya.

“Gak pron itu paling orang gila teriak gak jelas .”Sahut Tono meyakinkan Imron
Saat itu aku dan Tono kembali menggelar sajadah kemarin di bawah ranjangku, kami berdua bersuci dan duduk berhadapan.

“Mau ngapain mas?” Tanya Imron yang penasaran.

“Ngaji pron!!!” Jawabku

“ealah kok tumben mas.” Sahut Imron.
“lagi pengen pron” jawab tono yang sudah duduk di atas sajadah

Aku dan tono memang sengaja tidak memberitahu Imron kejadian kemarin, agar dia tidak panik dan ketakutan heboh sendiri.
Kami berdua langsung membaca ayat-ayat suci. Bacaan sebagai penghalau mahluk – mahluk terkutuk itu.

DUAAARRRRRR………..

“Astaghfirullah hal adzim”…..[jawab imron dengan kaget]

“Suara apaan lagi ini mas??” Tanya imron

“Mercon pron” Jawab tono usil
“gak ….gak …kalian nipu aku!!!! Jawab imron dengan cepat langkahnya menuju kami berdua yang duduk sambil melantunkan ayat – ayat suci.

Imron langsung duduk setengah berjongkok disebelah Tono, menempelkan Pundak dan pinggangnya karena ketakutan.
Jadi posisinya berhadapan denganku tapi agak bergeser ke kanan.

“Awas jangan kecing disini pron”. Kata Tono dengan melirik sedikit ke arah Imron.

DUUUUUUAAAARRRRR
“Whooooiiiii”…..suara imron yang spontan

“ah setan mas tono ini!!!! Enggak mas!!!jawab Imron yang menolak ekspresi ketakutannya, sedang badannya juga mulai bergetar.

“Tuh apaan pron”kataku menunjuk kecelana hitamnya yang mulai basah.Aku langsung berdiri dan pindah ke sofa.
“akh sialan lu pron….untung gak kena celanaku”sahut Tono dengan melihat celananya yang tidak ikut kena air kencing Imron.

“aaakkkkuuu….takuuutttt masss….beneraaannnn.”kata imron dengan mimik bibirnya yang gemetar dan keringat dingin kecil-kecil mulai bermunculan diwajahnya.
“ya udah ayok ke kemar mandi dulu ganti pake sarung mas umar” pinta Tono.

“baru gini saja pron, udah kencing-kencing coba kemarin!!!! Bisa mati lu disini!” Gerutu Tono yang beranjak mengantar kekamar mandi dan menenangkannya.
Saat tono menenangkan Imron, dan menemani dikamar mandi bunyi tarhim sudah berbunyi lagi dari masjid terdekat. Suara suara aneh dan dentuman yang tertuju pada kami kamar ikut mereda,
saat itu juga suara – suara serangan setan rumah sakit itu ikut lenyap bersama datangnya waktu subuh. Akupun bergegas untuk bersuci dan besiap untuk melakukan ritual wajib bersama tono sedang imron yang masih ketakutan dikamar VVIP.
Malam terakhir sudah kulewati saat itu dirumah sakit kematian ini, siang itu aku berharap bisa pulang secepatnya sesuai janji pihak rumah sakit kemarin.
19. Land and leaves

Tak terasa tujuh hari aku dirawat dirumah sakit, diruang VVIP sekarang aku berada dalam kondisi siap pulang. Padahal aku sendiri merasa sudah benar-benar sehat dan fit 100% sejak dua hari lalu,
tetapi harus menjalani prosedur rumah sakit ini yaitu perawatan tiga hari setelah itu boleh pulang. Tentu untuk biaya administrasi diberesi Tono, karena andi sudah menitipkan biayanya ketono waktu mengantar Anne pulang.
Pagi itu istriku datang untuk membereskan perlengkapanku selama di rumah sakit. Istriku tidak bertanya apapun akan kejadian semalam, seakan dia sudah tahu. Istriku hanya cuek dan tak mau tau urusan kayak begituan karena rasa takutnya terhadap dunia persetanan.
Pasien yang dilorong rumah sakit tetap banyak siang itu sesuai yang diberitahukan kemarin oleh istriku, anehnya tadi malam kok gak ada ya? Ah biar saja, kami berempat langsung pulang kerumahnku dengan naik mobil Tono yan sudah siap dipakiran,
kami berempat langsung meluncur kerumah mertua.

Dihari yang terakhir aku pergi meninggalkan ruangan VVIP untuk pulang menuju rumah mertuaku. aku merasa masih sedikit khawatir jika langsung kerumahku sendiri, khawatir akan terror anak buah calonarang ini.
Aku pulang bersama Tono, Imron dan istriku dengan membawa kendaraan mobil sejuta umatnya. Andi dan Anne waktu itu tak bisa ikut menjemput kami karena kusuruh berdiam dirumahnya dahulu.
“Pron gimana para tetangga setelah kejadian seminggu kemarin?”tanyaku saat sudah didalam mobil Tono.

“Aman mas, tapi kok aneh mas ya. Kan waktu pertama mas bertarung melawan leak mbak anne paginya banyak yang sakit tapi kok yang terakhir di kampung aman-aman saja.” Jawab Imron
“Iya ya pron.” Sahut Tono yang sedang menyetir mobilnya.
“Itulah ritual yang diberkahi pron! Ritual para pemuja ilahilah yang meredam semua aura dan cakra jahat raja leak itu.” Jelasku

“Oooohhhh jadi begitu mas!” Sahut Tono lagi
“Memang pron mas umar ini topcer kalau urusan ginian.” Jelas tono

“Iya ton, ada saja akalnya!” Timpal Imron.

Istriku hanya diam untuk mendengarkan dan mengamati pembicaraan kami selama perjalanan kami pulang.
Karena istriku merasa capek beberapa hari merawat aku dirumah sakit dan mondar mandir.

Dalam perjalan pulang aku memikirkan mertua Joko, sejak aku beri bacaan dari kitab suci untuk dibaca didepan mertuanya, belum ada kabar lagi dari dia.
Aku pikir mertua Joko saat itu sudah baikkan atau sebaliknya, Karena waktu dirumah sakit mertua Joko sempat menjenguk aku. Biarlah dalam pikirku, semoga diberi yang terbaik untuk keluarga Joko, yang penting aku harus fokus untuk urusan Anne yang lebih utama.
Siang itu kami sampai dirumah mertuaku dan disambut anak serta mertuaku. Senang rasanya beberapa minggu akhirnya bisa ketemu sama kedua buah hati tercinta, spontan air mataku ikut menetes saat memeluk mereka karena kerinduan kepada kedua jagoan kecilku.
Bapakkk…bapakkk….! teriak anak-anakku sambil berlarian menuju arahku yang terlihat dari kejauhan

Akupun langsung memeluk mereka dengan kedua tanganku dan aku gandeng satu persatu tangannya untuk menuju rumah mertuaku.
Kami langsung menuju ruang tamu mertuaku yang tak besar, tapi cukup nyaman disinggahi. Rumah bercat putih dengan empat jendela diruang tamunya. Aku sendiri disuruh mertuaku untuk tinggal sementara dirumah beliau, dan menghentikan aktifitasku untuk sementara waktu.
“Ton Lusa lo jemput aku disini ya?” Kataku diruang tamu mertuaku

“Iya mas, emang mau kemana mas?” Jawab dan tanya Tono.

“Udah ikut saja nanti bertiga sekalian sama Imron!” Jelasku kepada Tono
Imron hanya diam dan memandangi kami saja saat aku dan tono berbicara.

“Ok. Mas! tapi pemuja ilahi siapa yang pimpin mas?” Tanya Tono lagi

“Huda kan bisa ya pron?” Jawabku sambil mengalihkan pandangan ke Imron

“Bisa mas!” Jawab singkatnya

“Ok sip kalau gitu mas!” Jawab Tono
“Ton ayok duluan kalau gitu, biar aku cari Huda untuk persiapan acara nanti malam.” Terang imron

“Oh iya pron untuk uang kegiatan ini dariku saja!” Pintaku

Aku memanggil istriku untuk meminta uang pemberian dari Anne yang masih utuh diamplopnya.
Aku memberikan semua uang itu kepada imron untuk dipakai operasional klub pemuja ilahi bekerja. Hanya berkurang sedikit waktu kupakai minggu kemarin untuk kerumah mbah salman.
“Ok mas, tak bawa dulu ya. Sekalian mau pamit.” Jawab imron dan langsung pergi bersama tono untuk mempersiapkan ritual rutin dirumahku.

Waktu itu aku masih mempunyai sedikit tabungan.
tabungan kami disimpan oleh istriku inilah yang akan kupakai untuk operasional dan kebutuhan keluarga sederhana kami kedepan.

Aku yang masih duduk santai diruang tamu mertuaku masih memikirkan masalah besar Anne, tapi masalah Joko dan mbah salman malah mengikutinya.
Setelah itu aku istirahat dikamar. Ini adalah malam pertamaku dirumah mertua saat keluar dari rumah sakit. Aku mulai tidur jam delapan malam dengan istriku sedang anak-anakku dikamar sebelah.

BAPAKKKKK…..IBUKKKKKKK….
'Teriakan anak anakku dari kamarnya disebelah. '
Aku yang langsung bangun bersama istriku, aku menuju kamar anak-anakku.

“Ada apa le?” Tanyaku yang sedang berjalan mendekati mereka dikamarnya dan duduk disamping ranjang tidur mereka.
“Itu pak?” Jelas anakku yang bungsu, sambil menunjukkan tangannya ke arah jendela kamar.

“Ada apa, malam – malam begini memanggil bapak ibuk berteriak-teriak?” Tanyaku lagi.

“Ada orang yang mengintip dari jendela itu pak? Tapi matanya merah menyala!” Jelas polos sibungsu.
“Ooohhh ya sudah bapak coba usir saja ya!” Jawabku untuk menenangkan mereka.

Aku berjalan kejendela kamar anak-anakku tidur, dan kulihat keluar jendela memang banyak mahluk halus yang sedang berada disamping kamar ini.
Kelihatannya apa yang diucapkan setan rumah sakit itu benar. Mereka benar-benar mengincarku, tapi juga keluargaku yang ikut terancam.

Malam itu aku suruh istriku untuk tidur bersama kedua putraku, sedang aku berdoa dan meredakan aura yang berada disekeliling rumah mertuaku.
Aku berjalan mengitari rumah mertuaku tujuh kali dan membacakan beberapa mantra dan ayat-ayatnya, semoga bisa menjadi penghalang sisi dunia lain. Aku bermaksud agar besok saat aku tinggal kerumah mbah salman disini sudah aman.
Untungnya mertuaku tidak terbangun akan hal ini, karena kamar mereka agak jauh dari kamar anak-anakku.

Saat selesai semuanya aku kembali kekamar anak-anakku, dan menjaga mereka sampai menjelang subuh. Kulihat istriku tidur memeluk kedua anakku,
istriku mulai takut juga malam itu karena dengan gaya tidur yang berselimut rapat di sekujur tubuhnya.

Suara tarhim dari masjid samping rumah mertuaku membangunkan aku yang ikut terlelap dikamar anak-anak. Aku yang menjaga mereka ikut tertidur juga ternyata!
Sukur terror setan rumah sakit malam ini tidak terlalu parah dengan malam-malam sebelumnya. semenjak membantu anne, aku tidak pernah tidur dirumah mertua! Baru kali ini saja tidur dirumah kakeknya anak-anakku.
Setelah ritual berjama’ah sampai selesai aku pun membantu istri sebentar didapur dan mengantar anak sekolah. Senang rasanya bisa kembali kerutinitasku dahulu, meski hidup sederhana.

KRIIIIINGGGGGG……KRRIIIIIINGGGG….KRINGGGGGG
07.00 wib suara hpku berdering dengan kerasnya dari ruang tengah rumah mertuaku. Istriku berlari dari dapur menuju ruang tengah mengambil hp butut itu dan memberikannya kepadaku diruang tamu.

“Halo mas..?” sapa Joko tanpa salam

“Ada apa mas?” Jawabku
“Mas sekarang dimana? Kok dirumah gak ada orang?” Tanya Joko

“Aku lagi dirumah mertua mas, didesa sebelah!” Jawabku

“Oooh aku kesitu mas ya, gak enak bicara ditelpon?” Pinta Joko

“Ya silahkan mas.” Jawabku
15 menit kemudian mobil SUV putih besutan Jepang bertabur berlian berplat seri nomor cantik parkir didepan rumahku. Terlihat Joko sendiri turun dari kendaraannya. Memakai baju batik merah kombinasi kuning dan celana Panjang kain hitam.
Aku yang sedang duduk diteras rumah mertua sambil menunggunya, saat memandangi dari jauh pria yang mempunyai tinggi 175 cm itu, Joko tampak sedikit sedih dan kesal.
Joko berjalan melangkahkan kakinya menuju ke teras rumah mertuaku dengan senyum tipisnya untuk menutupi kesedihannya.

“Assalam’ualaikum….” Dengan tangannya yang meminta berjabat tangan kepadaku lebih dulu.

“Walaikum salam.” Jawabku singkat.
“Gimana mas, tadi gak kesasar?“ Tanyaku

“Enggak mas, tadi diberi tau sama tetangga mas arah-arahnya kesini kok.” Jawabnya

“Gimana mertua mas Joko sekarang?” Tanyaku.

“Masih belum ada perubahan mas!!!” Jawabnya.
“Ooohhh, jadi belum ada perubahan?” Jawabku sambil berfikir untuk mencari dan mengingat – ingat apa yang pas untuk perubahan mertua si joko ini.

“Trus gimana mas? Ada solusi lain?” Tanya Joko.

“Ada sih, tapi ada beberapa syarat yang harus mas Joko penuhi.” Jawabku.
Aku ingat waktu kakek sama bapak, saat mereka menghadapi kejadian persis seperti ini. Yaitu sukma yang diikat oleh musuhnya atau orang yang tidak suka dengannya. Cara ini memang sebenarnya sepele tapi menyiksa dalam kurun waktu yang lama!
Siasat kebiadaban manusia yang kebablasan, karena ingin membunuh musuhnya secara halus dan memiskinkan lawan. Jelas dalam kurun waktu lama harta sang musuh akan habis sedikit demi sedikit untuk mecari pengobatan dan pertolongan.
“Jadi begini mas Joko waktu aku ikut sama kakekku dulu ada orang yang sakit seperti lumpuh kayak begini, sama persis tapi sakitnya hanya sekitar 2 tahunan.
Padahal orang yang sakit lumpuh itu kalah saing dalam bisnisnya. Tapi maaf setelah rantai ikatan ghaib dibuka orang itu mati.” Jelasku memberi contoh kejadian masa lalu.

“Lah terus nasib ibuk mertuaku gimana mas? Apa masih bisa disembuhkan.?” Tanya Joko yang penasaran dan takut.
“Untuk masalah hidup dan matinya mertua mas Joko kita serahkan saja pada sang pencipta mas, aku hanya membantu semampuku dan sebatas pengetahuanku saja.” Jelasku.

Dilema untuk mas Joko saat itu, memikirkan nasib mertuanya yang sakit parah sejak 10 tahun yang lalu.
Takut resiko yang akan dihadapi antara hidup dan matinya sang mertua!!!

“Ya sudah mas, gak papa apapun resikonya insya allah kami siap. Dari pada ibuk mertuaku sakit tak kunjung sembuh, jika meninggalpun kami juga siap mas.
kasian hidupnya menderita selama sepuluh tahun terakhir ini. Syukur – syukur bisa sembuh dan pulih seperti sedia kala.” Terang Joko

“Ok mas aku jelaskan, ibuk mas Joko sebenarnya sukmanya sudah diambil seseorang dengan bantuan iblis tentunya.
Saat ini yang mas Joko lihat hanya cangkangnya atau jasadnya yang tidak utuh. Kalau belum tujuh bulan mas insya allah bisa disembuhkan tapi kalau lebih dari itu sukma ibuk mas Joko sudah tidak bisa kembali. Kemungkinan terbesarnya adalah kematian.” Jelasku lagi
“Jadi begini mas, mas Joko pulang ambil tanah dari rumah ibuk mertua mas Joko. Ambil tanah yang didalam rumah Mertua mas Joko. Setelah itu ambil daun bidara, dan dua jenis daun lain yang masih segar. Setelah itu mas Joko bawa kemari.
Aku minta mas Joko bawa jajanan dan uang pecahan seadanya untuk 40 orang untuk berbagi kepada anak-anak yaim piatu. Tapi ingat mas aku ini juga orang biasa, bukan kiai, bukan dukun dan bukan dokter. Aku hanya berusaha membantu sebagai teman dengan ikhlas!!!” syaratku
“Baik mas aku akan penuhi permintaan mas!” Jawab Joko singkat

Joko pun pergi kerumah mertuanya saat itu untuk mengambil apa yang kusarankan. Selang beberapa jam Joko sudah kembali dengan istrinya kali ini.
Saat itu aku langsung mengundang anak-anak yatim sejumlah 40 orang kerumah mertuaku. Disitu bungkusan tanah dan dedaunan aku taruh ditengah dan jajanan seadanya serta amplop sejumlah anak yang kuundang.
Waktu itu kami bacakan beberapa potongan ayat-ayat suci dan kami semua berdo’a bersama. Do’a dengan anak-anak yatim piatu yang khusuk memohon yang terbaik untuk mertua Joko sore itu.
Setelah acara kututup kubagikan semua bawaan Joko kepada para anak yatim kecuali kepada keluargaku. Setelah semua anak-anak yatim pulang tinggalah kami bertiga dengan Joko dan istrinya.
“Mas apa ini cara yang bener?” Kata Joko ragu

“Bener gimana maksudnya Jok?” Jawabku heran

“Apa kita gak musrik mas? Memakai benda seperti ini?” Jelas Joko sedikit ragu
“Joko…Joko!!! kamu memang orang taat pada syariatmu, tapi kita tadi kan hanya berdoa meminta kepada yang esa. Tanah dan dedaunan ini hanya sebagai media saja!” Jelasku

“Beneran mas?” Jawab keraguan Joko
“Eeehhh kalau lu gak percaya juga gak papa jok! Aku gak memaksa.” Sahutku tenang

“Lah saat kamu ngompres istrimu waktu sakit kamu percaya yang menyembuhkan itu handuk basahmu? Kan tidak jok? jawabannya memakai media!
Kita meminta dan memohon hanya kepada sang pencipta bukan kepada benda” Jelasku lagi

“Iya ya mas!” Jawab lirihnya

“Yang penting kita berdoa dan yakin saja kepada yang maha esa. Kita pasrah dan ikhlas saja masalah hasil, biar sang pencipta yang menentukan Jok.” terangku
“Sekarang gini mas, kalau mas Joko percaya taruh itu semua yang dibungkusan kantong plastik yang habis kita do’akan tolong ditaruh dibawah tempat tidur ibuk mas Joko. Taruh bungkusan itu tepat dibawah kepala mertua mas Joko.
Ini cara dari kakekku dulu, kalau mas percaya! Kalau tidak percaya sama sang pencipta juga tidak apa-apa.” Perintah dan terangku
“Karena gini mas, musuh dari mertua mas Joko adalah ilmu hitam pengikat sukma yang korbannya biasanya mendapat julukan menjadi “KEMBANG BAYANG” [lumpuh total]. Kalau sudah berada dalam situasai gini mas, 99 % adalah kematian.
Aku sudah berusaha mencari sukma ibu mertua mas Joko tadi malam, tapi hasilnya nihil karena sudah terlalu lama.” Jelasku

“Iya mas, saya coba saja dulu! Apa salahnya juga, toh hanya dedaunan saja kok.
Kita juga berdo’a dan meminta juga kepada yang esa kan mas, bukan ke benda ini.” Jawab Joko dengan keyakinanya yang mulai bertambah.

Setelah itu Joko pergi kerumah sakit dan menaruh bungkusan kantong plastik itu dibawah ranjang tepat dibawah kepala ibu mertuanya.
Malam pun tiba kala itu, Akupun kembali melanjutkan istirahatku dirumah mertua. Aku ingin benar-benar memulihkan kondisiku karena mau kerumah mbah salman atas perintah dari guruku.
Hari itu kawan-kawanku memang tidak mendatangiku karena sudah kujanjikan besok untuk bepergian denganku. Malam itu malam kedua aku berada dirumah mertua, menjadi malam agak tenang akan gangguan dari setan setan rumah sakit kemarin. Tapi sekitar jam 02.00 wib.
TAAAAAKKKK (AAAKKKKKKHHHHHHHHHH)

‘Suara rantai terputus dan jeritan seorang wanita yang memekikan teliga malam itu’

Aku langsung bangun dari tidurku mencari sumbernya. Malam itu aku berjalan mondar mandir dari dalam rumah mertua sampai keluar tapi tidak ada apa-apa.
Mungkin hanya halusinasiku saja pikirku malam itu, akhirnya aku memutuskan untuk tidur kembali bersama istriku.

Keesokan harinya setelah mengantarkan anakku sekolah, saat menyalakan hpku ada pesan masuk dari Joko sekitar jam 7.15 wib, pesan ini kelihatanya dari tadi malam.
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Telah meninggal dunia
Ibu ****
Pada waktu saat itu
Di *****
Dari kelurga ****
Desa *****

Jenazah akan dimakamkan nanti siang jam 12.00, sebelumnya sahabat dan kerabat bisa menshalati dikediaman almarhum.
Mohon maaf apabila almarhum mempunyai salah selama ini. Semoga amal ibadahnya diterima disisinya.

Mungkin inilah manfaat ilmu dari orang dahulu, atau do’a yang tulus dan ikhlas dari anak-anak yatim kemarin didengar oleh sang pencipta! Aku sendiri juga tak mengerti,
Dalam hati aku berdo’a semoga amal ibadahnya diterima disisinya. Setelah itu aku memberi kabar pada istriku dan mertuaku yang sedang didapur.

“Buk, bapak mau ta’ziyah dulu ya?” Pintaku

“Sendiran saja pak? Ibuk boleh ikut?” Jawab dan pinta istriku
“Sama Tono dan Imron buk. Bapak nunggu Tono dulu buk, sekalian nanti jemput Imron sekalian mau ke rumah mbah salman.” Jawab dan jelasku

“Ooooh gitu rencananya? Ya sudah pak!” Jawab pasrah istriku.
Pagi itu seuai janji Tono, dia datang kerumahku. Kebetulan hari itu aku sekalian ta’ziyah dan langsung bisa kerumah mbah salman. Aku berangkat dari rumah mertuaku berdua dengan Tono, dan menghampiri Imron dirumahnya. Kami bertiga berangkat dengan mobil andalan Tono.
Mobil Tono yang dari jalan besar sampai masuk kerumah mertua joko tampak penuh sesak dikanan kiri jalan, ditambah arus motor dua arah. Sehingga kami harus berjalan dengan pelan dan memarkirkan mobil itu jauh dari rumah Mertua Joko.
Aku, Imron dan Tono memasuki areal rumah duka disana sudah banyak orang yang berkumpul. Orang orang ini kebanyakan dari kerabat, tetangga dan sahabat almarhum. Mereka semua ingin memberikan penghormatan terakhir siang itu.
Senyum tipisku kulemparkan ke Joko sebagai jawaban atas sambutan Joko. Aku dan kawan-kawan berjalan melewati halaman yang luas, halaman rumah tua milik mertua Joko
“Mas ….” sapa Joko dari teras rumah mertuanya dan menghampiri kami.

“ ei Jok, yang tabah ya! Sapaku yang langsung menjabat tangannya dan memeluk tubuhnya, diikuti kedua sahabatku dari belakangku.

“ Ya mas, terima kasih atas saran dan doanya.” kata. Joko
“ Iya Jok sama-sama, mungkin ini hanya kebetulan saja!” Jawabku

Kami bertiga langsung menyalami semua keluarga Joko satu persatu, dan menunaikan ibadah terakhir untuk mertuanya.
Suasana duka tidak terlalu mendalam bagi keluarga itu, karena sejatinya mereka sudah siap menerima kenyataan pahit karena sudah lama juga mereka menahan sedih. Setelah prosesi acara selesai aku dan kawan-kawanku langsung menuju rumah mbah Salman.
20. Seclude

Setelah aku dari takziah di belakang rumah mertua Joko kami betiga menuju kerumah mbah Salman. Waktu kutempuh saat itu sekitar kurang lebih enam jam dari rumah Joko, sampai akhirnya kami sampai di rumah mbah salman.
Kami memacu kendaraan Tono dengan kecepatan sedang, dalam perjalalan itu kita hanya mampir sekali untuk mengisi bahan bakar mobil iritnya Tono. Sesampai di rumah mbah Salman mobil ku parkir tepat di depan rumuh mbah Salman,
waktu itu malam sudah mulai datang. Kami bertiga pun langsung turun dari mobil menuju ke rumah mbah Salman, saat ku hendak kuketuk rumah kayu sederhana itu terlihat lampu ruang tamunya dimatikan, tapi ku coba tetap mengetuk nya.
“TOK.. TOK.. TOK..”suara pintu yang ku ketuk.

Aku coba berulang kali tapi tiada jawaban, sedang Tono dan Imron menungguku dengan duduk di kursi bambu panjang diteras mbah Salman. Mereka dengan santai duduk diatas kursi Panjang dan mereka mulai membakar rokoknya Bersama.
Saat tidak ada jawaban dari dalam rumah akhirnya aku berfikir bahwa mbah Salman tidak ada di rumah

“Ton, Lu tunggu aku sebentar disini” perintahku.

“Iya mas” Jawab Tono.
Aku pergi melangkahkan kakiku menuju sebelah rumah mbah Salman. Rumah yang kata mbah Salman dulu adalah rumah anak nya, disini aku memberanikan diri mengetuk rumah terbuat dari papan kayu itu.

“TOK.. TOK.. TOK..” assalamu’allaikum….
“Waallaikumsallam….” Jawab salam dari dalam rumah itu. Beberapa saat kemudian ada sosok perempuan membukakan pintu dari dalam rumahnya, terlihat perempuan itu masih muda dan berbusana muslim berwarna merah.

“Mbak mbah Salman nya ada ?” Tanyaku.
“Ada perlu apa mas..?“ Jawab perempuan itu.

“Ada perlu sedikit dengan mbah Salman mbak” jawabku.

“Loh memangnya di rumahnya tidak ada orang nya ?“ tanya perempuan itu.

“Nggak ada mbak, saya sudah berulang kali mengetuk rumah nya tapi tidak ada jawaban“ Jawabku.
“Ohh paling masih dirumahnya Mbak Rani keponakan nya itu mas, ayo aku antar ke rumah nya saja“ jawabnya.

Malam itu aku dan perempuan muda itu menuju kerumah keponakan mbah Salman yang bernama Rani, kami menyusuri jalan yang belum beraspal dan gelap,
tapi masih terlihat samar-samar jalan itu.

Setelah aku berjalan beberapa saat ternyata rumah keponakannya ada di gang sebelah rumah mbah Salman, terlihat mbah Salman dari jauh duduk diteras. Mbah Salman disitu duduk ditemani satu orang laki-laki dan satu orang perempuan,
aku dengan santai mendekat kerumah berwarna hijau dan berlantai keramik putih.

“Mas, bulu kudukku kok berdiri semua ya.” Celetuk wanita yang mengantarku ke mbah salman

“Dingin mungkin mbak hawanya malam ini” jawabku untuk menenangkannya.
Waktu kami berjalan mendekat ada sesosok bayangan hitam besar seperti raksasa sedang duduk dirumah itu, waktu itu aku sengaja tak menghiraukannya. Aku tetap melangkah menuju ketempat mbah Salman berada, meski aku merasa diawasi oleh bayangan hitam itu.
Karena tujuanku sama mbah salman untuk membereskan masalah Anne.

“Assalam’uallaikum Mbahh..“ salamku dari jauh dan berjalan menuju ke mbah Salman.

“Waallaikumsalam, Ehh nak Umar dari mana?” tanya mbah Salman.
“Dari rumah mbah” Jawabku dengan berjabat tangan sama kedua orang dikanan kirinya mbah Salman.

“Silahkan mari duduk sini mas“ kata mbah Salman.

Aku langsung duduk di kursi kayu yang disediakan oleh mbah salman.
Seketika itu juga perempuan muda yang mengantarku langsung pamit kembali kerumahnya. Selang beberapa menit ada sosok gadis yang pernah kulihat minggu lalu, dia keluar membawa minuman kepada kami yang berada di teras, seakan dia tahu akan kedatanganku.
“Loh mas sampean ini yang menolongku waktu dihalaman masjid itu ta ?” tanya gadis tadi.

“Iya mbak, sampean ini rani keponakan nya mbah Salman?”yang menabrak aku dan mbah Salman dihalaman masjid.”

“Iya mas” Jawab wanita cantik itu.
“Iya nak Umar, ini rani yang aku ceritakan kepada sampean itu” sahut mbah Salman.

“Ohh iyaa iyaa…” Jawabku.

Setelah menikmati hidangan minuman hangat aku diajak mbah Salman kerumahnya, karena tidak enak berbicara masalahku dirumah orang lain tepanya di rumah keponakan nya.
Sampai di terasnya mbah Salman, Imron dan Tono langsung menjabat tangan mbah Salman. Malam itu kami bertiga dipersilahkan masuk ke ruang tamu mbah salman, disitu kita duduk berempat diruang tamunya yang masih ditemani dengan kitab-kitab tua khas mbah salman.
“Sebenarnya ada apa mas Umar kerumah mbah lagi” tanya mbah salman penasaran.

“Aku masih bingung mbah mencari teka-teki penjelasan mbah Salman minggu kemarin” Jawabku.
“kalau mencari jawaban, aku sudah bilang tidak bisa memberi jawaban nak, karena mbah hanya memberi penjelasan saja” Jawab mbah Salman.

Setelah itu mbah Salman masuk kedalam rumahnya mengambil kendi air putih (teko terbuat dari tanah liat yang di bakar)
dan empat gelas dari bambu, dan mbah Salman kembali duduk bersama kami di ruang tamunya.

“kalau mencari jawaban nak, lebih baik kamu menyendiri jika menghadapi masalah besar! contohnya saja nabi kita pada waktu beliau kebingungan atas masalah umatnya.
Waktu itu kan beliau beruzlah untuk mencari jawaban atas masalah yang dihadapinya” kata mbah Salman.

“Maksudnya aku harus menyendiri di gua gitu ta mbah ?” tanyaku.

“Kira-kira begitu nak.” Jawab mbah Salman
“kan nak Umar mau mencari jawaban atas masalah besar yang dihadapi?” lanjut mbah Salman.

“Lah kalo berudzdhlah disini dimana mbah ?” tanyaku polos ke mbah Salman.
“Ada sebuah gua kecil nak dibukit. Tepannya di selatan desa ini, kira-kira sepuluh kilometeran lah dari desa ini” Jelas mbah Salman

“Ohh ya sudah, besok saya akan memulai mencari jawaban dengan cara petunjuk mbah salman” jawabku
Akhirnya malam itu kami bertiga bermalam dirumah mbah Salman. Malam itu Tono dan Imron tidur di kamar tamunya mbah Salman, sedang aku tidur di ruang tamu sendirian.

Keesok harinya setelah kami melakukan ritual wajib kami, kami kembali berkumpul diteras mbah Salman.
“Mbah kira-kira siapa yang tau tempat itu?” tanyaku.

“kamu nanti pasti tahu nak”. Jawab singkat mbah salman

Sejenak mbah salman memberi penjelasan dan gambaran tentang tempat tujuanku tersebut.
Pagi itu aku memutuskan langsung berangkat menuju tempat yang dideskripsikan oleh mbah Salman, aku di antar oleh Tono dan Imron sampai di lereng gunung. aku sendiri membawa beberapa baju dan bekal, untuk beberapa hari tinggal di gua tersebut.
“Ton lu pantau Anne, jika ada apa-apa cepat jemput aku disini?”pintaku

“Ya mas, beres. Tadi aku telp mas andi katanya masih aman kondisi mbak anne! Jawab Tono

“sip, aku berangkat dulu semoga dapat jawaban. Do’akan ya? Pamitku
“Ya mas, hati-hati.” Jawab Tono dan Imron.

aku berjalan melewati jalan setapak yang disebut oleh mbah Salman sesuai ciri-cirinya, perjalanan yang kutempuh dengan jalan kaki itu memakan waktu sekitar empat jam,
bukit itu terlihat jarang ditumbuhi pepohonan, tapi masih mengungkapkan identitasnya sebagai hutan, aku berjalan diatas jalan setengah berbatu yang licin.

Setelah sekian lama aku berjalan akhirnya aku sampai pada tempat yang sesuai gambaran mbah Salman,
mulut gua itu kecil hanya berbentuk setengah lingkaran kira-kira berdiameter 150 cm. Setelah itu aku masuk kedalam gua dan membersihkannya, gua itu tidak panjang juga sebenarnya, panjangnya sekitar dua meteran.
Seperti cekungan kecil berbatu dan cukup untuk berteduh beberapa orang, disiang itu aku membersihkan dulu tempatnya sebelum aku tinggali untuk sementara waktu. Karena dalam gua terdapat beberapa kotoran hewan dan tumbuhan yang kering.
HARI PERTAMA,
Selama sehari semalam aku hanya duduk berdiam diri didalam gua itu, tentunya aku pasrahkan jiwa raga ini kepada pemiliknya. Aku bermunajat dan beribadah sepanjang waktu dalam tempat itu disertai puasa.
Saat malam hanya suara-suara hewan yang saling bersahutan memainkan lagunya dimalam hari, diiringi dinginnya malam yang menusuk kulit. Disiang hari kondisi didalam gua sedikit serasa pengap,
karena gua itu sedikit lembab dan tidak ada ventilasi udara satupun kecuali mulut gua satu-satunya pintu untuk keluar.

HARI KEDUA,
Hari itu sama dengan hari pertama kondisinya. Selama sehari semalam aku juga belum mendapat jawaban apapun dari sang Pencipta.
HARI KETIGA,
Saat siang hari aku dikagetkan ada beberapa orang yang datang, mereka memakai jubah putih dan memakai ikat kepala surban putih, mereka berjumlah tiga orang berwajah cerah dan rupawan ,
dua orang berumur sekitar 30 tahunan, sedang yang satunya sosok ini pernah aku kenal, tapi aku lupa siapa sebenarnya mereka.

“Assalamuallaikum.” Salam dari pimpinan rombongan ini diiringi semerbak wewangian yang memenuhi gua kecil ini.
“Waallaikumsalam.” Jawabku, disertai tanganku menjabat tangan mereka bertiga.

Setelah itu aku mempersikahkan mereka masuk kedalam gua yang hanya untuk kita berempat, kupersilahkan mereka duduk diatas sajadah dan sarungku sebagai alasnya.
aku sendiri duduk ditanah berbatu didalam gua itu, sampai tiga hari itu aku masih melakukan ritual puasa sebagai caraku berserah diri ke padaNya dan memohon jawaban atas masalah besarku.
“Ada apa kok bisa sampai disini bapak – bapak ini?” Tanya ku yang heran kepada mereka.

“Aku tahu apa yang sedang kamu hadapi Mar” Jawab pimpinan rombongan ini.

“gimana maksudnya pak?” Tanyaku heran..
“Iya kamu sedang menghadapi masalah dengan raja Leak besutan calonarang.” Jawabnya.

“Iya betul, jawabku”

Setelah itu pimpinan rombongan ini mengeluarkan benda berupa benda yang tampak usang,
benda itu tanpa selongsong dan pegangan tangan nya terbuat dari besi hitam pangkalnya sedikit berbengkok untuk penahan pegangan sedang ujungnya bercabang.

“Inilah sebagai jawaban atas permintaanmu selama ini, panggil saja dia sebagai “cahaya”.
Tancapkanlah benda itu dahulu ketanah yang suci, karena semua makhluk hidup pasti akan mati. Tanah pasti akan kembali ke tanah, karena leak itu asalnya juga dari manusia, dan manusia itu asalnya dari tanah“ Jelasnya.

“Terimakasih pak atas semuanya” Jawabku.
“Cahaya itu akan menyatu dengan dirimu nantinya, dia akan bermanfaat saat kau membutuhkannya.” Katanya.

Setelah kedua tanganku menerima benda itu, benda itu perlahan-lahan warnanya memudar ditanganku.
“Bertawasullah kepadaku, semua gurumu yang lain dan kepada penghulu umat terakhir ini jika engkau merasa dalam keadaan darurat” Jelas orang ini.

“ Iya” jawabku dengan setengah menundukan kepala dihadapan mereka bertiga.

“Assallamualaikum” salamnya pimpinan rombongan ini.
Setelah itu mereka berdiri berbalik badan berjalan keluar dari gua kecil ini, mereka bertiga berjalan ke arah kanan dari pintu gua. Aku yang sedikit melirik dari tubuhku yang sudah setengah menunduk, kakiku berjalan mengikuti mereka untuk mengantar sampai didepan gua.
Sesampainya aku diluar pintu gua, kepalaku menoleh kekanan tapi pemandangan yang terlihat mereka bertiga sudah tidak ada. saat itu aku bingung, padahal jalan setapak ini berbelok dan bisa dilihat dari atas bukit serta sangat jauh dari perkampungan.
Seumpama laripun mereka masih terlihat tapi tapi tiba-tiba mereka sudah menghilang.

Ahh biarin saja, toh ini juga masih siang. Mana mungkin ada setan disiang hari,
saat itu aku langsung kembali kedalam gua kecil membereskan semua barang-barangku seakan sudah menerima jawaban yang aku minta dari yang kuasa. Siang itu juga aku putuskan kembali kerumah mbah Salman dengan berjalan kaki.
Memang waktu pencairan jawaban itu aku tidak membawa alat komunikasi apapun karena biar tidak ada yang menggangu, serta berniat pasrah, berserah diri kedepannya secara total.
Sesampainya dirumah mbah Salman waktu sudah malam, disini aku melihat Tono dan Imron sedang menunggui Rani yang sedang takut dan nangis diruang tamu mbah Salman. Sedang ibunya memeluk Rani,
bapaknya dan mbah salman juga mencoba menenangkannya, aku yang berdiri didepan pintu bingung ada kejadian apa yang sebenarnya malam ini.

“Assalamu’allaikum” salamku.

“Waallaikumsalam” jawab semua orang yang ada di ruang tamu, termasuk Rani yang masih menangis tersendu-sedu.
“Loh mas Umar kok sudah pulang?” tanya mbah Salman.

“Gimana mas, sudah dapat jawaban ?” sahut Imron.

“Iya sudah” Jawabku kepada Imron dan mbah Salman.

Aku yang berdiri didepan pintu langsung mengambil tempat duduk disamping mbah Salman,
rencanaku saat itu juga aku mau kembali pulang untuk menyelesaikan urusan dengan sang Leak, tapi rencana itu tidak sesuai dengan harapanku.

“Nak, coba nak Umar tolong mbah, bantu mbah menyelesaikan apa yang terjadi kepada keponakanku Rani ini,” pinta mbah Salman.
“Iya mbah.” Jawabku

“memang apa yang habis terjadi mbah? Tanyaku lagi.

“Rani habis dikejar pria besar berbulu, seperti waktu nak umar kemari dulu! Terang mbah salman.
Aku merasa tidak enak untuk menolak permintaan mbah Salman, karena dari beliau juga lah aku mendapat pencerahan dan jawaban dari masalah besarku. saat itu aku sudah mulai curiga akan dihadapkan dengan masalah Rani,
karena kemarin pada waktu pertama kali datang, aku melihat sosok bayangan hitam duduk diatas rumah Rani.

Malam itu aku mengajak semua yang berada diruang tamu mbah salman menuju kerumah Rani untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dirumahnya.
Kami berjalan menuju rumahnya rani dan terlihat dari jauh sosok yang sama seperti waktu aku pertama kerumah rani.

“Hawanya kok gak enak mas ya! Bulu kudukku mulai berdiri mas.” Celetuk Imron yang berjalan disampingku.
“iya pron, habis hujan disini”sahut Tono dibelakangnya Imron.

Sesampainya di rumah Rani, kami langsung menuju diruang tamu. Rani langsung duduk dikursi tengah dan orang tuanya mendampinginya, Imron yang penasaran tapi takut hanya berdiri dipintu ruang tamu.
Aku duduk tepat didepan Rani didampingi mbah Salman dan Tono

“Sebenarnya awal kejadiannya kenapa mbak Rani ko bisa jadi seperti ini ?” tanyaku yang memulai pembicaraan diruang tamu.
“Awalnya dulu pak setelah saya lulus SMA saya kerja disebuah pabrik, waktu itu saya masih sangat muda, saya masih ingin membahagiakan orang tua. Di umur yang belia itu saya ditembak cowok dan langsung mau melamarku pak,
tapi aku saat itu aku masih muda pak dan aku masih ingin bersenang-senang dahulu. Saat itu secara spontan saya menolak secara kasar dan memaki-maki dia dengan kata-kata yang tidak pantas didepan umum” cerita singkat Rani

“Ohh jadi begitu” sahutku.
“Setelah itu pak ini dimulai saya umur dua puluh dua, saya mulai pacaran sekitar tiga bulan dan mau menikah di bulan keempat. Karena waktu itu saya pikir sudah saatnya untuk menikah dan keinginan orang tua yang ingin memiliki cucu,
tapi waktu itu tidak ada hujan tidak ada angina tiba-tiba acara pertunangan saya dibatalkan secara sepihak sama pacar saya dan keluarganya. Kejadian semacam ini sampai saya sekarang umur 39 tahun sudah sering terjadi kepadaku pak,
aku sendiri sudah tidak bisa menghitung lagi berapa kali orang yang mau menikahi aku selalu gagal dan gagal“ cerita Rani.

‘Huuuu….huuuuu…huuuuu’

Saat itu Rani mulai sedih, dia menangis dibahu ibunya.

“Sudah mbak cukup-cukup”sahutku.
“kami sudah membawa ke orang pintar, kiai, termasuk ke mas salman ini tidak membuahkan hasil.” Sahut bapaknya Rani.

“Oh jadi begitu ya pak, kebetulan saya masih bujang, saya yakin insyallah bisa menikahi mbak Rani.”sahut Tono yang kepedean.
“Hee Ton, orang sedih malah bilang gitu!!!emangnya elu mau nikah sama genderuwo nya?” timpalku.

“gak sopan lu Ton” ucapku lirih

“Maaf mas, maaf semuanya …saya lancang!!!. Saya hanya ingin membantu saja kok ” Jawab Tono.
22. Answer

Rani yang masih menangis dibahu ibunya tidak menghiraukan perkataan Tono, dan mereka yang berada diruang tamu Rani hanya diam seakan tak memperdulikan ucapan tono barusan.
“udah ton…sudah ..ayok kita bantu saja mereka! kataku

“Coba semua duduk diam dulu..!” perintahku.

Setelah itu aku melihat dengan mata batin ku, bahwa Rani ini selalu diikuti oleh sesosok makhluk besar tinggi dan berbulu hitam,
mahluk ini adalah mahluk kiriman yang mengikat rani sehingga akan menggangunya jika dia akan menikah. Setelah itu Rani aku suruh duduk tegap didepanku, aku mencoba untuk memperlihatkan sosok makhluk itu kepada mereka semua.
Aku yang duduk diam sambil berdoa, dari jauh ku tekan tepat di uluh hatinya. Bersamaan itu rintik hujan mulai turun dan genting mereka mulai bersuara.

“HHAA HAAA HAAA HAAHAAA…… ADA MAU APA KALIAN ???” Suara Rani yang tiba-tiba menjadi besar seperti suara laki-laki.
Semua yang berada di ruang tamu tersebut merasa takut dan kaget, Disertai lampu ruang tamunya yang mulai meredup….

Tarrrrrrr! [Suara bohlam lampu diruang tamu rani pecah]

Malam disertai hujan mulai lebat serta gelapnya ruang tamu kala itu.
Sontak ibunya langsung lari mendekap memeluk kesuaminya

“Pak…???rani kenapa pak???” Ucap ibunya yang ketakutan!

“bapak juga gak tau buk!” jawab bapaknya yang menahan rasa takut
Dalam kegelapan itu rani masih tetap dalam kuasa setan itu. Dia hanya diam untuk mengikuti Gerakan dan ucapan setan berbulu hitam. Sedang kedua orang tuanya saling berpelukan menggeser tempatnya ke pojok ruangan, dengan meringkuk ketakutan.
“Ada apa ini ? kok sampe saya ngga tau ada mahluk kayak gitu dikeponakannku..”tanya mbah Salman gemetaran dengan tangannya beberapa kali menepuk pundakku.

“Inilah mbah! sosok yang tinggal ditubuh Rani selama ini,” jawabku.
“mas..mas umar…ayok pulang!!!" Celetuk imron yang mematung gemetar dan kedua tangannya ditekuk kedadanya.

“Diam lu pron”. sahut Tono seakan tak memperdulikan ketakutan Imron.
“Hee iblis laknat sekarang cepat pergi dari tubuh Rani sekarang juga, jangan ganggu mereka…!!!!” bentakku.
“APA ANAK MUDA ?? KELUAR DARI TUBUH GADIS INI…?? SUDAH BERAPA DUKUN ATAU ORANG PINTAR YANG DIHABISKAN ORANG TUANYA UNTUK MENGUSIRKU DARI TUBUH INI!
TAPI TIDAK ADA YANG BISA, APA LAGI KAMU YANG MASIH MUDA.. HHAA.. HAAA HAAAA….”Sahut sosok setan yang ada didalam tubuh rani.

“Hee jangan sombong kamu, kita sama-sama makhluk ciptaan tuhan.’ Tegasku.
Setan hitam berbulu ini yang sudah berwujud nyata langsung menghentakkan salah satu kakinya ketanah.

BERGGGGHHHHHHHHH…..[suara getarannya menggetarkan seluruh bangunan rumah rani, disertai beberapa keramik pecah dan debu debu lembut mulai berterbangan]
Saat itu juga aku, dua sosok setan yang lain muncul dari tanah. Mereka berdua tepat disamping kiriku. wujud sama dengan yang berada dalam tubuh rani selama ini, tapi lebih kecil dan bermata merah.
aku langsung berlari memukul bergantian dua hantu yang berbulu hitam itu dengan kedua tanganku. Selanjutnya genderuwo ini kembali ketubuh kasar rani untuk tetap menguasai tubuhnya.
“MEMANGNYA KAU SIAPA BERANI SAMPAI MELAWANKU ??” Jawabnya tenang dengan memperhatikan aku melawan kedua anak buahnya.

“aku orang miskin dari kampung.” Memangnya kenapa? Jawabku asal

“sialan tanganmu panas sekali” jawab setan yang merasa panas karena hantaman tanganku.
Aku berhenti untuk diam dan berdoa sejenak, setelah itu aku juga langsung berlari kearah kedua anak buah setan berbulu hitam untuk membakarnya. Dengan tanganku kusobek dadanya dan kuambil isinya bergantian.
Satunya lagi aku cekik sampai hantu berbulu hitam kecil sampai terbakar habis. Saat itu hanya emosi dalam diriku karena setan-setan ini sudah lama menyusahkan orang lain.

Kratakkkk…kratakkkkk….[suara terbakarnya kedua anak buah genderuwo itu]
Genderuwo ini tidak dapat berkata apa-apa lagi melihat kedua anak buahnya terbakar olehku. Disaat yang sama berjalan cepat kearahnya tanganku langsung kembali mencekik lehernya genderuwo yang selama ini bersarang ditubuh Rani.
Aku berdiri tepat didepannya nya, dia hanya bisa melihat ketakutan atas tindakan ku tadi kepada dua anak buahnya.

“AMMPUUNNNN…!!!!Sekarang Juga aku akan keluar dari sini (tubuh Rani) tapi jangan bakar aku..” Geramnya.
“Baik sekarang secepatnya keluar dari tubuh gadis itu” Perintahku.

Setelah itu dia mulai perlahan keluar dari tubuh Rani, gadis yang cantik tapi sampai sekarang masih belum bisa menikah.
“Sebenarnya kau disuruh siapa? Dan apa yang dijanjikan yang menyuruhmu” tanyaku ke sosok itu.

“Aku disuruh oleh laki-laki yang pernah merasa disakiti gadis ini, dan laki-laki itu siap memberi makan apa saja kepadaku,
asalkan aku bisa menggagalkan gadis ini menikah seumur hidupnya” Jawab sosok setan berbulu hitam itu.

“Sekarang pergilah dari sini selamanya atau kembali ketuanmu! Kembalilah kepada pemberi tumbal untukmu,
jika kau ganggu mereka lagi aku akan membunuhmu saat itu juga.” Perintahku.

Hantu itu terlihat pergi dan lari yang sangat cepat, disertai kabut hitam yang samar-samar terlihat dari kegelapan ruang tamu rani. Waktu itu aku langsung kembali duduk didepan rani,
semua masih dalam keadaan mematung, hening dan sepi, malam itu.

“Mas.., Gimana mas ? sudah mas ?” Tanya Tono penasaran.

“Sudah beres Ton” Jawabku sambil menoleh kewajah tono.
Ibu dan bapak rani masih diam ketakutan dan menatap heran dipojok ruang tamu, sedang tono langsung membangunkan rani dari tatapan kosongnya.
“Seumur-umur nak umar, baru kali ini sangat terlihat nyata bahwa memang makhluk sejenis genderuwo ada, aku yang belajar berpuluh puluh tahun belum pernah mengalami hal semacam ini.”ucap mbah salman.

“Masak mbah..??” Jawabku heran.
“Iya nak umar, aku benar-benar tidak tahu hal semacam ini dalam hidupku.” Katanya dengan tatapan herannya kepadaku diruang tamu yang gelap.
Saat malam itu keadaan sudah kembali normal, rani dan orangtuanya pun yang awalnya kaget dan takut sudah kembali tenang. Mereka mulai mengganti lampu dan menyuruh anaknya berbaring diruang tengah. Aku bersama mbah salman dan kedua kawanku kembali pulang kerumah mbah salman.
Malam itu aku ingin cepat beristirahat dirumah mbah salman, karena sudah merasa sangat capek dan lelah hari itu.

Saat Adzan subuh berkumandang aku masih dirumah mbah salman, kami semua berangkat ke masjid bersama.
Setelah menjalani ritual wajib kami kembali kerumah mbah salman tapi masih gelap pagi itu. Kami semua berkumpul teras mbah salman, kecuali mbah salman yang masuk kedapur untuk membuatkan minuman buat kami.
“Mas, comblangin aku dong sama rani…” pinta tono memecah keheningan pagi itu.

“Minta sendiri saja ton, ke mbah salman atau ke orang tua nya, kan lu udah dewasa ngapain nyuruh aku. Jelasku.

“Yaa nggak gitu mas, kan yang deket sama keluarganya rani kan sampean” terang tono.
“Ribet amat sih lu ton, udah besar masa masih ngga berani” jawabku.

Memang tono jomblo sejati hingga umur 30, otaknya rada mesum tapi takut sama cewek, biasa karena dulu waktu sekolah tidak pernah satu kelas sama yang namanya perempuan.
Tapi tono sebenarnya orangnya baik, dan taat pada agamanya. Dia beraninya hanya dimulut saja, kalau jalan sama cewek gak bakal berani juga.

Selang beberapa menit, tibalah mbah salman dengan membawa minuman hangat.
Mbah salman berjalan masuk kedalam rumahnya untuk menaruh perlengkapan ibadahnya didalam.

“Mas.., sekarang jama’ah nya dimasjid mbah salman buanyak” Terang imron.

“Masa pron ??” Tanyaku.
“Iya mas, tidak seperti waktu kita pertama kali kemari, Jum’atan saja kurang dari sepuluh orang, mulai kemarin lusa aku dan mas Tono disini sudah mencapai lima shaf, yaa sekitar lima puluh satu orangan lah mas” Jawab Imron.
“Iya nak umar, betul kata mas imron, sejak meninggalnya kakak mbah masjidnya mulai ramai” terang mbah salman.

“Lohh, emang kapan meninggalnya mbah ?” tanyaku ke mbah salman.
“Sehari setelah mbah minta maaf ke kakak dan menyiram sekeliling masjid dengan bekas air whudlu nya kakakku, sebetulnya itu tujuannya apa mas yang sampean suruh itu ?” tanya mbah salman.
“Ohh itu mbah.., sebenarnya bekas air whudlu dari kakaknya mbah, itu adalah air yang dido’akan kakak mbah salman. Dengan sendirinya benturan energi jahat yang ditanamnya termakan oleh doanya sendiri.
Semua akan kembali kepada yang membuat, energi jahat sebesar itu akan kembali mengenai orang yang menanamnya, karena mbah salman sudah bisa ikhlas, pasrah dan menyayangi orang yang memusuhi mbah salman. Aku sendiri juga tidak tahu mbah bakal terjadi seperti ini.” Jelasku
Jam 6 pagi setelah kami berbincang-bincang diteras mbah salman, aku berjalan-jalan Bersama kedua kawanku ini, ya biasalah kami ngecengi rani karena requestnya Tono.
kelihatannya saat itu Tono berminat sama rani, tono pun sudah lebih dari cukup umur untuk waktunya berumah tangga. Disini aku berniat untuk membantunya untuk menyempurnakan imannya. Saat kami berjalan tepat didepan rumahnya, kami bertemu ibunya rani sedang menyapu didepan rumah.
“Buk, gimana kabar nya? udah sehat mbak rani ??” tanyaku.

“Sudah mas, pagi-pagi dari mana saja ini ? tanya ibunya rani mengikuti.

“Dari jalan-jalan bu” Jawabku.
“Ini buk, tono nyariin mbak rani dari kemarin, katanya langsung ijaban saja sama mbak rani, ngga usah lamar-lamaran” terang imron.

“Ehh pron, jangan asal ngomong lu kalau bicara” Bentak tono, malu-malu dan mengharapkan.
“Iya buk, ini tono kelihatannya ingin serius sama anak ibuk,” ucapku.

“Iya gak apa-apa kalo mau suruh keluarganya kemari kerumah ibu, toh mas tono juga orang nya baik” Jawab ibunya rani.
“Ohh ya udah buk kalau begitu, nanti biar saya secepatnya yang nganterin tono kemari sama bapaknya” kataku.

Setelah itu Kami kembali kerumah mbah salman, aku lihat mbah salman sudah menyiapkan makanan untuk kami bertiga diruang tamunya.
“Mbah, maaf selama ini aku ngerepotin mbah disini” kataku dengan sungkan.

“Nggak apa-apa nak umar, saya juga sangat
berterimakasih, masalah mbah bisa selesai satu persatu.” Jawab mbah salman.
“Kalau mbah salman ada waktu, silahkan main ke gubuk kecilku mbah.” Pintaku dengan menjelaskan jalannya secara detail menuju rumahku dikota sebrang.
“Iya nak umar” jawab mbah salman.
Kriinggg… kriinnggg… krinnngggg….!!! ( suara ponsel tono berbunyi).

Kulihat Tono sedang mengangkat telponnya, sedang kami bertiga masih menikmati sarapan disiang hari dari mbah salman.
“Mas-mas, ini telpon katanya dari mas andi,” kata tono, sambil berjalan memberikan ponselnya kepadaku.

“Ohh iya mana? sahutku.

“Hallo, ini mas umarrr ?” tanya andi.

“Iya mas, ada apa.. ??” jawabku.
“Mas, mbak ane ini udah aku ikat dikamar tidurnya, kami semua sudah kuwalahan sejak tadi pagi , mas Umar kemana saja sama mas tono kok baru bisa dihubungi ?” tanya mas andi.

“Ohh iya, soalnya tadi habis jalan-jalan, emangnya ada apa mas ?” jawabku.
“Ini mbak Anne sudah aku ikat pakai rantai mas, tadi aku ikat dengan rafia terus terakhir pakai tampar tapi tali – tali itu putus semua mas karena kekuatannya mbak anne.
Soalnya ini tadi leaknya dari kemarin ngamuk mas, suara mbak ane jadi besar, dan hanya bilang malam ini malam terakhir mbak Anne hidup!

“Maksudnya gimana mas?” Tanyaku dengan menghentikan sarapanku
“Malam ini mbak Anne akan dijadikan acara persembahan utamanya.” Jelas mas andi.

“Aaaaaaakkkhhh…..tolong mas….”teriak pria dan wanita dari dalam telepon andi

“Sudah mas, cepet kesini!!!!” Jawab andi dengan cepat dan menutup telponnya
“Ya udah mas aku langsung kerumah sampean sekarang.” Jawabku

Tuuuutttttttt………..!!!

Waktu itu aku langsung membereskan perlengkapannku dan meminta ijin ke mbah salman untuk pamit.
“Mbah saya mau pamit langsung mbah, mau kerumah Anne, katanya malam ini mau dibunuh dan dijadikan tumbal,” kataku ke mbah salman.

Sejenak mbah salman diam sambal menundukkan kepalanya serta jari-jarinya menghitung sesuatu yang tak kumengerti.
“benar nak malam ini, adalah malam bulan purnama sempurna. Upacara mereka biasanya dilakukan dimalam seperti ini.”Jawabnya

“sekarang kamu cepat balik kerumah temennmu nak dan hati-hati! suruh mbah salman.
“Ton.. ton..pron, ayo cepat kemasi barangmu, kita kerumah anne sekarang” kataku dengan tergopoh-gopoh.

“Lah ada apa mas ?” tanya tono.

“Udah nanti dijelaskan dijalan.” Sahut imron.
Kami bertiga langsung meluncur kerumah ane, diwaktu perjalanan kuceritakan kondisi Anne dan andi kepada tono dan imron, karena hari itu aku merasa sangat genting sekali. Aku suruh waktu itu tono memacu mobilnya dengan kecepatan penuh agar bisa menyelamatkan hidup Anne.
22. Dark Night

Saat kami memasuki komplek perumahan mewah, aku memandangi rumah-rumah bergaya eropa dan modern dikanan kiri jalan. Rumah yang tak mungkin kumiliki saat itu, hanya angan dan lamunan sebagai manusia normal ingin hidup kaya dan sejahtera.
“Mana rumahnya Anne Ton ?” tanyaku.

“Itu mas, disebelahnya pertigaan, rumah berwarna cream.” Jelas Tono, sambil menunjuk kerumah yang bergaya eropa.

setelah sampai dipertigaan dirumah Anne mobil secara tiba - tiba dihentikan Tono,
kami melihat kabut hitam muncul sekitar satu meter dari permukaan tanah.

Tono memarkirkan mobilnya didepan rumah tetangga anne yang agak jauh berjarak sekitar lima puluh meter dari rumah Anne, karena melihat kabut hitam itu yang mulai mengelilingi rumah anne dan area perumahan.
“Ton, berhenti disini saja, sekalian parkir disini.” Kataku.

“Iya mas”” Jawab Tono

TAP…TAP…TAP…TAP……[lampu mulai dari pintu masuk sampai seluruh perumahan itu padam secara berurutan]
DUAAARRRRRRR………..NGUNGGGGGGGGG [suara ledakan keras dirumah ane dan terlihat cahaya merah terpancar dari atap rumahnya]

“Mas, itu kabut hitamnya dan prajurit-prajurit yang pernah aku lihat didepan rumah mas umar dulu” sahut Imron,
yang masih dikursi tengah mobil disertai tangannya menunjuk ke kabut hitam itu.

“Tenang Pron, santai saja” kataku menenangkan Imron.

“Kalau gini terus, aku nggak mau kayak dirumah sakit kemarin mas, mending aku lari.
aku paling takut sama suasana yang begini. lagian anakku juga masih kecil-kecil mas! aku juga masih ingin hidup mas,” Jawab Imron.

“Ealah Pron jadi laki-laki kok cemen” sahut Tono.

“Biarin” Jawab Imron.
“Ya sudah lu sembunyi dimobilku saja, tapi awas jangan kencing didalam mobil!!! Perintah Tono cepat

Aku memandang ke langit ,malam itu memang malam bulan purnama yang sempurna.
Saat bulan itu memancarkan seluruh cahayanya ke bumi suasana perumahan Anne tetap terlihat meski remang-remang tertutup kabut. Setelah itu aku turun dari mobil sejuta umatnya Tono, mataku mengamati dari samping mobilnya Tono.
Pemandangan kabut hitam meliuk-liuk pekat itu semakin menyebar merambat perlahan di area rumah Anne, dan bau amis darah mengikuti kabut berjalan. Prajurit-prajurit dari jaman dahulu mulai bermunculan perlahan merambat mengikuti kabutnya ke seluruh area perumahan.
Seluruh prajurit itu terlihat sudah telanjang bulat, mereka memainkan tarian khasnya. Dengan menghentakkan salah satu kakinya secara bergantian, sedang kedua tangannya serentak diangkat diatas kepala mereka dengan melambai-lambai memainkan jarinya.
Tarian itu persis yang diceritakan mbah salman waktu dirumahnya. Hanya kabut hitam berkelok kelok setinggi setengah meter yang menutupi pusar sampai betisnya.

Ditengah kerumunan tarian itu ada dua orang bertubuh sedang membawa senjatanya,
dan itulah panglimanya sang raja leak waktu muncul dirumahku dulu.

Bibir kedua panglima itu terlihat bercak darah yang menetes disisi kanan kirinya, perkiraanku para panglima itu selesai minum acara perjamuan darahnya.
Suara kerasnya yang tak kumengerti bahasanya, memimpin tarian itu. Mereka menjabat sebagai panglima komando dalam acara ritual itu, bahkan semua prajurit-prajurit itu juga sama ada bercak darah yang sudah mengering dikanan kiri bibirnya.
Mereka berdiri melingkar rapi, untuk memulai acara ini.

“Ton, ayo ikut aku sekarang..!!” dengan tanganku melambai ke arah Tono yang sudah selesai memarkir mobilnya.

“Iya mas” Jawab Tono, diikuti dengan jalan tergesa-gesa menuju kearahku.
“Mas itu kan pasukan yang waktu itu dirumah sampean kan, terus leak nya nanti muncul juga mas ?” tanya Tono.

“Kelihatannya begitu Ton” Jawabku.

“Waduh, bisa mati mas kalo aku lihat leak itu lagi”kata Tono
“Ahh elu Ton, gitu tadi ngatain Imron cemen, sekarang lu sendiri juga nggak berani” Jawabku.

“Bukan begitu mas, kan aku juga mau melamar si Rani, masak belum merasakan surga dunia udah mati” Jawab polos Tono.

“Halahh Ton, kalau udah waktunya mati ya mati Ton” Jawabku ketus.
“Halahh Ton, kalau udah waktunya mati ya mati Ton” Jawabku ketus.

Aku Bersama Tono berjalan pelan-pelan mengendap-endap dan mengucapkan do’a agar kami tak terlihat oleh mereka, dan berharap juga pasukan ghaib itu dan para jendralnya tidak mengetahui akan kedatangan kami.
BRRUUAAKKK…..!!!!! ( Suara pintu yang dibanting keras dari dalam rumah Anne).

Terlihat sosok laki-laki tinggi besar berambut cepak yang berlari keluar dari rumah Anne, seketika dia sampai teras,
pria itu langsung ditangkap oleh prajurit yang mulai mewujudkan bentuknya kedalam dunia nyata.

TOLOONNNG…..!!! TOLOONNNG…..!!!! TOLOONNNG…..!!!!!!!!

Teriak pria berambut cepak itu yang ketakutan dan kaget atas perlakuan prajurit yang tak diundang itu.
Tangannya meronta-ronta ingin lepas dari pegangan kuat para dua prajurit leak. Sedang kakinya bergerak bebas mencari panjatan sekenanya untuk melepaskan dari tarikan kedua prajurit tak diundang.
Terlihat beberapa mayat manusia terpotong-potong yang sudah ditumpuk ditengah lingkaran mereka, mayat – mayat segar dan masih mengeluarkan darah segar itu belum dimakan para prajurit sang raja leak.
Perkiraan kami pria berambut cepak itu akan dijadikan mayat terakhir diacara ritual perjamuan itu. Mereka mulai melepaskan baju pria itu bersamaan dengan menyeret pria berambut cepak secara kasar dan biadab, mereka melakukan itu untuk acara ritual pemujaan mereka.
Salah satu prajurit yang menunggu di dekat tumpukan mayat sudah bersiap dengan pedangnya akan memotong leher pria berambut cepak itu.

TOOOOLLOOONG !!!! jangan bunuh aku…..[teriak dan tangis histeris pria berambut cepak]
Kami berlari menembus kabut yang hitam pekat dan kerumunan prajurit ghaib itu dan mencoba membenturkan tubuhku dengan badan pria berambut cepak yang tengah meminta tolong dan ketakutan. Malam itu aku sudah nekat dan tidak menghiraukan apa yang terjadi pada diriku nanti.
“BRUUKKK..,”
Kami berdua dan pria berambut cepak jatuh tersungkur dilantai marmer berwarna kuning tua, badanku saat itu separuh menindih pria itu, dengan cepat aku berganti posisi untuk berdiri.
Sedang tono sudah berdiri dibelakangku secara cepat dari peristiwa menabrakkan diri berdua denganku.

“Ton bantuin bapaknya ini, cepat cari pertolongan” perintahku.

“Siap mas” Jawab Tono dengan tegas.
Disini Tono yang kondisinya dari awal sudah tidak percaya diri dan mulai takut. Saat menolong pria berambut cepak dia panik dan bingung. Dia memegangi tangan pria ini dan hanya kepalanya yang menoleh kekanan dan kekiri, pada dasarnya Tono ini sebenarnya orang yang konyol…,
pria berambut cepak itu diajak lari dan diseret tangannya untuk masuk kedalam rumah Anne.

“Ton, lu mau kemana? gila lu!!!” Tanyaku sambil berlari menuju anak tangga lantai dua, aku kelantai dua karena melihat cahaya merah yang terlihat dari bawah.
“Cari tempat sembunyi mas” Sambil berlari menuju kebelakang ruang dapur rumah Anne.

Semua prajurit yang telah melepaskan pria berambut cepak tampak kaget, secara spontan mereka mengejar Tono dan pria berambut cepak itu.
Dari atas anak tangga lantai dua terlihat Andi jatuh dari tangga, saat itu juga aku berlari naik untuk menolongnya.

“Ayo mas, mas ngga apa-apa kan?” tanyaku cepat kepada Andi sambil memegangi bahu kanannya.

“Iya mas,” Jawab Andi yang sudah lemas
Disaat panik aku langsung membopong Andi kelantai dua rumah Anne, karena dilantai satu banyak pasukan ghaib yang mengancam. Aku masih berdiri belum menurunkan Andi dari gendonganku,
kulihat satu orang bodyguardnya yang pernah kerumah ku sudah pingsan didepan pintu kamar yang terbuka, melihat pemandangan itu dengan cepat turunkan Andi disofa lantai dua. Aku segera berjalan kedepan kamar yang terbuka mencoba mencari tau apa yang terjadi disana.
Aku berlari menuju kamar itu untuk memastikan apa yang terjadi, waktu didepan kamar itu pemandangan yang terlihat adalah Anne yang sedang berusaha melepaskan tangannya dari ikatan rantai yang berukuran enam milimeter.
“KLEETAKK.. KLEETAKK.. KLEETAKK..”
[Bunyi rantai besi yang mulai pecah dari sambungannya.]

Tangan Anne yang sudah berubah menjadi tangan yang kuat, saat itu Anne sudah hilang kendali total, serasa malam itu tubuh Anne adalah tubuh leak yang nampak.
Aura merah hitam leak itu sudah keluar memanaskan semua seisi rumah, disertai kabut khas sang raja leak yang menampakan aura kekuatannya mulai menyebar dilantai dua. Semua bagian tubuhnya dilapisi oleh api merah kehitaman itu.
“MASIH BERANI KEMARI KAMU ANAK MUDA” teriak leak diatas ranjang anne yang sudah berdiri bersiap untuk membawanya sebagai ritual wajib.

“MEMANG KENAPA SETAN” Jawabku dengan suara keras.

“AKU AKAN MEMBUNUHMU SETELAH PEREMPUAN INI…HAHAHAHA” Jawab tegas dari Leak hitam ini.
Mataku memandang keadaan yang lebih miris dari kejadian sebelumnya, aku merasa ini pertempuran terakhirku dengan raja leak. Kalau tidak aku yang mati ya si leak sialan ini yang mati.
Disatu alasan sang raja leak itu ingin menjadikan Anne sebagai persembahan utama, acara ritual purnamanya ini sebagai acara yang wajib baginya. Disisi lain alasan utamaku membantu Anne karena dia seorang anak yatim piatu tidak lebih!!!
“BRRUUUAAKKKK……!!!! KLONTANGGG… KLONTANGGG… KLONTANGGG…!!!”

(Suara atap jebol dan gentingnya yang terbang berhamburan kesegala penjuru arah, akibat hantaman tangan kanannya dari aura merah hitam leak tersebut.
Saat itu juga diatas kamar Anne kasurnya berlubang besar, mataku melihat awan yang gelap diatasnya.

“AKU ADALAH PENGGANTI CALONARANG, AKU ABADI ANAK MUDA”…HAHAHA” Pesan leak sialan yang meninggalkan kamar Anne.

PUSSSHHHHHHH….
Dengan cepat sang raja leak melesat membawa sukma Anne dalam awan hitam itu, sedang jasad aslinya langsung terkulai roboh dikasurnya.

Dengan keadaan seperti itu jelas aku tidak bisa menggunakan tubuh kasarku untuk mengejarnya,
akhirnya aku putuskan secepatnya mencari tempat untuk duduk didalam kamar pas disamping pintu kamar Anne, dengan cepat aku melepaskan tubuh halusku.

Secara cepat pula aku mencoba menyusul sang raja leak yang melesat keawan hitam diatas rumah Anne.
Sesampainya diatas awan hitam itu aku melihat leak ini memanggul sukma Anne dibahu kirinya, sukma itu sudah tak berdaya. dibelakang sang raja leak terdapat lima leak yang lain, sepertinya leak-leak itu bawahan dari sang raja leak ini.
Sedang disamping kanan kirinya jelas adalah panglimanya yang siap membantunya. Ternyata panglima yang berada dibawah tadi sudah siap melindungi sang raja diatas awan hitam tipis ini.

Dibelakang leak-leak bawahan ini masih ada banyak pasukan yang lainnya,
sampai aku tak tahu berapa banyak jumlah pasukan itu. Mereka seperti dari pasukan kerajaan setan disekitar daerah ini, untuk pasukan berpakaian kerajaan juga masih terlihat banyak dalam kerumunan itu.
Disaat mereka tau, aku berada didepan mereka berjarak sekitar lima puluh meteran, tiba-tiba awan diatas kami yang awalnya putih tipis tiba-tiba menjadi hitam dan menutup cahaya bulan purnama.
Awan hitam pekat menjadi malam panjang yang kelam tiada berujung. Inilah malam kelam pertama dalam hidupku, pertaruhan nyawa antara aku dan sang raja leak. Banyaknya makhluk ghaib, malam diatas awan menjadi semakin kelam dan mencekam.
Awan - awan pun tak lagi mau memutihkan warnanya lagi, hanya pemandangan gelap diatas dan dibawah kami.

Merasa aku kalah dengan pasukan yang sangat banyak itu, aku ingat pesan guruku yang terakhir, saat itu juga aku berdo’a dan bertawasul kepada para leluhur,
seluruh guruku dan penghulu umat akhir zaman ini. Disaat yang sama setelah aku baca ayat-ayat suci dari bertawasul. Dalam sekejab guruku sudah berada disamping kananku, saat itu aku langsung menyalami beliau,
“Assalamuallaikum” salam dari guruku.

“Waallaikumasallam” jawab salamku sambil menjabat dan mencium tangan guruku.

Sekilas aku melihat dan menoleh kebelakang tidak ada pasukan sama sekali hanya guruku dan dua orang disamping kanan guruku.
Kedua pria itu berpakain putih mutiara bercahaya berwajah cerah memakai ikat kepala surban putih.

Setelah aku berbalik dari pandanganku yang tadi nya kebelakang…

“Guru kok cuman bertiga” tanyaku.

“Coba lah lihat ke atas sekarang” Jawab guruku.
Terlihat sosok manusia seperti yang berada disamping kanan guru tadi sangat banyak, dan mereka seperti sosok yang ikut ritual tiap hari dirumahku dengan para club pemuja illahi.
Mereka persis yang digambarkan oleh club pemuja ilahi waktu dirumah, semua mahluk-mahluk ini juga membawa pedang ditangan kanannya. Pedangnya putih bercahaya, dan memancarkan lekuk-lekuk kabut putih disekeliling lempengan besinya.
Posisi mereka diatas sudah siap membantai para pasukan pasukan raja leak dan prajurit -prajuritnya yang ada dihadapannya. Tanpa komando sang raja leak yang didepan mengacungkan tangan kanannya kedepan memberi aba-aba untuk menyerang kami,
sedang tangan kirinya sambil memanggul sukma anne! Tapi posisi raja leak hanya berdiri diatas awan hitam tanpa ikut berperang dengan anak buahnya.

“SEEERRRAAAAANNNGGGGG……..!!!!!!!!!” Teriak dua jendral raja leak yang menyerupai laki-laki dan perempuan.
Belum pernah mengalami didunia nyata maupun didunia ghaib perang dengan kapasitas sebesar dan sebanyak ini. Pertempuran antara yang berbau harum dan busuk, sejujurnya aku tidak mengira akan terjadi pertempuran sebesar ini.
“Panggilah senjatamu yang kemarin kau peroleh” perintah guruku seakan beliau tahu kejadian waktu digua.

Saat itu juga padangku terbang dan menghampiri tangan kananku, pedang yang kemarin usang terlihat Panjang dan bercahaya terang,
seakan cahaya putih meliuk liuk dipancarkan pedang ini sebagai cahaya keabadiannya.
Mereka menghilang saat menuju ketempat kami untuk berperang, hanya terlihat asap putih dan hitam serta percikan benturan besi yang keras dalam peperangan itu, karena kecepatan mereka.
“Tiiinnngg… Tiiinnngg… Tiiinnngg…, Tiiinnngg… Tiiinnngg…”

Suara benturan itu yang disertai percikan api api kecil. Sementara mereka berperang aku disini fokus mataku tetap mengincar raja leak sialan ini,
saat itu aku melihat dari jauh raja leak yang masih berselimut api abadi merah kehitamannya. Aku dengan cepat berlari menuju tempatnya dan mengayunkan sekuat tenaga pedang cahaya ini, yang kutuju pertama adalah lengan kanannya.
“CLEEENNGG……..!!!!!!!” Suara pedangku dengan mudah berhasil menebas bahu kanannya.

Leak itu hanya diam merasa digdaya dan abadi seakan tiada tanding waktu tebasan pertamaku. Setelah aku tau tebasanku mampu memotong bahu kananya dan pedang cahaya mampu menyerap energinya.
Spontan aku langsung menebas bahu kirinya dengan hati-hati karena bahu itu masih memanggul sukma Anne. Dengan sengaja aku menancapkan pedang ini ditengah-tengah bahunya.

CLEEEEEEKKKKKK….!!!!!!
Dengan cepat pedang ini menyerap energi dan aura merah hitamnya, Jadi kuputuskan untuk tebasan kedua ini hanya menancap ditengah-tengah bahunya.
Saat sang raja leak tau bahunya kanannya terputus,
Sang raja leak bingung melihat bahu kirinya ada pedang yang mampu menancap dan menyerap energi besarnya, dengan cepat energinya merah kehitamannya banyak yang terserap kedalam pedangku yang menancap dibahu kanannya.

SREEEEPPPPPP
Kira – kira hampir Sembilan puluh persen energi dan kekuatannya jahatnya sudah masuk kedalam pedang ku. Waktu itu Tubuh Leak ini terlihat tubuhnya semakin terlihat jelas, aura merah hitamnya mulai hilang dengan cepat.
Mengetahui akan hal itu leak ini menendangku dadaku dengan kaki kanannya.

"BUUUUUGGGGGHH"

Disaat yang sama Tangannku dengan cepat membenamkan pedangku sampai bahunya kanannya sampai terputus.

"Clenggggggg….."
Aku terpental saat kena tendangan leak yang sudah kehilangan banyak energi, tendangan itu seperti pukulan biasa karena energinya tidak ada. Aku kembali berlari melesat cepat merebut sukma Anne yang sudah tidak berdaya dari potongan lengan kanan raja leak.
kurasa sang raja leak sudah tak berdaya, dengan cepat aku membuang potongan tangan raja leak dari tubuh halusnya Anne. Saat sudah mendapatkan sukma kembali aku melesat kebawah, dengan kedua tanganku membopong sukma itu.
Aku ingin dengan cepat mengemabalikan sukma anne kembali ke jasadnya agar tidak terjadi sesuatu kepadanya.

Sesampainya kami dikamar Anne kondisinya berbeda,
jasad anne yang tergeletak diatas springbed dan jasadku yang semedi ditarik keluar dari kamarnya oleh empat prajurit anak buah dari sang raja leak.

“Sialan”. Gumamku lirih

“Whoiiii berhenti!!!!!!!” Teriakku pada para prajurit yang menyeret jasadku dan jasad Anne.
Kutaruh sukma anne di bahu kiriku dan dengan cepat aku berlari mendatangi mereka yang menyeret tubuhku dulu, spontan aku menebas dengan pedangku saat mereka baru berdiri. Mereka berempat yang masih memakai pakaian kerajaan satu persatu terbakar oleh pedang ini,
terlihat asap tipis setelah mereka terbakar. Jasad Anne yang tergletak di lantai langsung kumasukkan sukmanya, sedang jasadku kubiarkan terlentang dilantai dulu. Karena rencanaku memeriksa keadaan dirumah ini sebentar karena kuatir upacaranya sudah dilaksanakan apa belum?
Baru saja aku berdiri selesai memasukkan sukma Anne, Terdengan suara yang mirip suara andi meminta pertolongan,

“TOOLLONNGG….!!! TOOLLONNGG….!!! TOOLLONNGG….!!!” Jeritan Andi.
“TAAAKKKKK..., KRRAAAKKKKKK…….” Suara benturan tubuh andi dan baju Andi yang sobek karena ditarik prajurit ghaib.

Saat itu juga mencari suara yang mirip Andi dari anak tangga,
aku berlari sangat cepat dengan membawa pedang ditangan kananku sampai terlihat andi yang diseret paksa oleh dua prajurit setan itu.
Wajah Andi yang memar dan berdarah serta lengan Andi yang sedikit tergores sedikit mengeluarkan darah, ujung jari-jarinya juga mulai mengeluarkan darah segar. kedua kaki andi dipegang dan ditarik oleh prajurit dari bawah.
kaki sebelah kanannya ditarik satu prajurit dan kaki kiri juga satu prajurit.

Dalam sekejap aku sudah ada di atas anak tangga, tangan Andi yang sedang mencakar-cakar dan meronta kesakitan. Andi jelas tak bisa melihat tubuh halusku,
hanya teriakan minta tolong yang keras secara berulang-ulang. Melihat pemandangan itu aku langsung mengayunkan pedangku dengan salto seakan tertarik oleh gravitasi bumi, yang jelas tebasan pedangku mengenai dada dan menembusnya kedua prajurit itu secara berurutan.
Mereka mati terbakar sama persis seperti prajurit yang kutebas dilantai dua tadi.

Seketika itu langsung berdiri dan menegakkan tubuhku dari salto tepat dibawah kaki Andi, dilantai bawah yang terlihat hanya prajurit dari sang rajak leak hanya tinggal beberapa.
sekitar seperempat dari pertama aku masuk kerumah Anne, Dihalaman aku melihat satu bodyguard anne sudah ditelanjangi, dan mau dibunuh untuk dijadikan sajian pemujaan. Dengan semangat yang membara dan senjata baru aku berlari keluar untuk menyelamatkan bodyguard ini dahulu,
kuhabisi semua prajurit raja leak yang tersisa tanpa ampun.

Selanjutnya aku berlari kearah belakang, mencari keberadaan Tono dan penghuni yang lain. Aku mendengar teriakan dari arah kamar belakang, dengan cepat aku masuk dengan tubuh halus ini.
Tanpa pembicaraan apapun dengan penghuni kamar itu, langsung kutebaskan kepada dua prajurit yang tersisa di kamar belakang.

Setelah aku merasa menang malam itu dilantai bawah, aku kembali kelantai dua. Tapi keadaan dilantai dua berbeda lagi dengan dugaanku.
Raja leak masih belum menerima kekalahannya. Leak ini terlihat melesat sangat cepat ke tubuh Anne yang sudah tidak berdaya. Waktu itu aku berlari langsung menebas sang raja leak itu sebisa mungkin agar tidak masuk ke tubuh Anne lagi.
Dalam lari cepatku itu tebasan pedangku ternyata mengenai kedua pahanya….

“CLLAAANNGGGGG…!!!!!”Suara tebasan pedangku mengenai kedua paha raja leak itu.

Aku melihat kedua pahanya sudah terpotong, tinggal tubuh dan kepala sang raja leak itu yang masuk ke tubuh Anne lagi.
Leak ini masuk ke tubuh Anne dengan lidah merahnya yang dijulurkan sepanjang perut langsung mengikat tubuh Anne, lidah itu sebagai tali untuk menarik tubuh halusnya masuk kembali kejasad Anne.
Saat aku tidak bisa mencegah kembalinya raja leak itu ketubuh Anne, aku hanya terdiam memandangi tubuh Anne yang dirasuki oleh raja leak lagi. Aku merasa sang raja leak itu sudah tak berdaya meskipun kembali lagi ke tubuh Anne.
Kupikir dirumah Anne malam itu sudah aman, aku putuskan kembali naik ketempat guruku untuk ikut membantu bertempur. Sesampainya diatas awan hitam yang kelam, aku melihat guruku sedang melawan prajurit leak yang tinggal sedikit,
bersamaan itu aku maju ketempat guruku untuk membantunya.

Sesampainya ditempat guruku, aku mulai menebas prajurit-prajurit itu mulai dibelakang dan samping-sampingnya. Kelima leak tadi dengan cepat melesat pergi berpencar kesegala arah, karena sudah merasa kalah.
Para pasukan mereka yang tersisa masih banyak ikut yang melarikan diri kesegala penjuru mengikuti raja-raja mereka. Dalam sekejap medan perang ditempat kami sudah bersih tak tersisa,
tinggalah aku dan guruku beserta seluruh pasukan yang menyerupai club pemuja ilahi yang ada disitu.

Malam itu guruku saat didunia sudah tua, kini terlihat lebih muda dan nampak tak ada rasa lelah berperang dengan para pasukan leak.
“Semuanya sudah berakhir nak Umar, tinggal sedikit selesaikan sendiri” ucap guruku.

“Terima kasih guru” jawabku dengan badanku yang membungkuk serta menundukan kepala.
Kutegakan lagi badan ku, aku melihat semua sudah bersih tidak ada makhluk apapun diatas awan ini, saat itu juga aku putuskan turun kerumah Anne. Aku langsung melesatkan tubuh halus ini kembali kejasad kasarku yang masih tertinggal sendirian dikamar Anne.
POINT OF VIEW [POV] TONO

SAAT KEJADIAN DIRUMAH ANNE

Saat aku berlari dengan bodyguard yang kutabrak, dengan cepat aku lari untuk mencari tempat berlindung karena aku tau prajurit-prajurit yang tadi kutabrak ikut mengejarku.
Malam itu diteras yang gelap dipenuhi kabut tipis aku menggenggam erat pergelangan tangan kirinya bodyguard ini. Bodyguard ini spontan ikut berlari setengah membungkuk, dengan langkahnya yang terseok sekok.
Bodohnya aku dimalam itu karena panik malah lari masuk kedalam rumah anne, padahal rumah itu sudah dikuasi pasukan sang raja leak. Malah aku berlari kearah dapur, tapi kulihat tidak ada tempat bersembunyi disitu.
Aku berlari lagi kekamar belakang yang terpisah dengan rumah utama, yaitu kamar pembantu Anne.

“BRUUUAAAKKKK….!!!!” Suara hantaman tubuhku
mengenai pintu kamar pembantu Anne tanpa mengetuk.
“BRROOOKKKK… BRROOOKKKK… BRROOOKKKK…”Suara genggaman tanganku mengetuk pintu kamar pembantu Anne.

“Bukaaa…Cepetan bukak… ini aku Tono..!!!” teriak suaraku yang meminta untuk dibukakan pintu.

“CEKLEEEEKKK..!!! CEKLEEEEKKK..!!”Suara pintu yang dibuka dari dalam kamar itu.
Aku dengan bodyguard tadi segera masuk kekamar pembantu Anne tanpa basa basi dan memperhatikan yang membuka kamar ini, dengan cepat pembantu Anne mengunci kembali pintu kamarnya.
Kulihat sudah ada tiga orang disitu, dua orang perempuan pembantu dan satu laki-laki tukang kebun Anne. Mereka bertiga sudah ketakutan, akhirnya kami berlima duduk jongkok meringkuk dipojok ruang kamar pembantunya Anne.
“Mas aku takut sekali mas, ini gimana mas, apa kita masih bisa hidup?” tanya bodyguard dengan ketakutan.

“Nggak tau mas, aku sendiri juga takut kalau situasinya begini” Jawabku

“Ini aku nggak kebagian selimut, mana selimut yang lain?” Tanyaku sambil berebut selimut.
“Udah ini saja dipakai bersama, paling juga kita mati disini” Kata pembantu perempuan

“Huuuuu… Huuuuuu… Huuuuuu… Huuuuuu… Huuuuuu…”
Suara tangisan kita berlima sambil saling tarik menarik selimut.
Saat itu aku berhenti dari tangisan dan mencoba membaca mantra, berdoa, untuk melindungi kami berlima dikamar ini, meski mantraku malam itu tidak manjur.
Kami tau kalau kami bakal dijadikan tumbal si raja leak karena melihat kejadian bodyguard ini ditarik dan mau dibawa kealam mereka untuk dijadikan tumbal didepan. kami berlima sudah tidak memperhatikan jenis kelamin lagi,
kami berlima meringkuk ketakutan keringat kami mulai bercucuran karena kamar pembantu ini tidak ber AC dan minim ventilasi udara. Didalam kamar aku terus saja membaca sendirian,
kubaca sekeras-kerasnya seingat-ingatnya, karena malam itu kondisinya panik dan sangat mencekam. Dalam konsentrasiku didalam selimut tiba – tiba.

MAS TONO TOLOOOOONGGGG……..BRUUUKKK [teriakan bodyguard ini tiba-tiba jatuh dari jongkoknya]
PLAK…..PLAK….PLAKKK..[suara tangannya yang mengentak kelantai mencari pegangan sebisanya untuk menahan tarikan dari kedua kakinya]

Tubuh besar bodyguard terseret karena ada yang menarik dari arah pintu, dengan cepat aku meraih kedua tangannya.
Di belakangnya bodyguard kulihat dengan kedua mata kepalaku dua orang prajurit Leak sedang menarik di kaki kiri dan kanannya.

AAAAAAAKKKKHHHHHH [teriak dua orang pembantu dan satu tukang kebun saat mereka melirik kegiatan Tarik menarikku dengan prajutit setan ini]
Semua yang meringkuk lagi, para pembantu hanya teriak keras histeris. Takut akan menjadi giliran pembantaian malam itu. Disini aku adu tarik menarik dengan para setan itu cukup lama, hingga aku merasa lelah merasakan hal ini.
Tiba-tiba kedua prajurit itu hilang, hanya ssedikit awan tipis hitam dan sedikit percikan api yang terlihat.

Sekian lama kami meringkuk dikamar itu, ditengah tangis keempat orang ini…

“TOKKKK…. TOKKKK…. TOKKKK….”
“Ton, lo didalam?” teriak seperti suara mas Umar yang sedang mencari aku.

“Tono sudah kabur, nggak ada disini.” jawab teriakku ditengah tangis ketakutan mereka berempat didalam kamar.
“Hee geblekk.., ini aku Umar.. cepet buka semua sudah aman!!!” Jawab teriak mas Umar dari luar pintu kamar pembantu Anne.

Akhirnya aku memberanikan diri mencoba membuka pintu kamar dari dalam, disini sebenarnya aku masih takut.
Aku berprasangka ini adalah jelmaan dari para prajurit raja leak itu.

“KLEKK.. KLEEKK…” Suara engsel pintu yang kubuka dari dalam.

“Mas.. Mas.. Mas.., Bener sampean ini mas Umar?” sambil tanganku mencubit kedua pipinya.
“Ehh kurang ajar lu ya, apa-apaan lu Ton” sambil tangan mas Umar melepaskan cubitan jariku dikedua pipinya.

“Ya nggak mas! aku memastikan keadaan diluar bener-bener sudah aman” Jawabku.
“Iya Ton, semua sudah aman. Sekarang coba tenangkan semua yang ada dikamar dan ajak berkumpul diruang tengah” Pinta mas Umar.
23. SITE PLAN

Setelah kejadian mencekam dimalam itu kami semua berkumpul diruang tengah rumah Anne, rumah yang besar bergaya eropa dengan cat putihnya.

Aku duduk bersama Tono disofa Panjang, sedang Andi duduk bersama Anne dikursi kayu klasik berwarna cokelat.
Satu orang pembantu perempuan merawat luka ditangan, kaki dan tubuhnya Andi. Sedang pembantu perempuan yang satunya lagi merawat Anne.

Pembantu yang merawat Anne mulai merapikan rambut dan mengganti bajunya yang sudah berantakan.
Pembantunya juga membersihkan luka di pergelangan tangan dan kakinya anne karena ikatan yang kuat rantai itu. Untuk tukang kebunnya yang laki-laki merapikan kursi, karpet yang berantakan malam itu.
Tukang kebun ini sibuk membersihkan rumah Anne malam itu dibantu dua orang bodyguardnya untuk mempercepat pekerjaannya dan supaya tidak ada yang curiga dari tetangga sekitar.

Setelah pembantu yang merawat Andi selesai,
ia membuatkan kami minuman yang segar sebagai minuman pereda ketegangan malam yang kelam itu.

“Ada apa dengan semua ini Ndi, kok kamu terluka? apa yang terjadi sebenarnya? Tanya Anne yang mulai sadar dan ingat kembali dari pengaruh leak.
“Malam ini tadi sebenarnya malam pemujaan leak calonarang itu,kita semua berjuang malam ini untuk kesembuhanmu.Malam ini nyawa kita semua sudah tiada lagi, berkat bantuan mas Umar dan mas Tono,kalau mereka tidak ada mungkin kita dan seisi rumah ini sudah mati.”terang Andi ke Anne
“Jadi sampai segitunya ya, Maafkan aku ya Pak?” Jawab Anne sambil duduk melihatku, setelah itu tatapnnya melihat lukanya yang diperban di kedua pergelangan tangan dan kakinya.

“Iya benar Ne, sukur kita malam ini bisa selamat” Jawab Andi.
“Pak Umar, mas Tono sudah sejauh ini membatu saya” Ucap Anne dengan Bahasa Indonesia yang fasih disertai pandangan matanya kepada kami dan kondisi kesehatannya mulai membaik sedikit demi sedikit.
“Iya mbak Anne gak papa, alhamdulillah semua sudah beres, tinggal sedikit yang ditubuh mbak Anne” Terangku ke Anne.

“Sudalah mbak Anne sekarang istirahat saja, karena mbak Anne terlihat sangat capek malam ini” Pintaku.
“Iya benar pak Umar, aku merasa sangat capek dan lemas malam ini. Tulang-tulangku seperti remuk semua” Jawab Anne.

Malam itu Anne langsung tidur diatas karpet tebal diruang tengah, dia ditemani kedua pembantunya perempuan. Sedang aku dan Tono tidur diruang tamu,
untuk Andi dan satu bodyguardnya ikut menemani Anne tidur di atas sofa ruang tengah. Mengingat malam itu masih mencekam, dan bayangan buruk atas kejadian yang kelam.
Akhirnya mereka putuskan tidur diruang tengah. Untuk tukang kebun yang sudah selesai membereskan rumah Anne dan satu bodyguardnya ikut tidur bersamaku, dan Tono. Kami berempat tidur di sofa ruang tamu.

***
“TOKK…!!! TOKK…!!! TOKK……
(Suara ketukan yang lama dari luar pintu ruang tamu rumah Anne.)

Bersamaan dengan suara itu tukang kebun langsung bangun duluan dan membuka pintu dengan penasaran.

“Siapa yang mengetuk pintu di pagi buta gini” gumamnya dengan berjalan keluar,
karena ia masih masih merasa takut akan kejadian malam tadi.

Kleeekkk

“Cari siapa mas ?” Tanya tukang kebun.

“Cari mas Umar sama mas Tono pak” Jawab Imron

“Ohh itu mas Tono masih tidur.” Jawab tukang kebun serta kepalanya menoleh keruang tamu.
“Tapi mas Umarnya kok sudah nggak ada ya, padahal tadi tidur disitu”katanya pelan

“Sebentar mas, saya cari mas Umar dan membangunkan mas Tono” pesan tukang kebun sambil meninggalkan Imron didepan pintu.
Aku yang baru selesai dari kamar mandi berjalan menuju ruang tamu, aku berpapasan dengan tukang kebun di ruang tengah.

“Mas sampean dicari orang itu didepan”kata tukang kebun memberitahuku ada yang mencari.

“Siapa pak?” tanyaku.

“Saya nggak kenal” Jawab tukang kebun singkat.
“Ohh ya sudah kalau gitu aku kedepan saja” Jawabku.

Aku dengan tenang berjalan menuju ruang tamu, dan masih melihat diruang tamu tono dan satu bodyguardnya Anne masih tidur terlelap..
“Ehh elu Pron, dari mana saja? sini duduk!” Pintaku yang masih dibelakang pintu ruang tamu Anne.

Aku kembali duduk di sofa dan Imron mengikuti duduk disampingku, sedang Tono dan bodyguard ini
kubangunkan untuk ikut menemani kami di ruang tamu.
“Ehh... Pron kemana aja lu semalam? masa nggak denger teriak-teriak dan suara keras dari rumah ini?” Tanyaku

“Aku sembunyi dimobil mas, ya denger mas! Aku takut kalau mendekat, karena sudah terlihat begitu banyak pasukan ghaib itu disitu,
jadi kuputuskan menutup mata dan telingaku mas. Sampai tertidur dimobilnya mas Tono.” Jawab Imron yang Panjang.

“Ahh.. elu Pron kita semua mau mati, elu malah sembunyi nggak bantuin kita, kurang ajar banget lu” sahut Tono dari kamar mandi yang sudah berdiri di ruang tamu.
“Lah kan aku bilang dari awal nggak berani mendekat, aku tetap sembunyi dikursi tengah mobil mas.” Jawab Imron

Terdengar dari ruang tengah satu persatu mereka yang tidur disitu mulai bangun, kami dirumah anne saat itu sampai tengah siang hari.
Suara mereka terdengar satu persatu mulai beraktifitas layaknya tiada yang terjadi dimalam itu. Saat aku, Tono dan Imron duduk diruang tamu, Andi dan Anne datang ikut bergabung dengan kami.
Aku menanyakan keadaan Anne dan Andi dipagi itu, bersyukur Anne sudah mulai ingat dan sadar meski belum sepenuhnya. Sedang Andi yang semalam banyak luka pagi itu sudah nampak pulih meski belum seratus persen. Mereka berdua juga masih trauma akan kejadian semalam.
“Mas sarapan dulu yuk?” Pinta Andi.

“Ayok mas!” Jawabku

Kami semua keruang makan Anne, kami makan bersama dipagi itu. Terlihat dihadapan kami Makanan yang sudah disiapkan tampak berjajar rapi dengan menu seadanya.
Maklum pembantunya tadi pagi belum belanja karena masih sibuk merawat Anne dan rumahnya.

Selesai acara makan-makan kami kembali keruang tamu Anne, keinginanku saat itu adalah untuk pulang karena untuk memulihkan tenaga dulu dan rindu bertemu keluarga dirumah.
Saat kami semua duduk di ruang tamu tiba-tiba andi terlihat mengeluarkan cek dan beberapa kertas yang pernah diperlihatkan saat datang kerumahku.

“Mas ceknya ini sampean bawa sama surat-suratnya.” Ucap Andi.

“Buat apa mas ?” Tanyaku polos.
“Aku rasa imbalan ini pantas buat mas Umar, karena kulihat mbak Anne sudah mulai pulih” Jelas Andi.

“Nggak usah mas, leak itu masih ada ditubuh mbak Anne, tapi aura dan kekuatannya sudah hilang” Jawabku.

“Iya Pak bawa saja, pagi ini aku merasa seperti yang dulu lagi.
Aku sedah merasa sehat pak. Aku sangat berterima kasih jika pak umar bawa ceknya” sahut Anne.

“Gak usah mbak. Karena masih belum selesai 100% tugasku”. Jawabku yang sungkan

“Gak papa pak Umar.” Desak Anne
Dengan santai Anne mengambil cek berwarna biru muda yang dibawa andi, Tangan kiri Anne dengan percaya diri perlahan menandatanganinya cek berwarna biru muda itu. Cek biru muda itu ditandantangani dengan tangan kirinya dan ditulis dengan jelas namanya,
posisi yang tertera nama “Anne Van Persie” dibawah tanda tanganya. Kejadian itu tepat didepanku dan disaksikan Andi, Tono, Imron dan satu bodyguradnya.

“Lohh jangan mbak, jangan dulu, leak nya masih ada gitu loh di tubuh mbak Anne”. Kataku menolak dulu
“Ngga papa pak Umar, aku percaya kok sama pak Umar.” paksa Anne memberikan cek itu kepadaku.

“Sudah bawa saja pak, ingatanku juga banyak yang kembali sejak tadi pagi.” Jelasnya Anne lagi
“Ayok habis ini kita ke Bank bersama-sama untuk memastikan isi uang di Cek ini, sekalian aku mau jalan-jalan pak” Pinta Anne.

“Nggak usah mbak, saya percaya kok.” Jawabku

“Nggak papa mas, sekalian ayok keluar nyari makan siang juga” Paksa Andi.
Dengan paksaan Andi dan Anne serta Tono yang ikut membujukku, akhirnya kami pergi ke Bank yang dituju sesuai nama yang tertera di Cek/BG milik Anne. Aku naik mobil bersama Anne dan Andi, sedang yang jadi sopir saat itu si bodyguardnya Anne.
Sedangkan Imron ikut Tono membawa mobil sejuta umatnya dibelakang kami. Sesampainya kami di Bank itu, kami berempat berjalan kaki masuk ke bank persemakmuran.

“Ada yang bisa dibantu pak, buk ?” Tanya satpam Bank.
“Iya pak kami ingin mengecek isi dari di Cek ini” sambil tangan Andi menunjukan Cek biru muda itu ke satpam

“Ohh iya pak langsung saja, cutomer servicenya ada disebelah kiri ruangan utama Bank ini” Suruh satpam itu.

“Oh iya pak terima kasih”Jawab Andi
Dua Kursi depan di customer service saat itu kosong, jadi kami berlima langsung ke depan meja customer service. Waktu itu kebetulan pegawainya seorang perempuan muda dan cantik. Saat kami sampai didepan meja customer service,
kami semua masih berdiri. Kami disambut suara yang ramah dan hangat customer service itu. Dia dengan segera mempersilahkan kami untuk duduk, memberikan tiga kursi tambahan ke kami, karena hanya ada dua kursi yang tersedia saat itu.
“Ada yang bisa kami bantu pak.. buk.. ?” Tanya customer service Bank.

“Iya mbak, ini saya mau mengecek uang dari BG ini” kata Andi sambil mengeluarkan cek dan memberikannya kepada customer service Bank itu.
Kulihat pegawai perempuan itu mengamati Cek itu dengan seksama, dia agak terdiam matanya sedikit melotot karena melihat nominal yang tertera di Cek itu. Ekspresinya pegawai itu seperti tidak percaya apa yang dilihatnya.
Setelah mengamati agak lama dengan membolak balikan Cek itu beserta mencocokan nomor seri Cek dengan data yang ada.

“Sebentar ya pak, saya tanyakan dulu ke AR didalam” kata customer service Bank.

“Oh iya mbak silahkan” Jawab Andi dan jawabku.
Sekian lama kutunggu akhirnya pegawai bank itu datang bersama AR dan kepala bank, mereka mengajak kami pindah keruangan nasabah khusus. Ruangan yang hanya disekat dengan kaca, tapi tak terlihat dari luar.
Kami berjabat tangan dengan pihak bank sambil memasuki ruang itu. Setelah kami semua duduk didalam ruangan itu, posisi kami duduk melingkar dikursi tamu mengikuti meja oval panjang. Aku duduk berjejer lima orang disisi selatan, sedang pihak Bank bertiga disisi utara.
“Gimana pak ceritanya ini.” Tanya AR Bank

“Begini pak, kami mau narik uang yang dikirim dari kakek mbak Anne.” Jawab Andi

“Kok nilainya besar banget mas.” Sahut kepala cabang bank yang curiga
“Iya pak ini memang kemauan dari kakek mbak Anne untuk menghibahkan uang tersebut kepada pak Umar.” Jawab andi yang selanjutnya menceritakan dengan singkat profile keluarga Anne dan kronologi yang menimpanya.
“oooohhhh jadi begitu….Mas ini mau Tarik tunai atau transfer ?” Tanya pihak Bank.

“Nggak pak kami hanya ingin memastikan uang di Cek itu, sudah ada isinya atau belum” Jawab Andi.
“Iya tadi didalam sudah saya cek, BG ini sudah ada isinya sesuai dengan nominal yang tertera di Ceknya.” Tegas kepala Bank.

“Satu Triliun, kan pak? Tanya andi lagi

“Iya mas, bener! Jawab AR bank
“Apa bisa Tarik tunai pak?” Tanya dan pintaku polos ke Kepala Bank.

“Jelas ndak bisa pak, karena kalau penarikan dalam jumlah besar bapak harus janjian dulu dengan pihak Bank kami” Terang pihak Bank.
“Ini kan Hibah pak, meski asal usulnya jelas dan penggunaannya juga jelas. Biasanya penarikan diatas dua milyar itu bapak harus membuat berita acara dan keperluannya untuk apa secara detail.” Jelas AR Bank itu.
“Oh iya kalau begitu minggu depan saya urus untuk itu semua mbak.” Sahut Andi

“Lebih baik jangan dulu mas, gak enak saya karena semua urusannya belum selesai”. Jelasku ke Andi
“Gak papa mas, lagian kami percaya sama mas umar. Mas umar juga habis menyelamatkan nyawa kami.”Jawab Andi

“Ohh ya sudah mbak terima kasih”. Kata andi mengakhiri perbincangan kami diruang khusus itu.
Setelah itu kami berlima keluar dari Bank itu untuk mencari makan siang padahal waktu sudah sore, selesai makan siang kami berpencar. Aku, Tono dan Imron kembali pulang kerumah disopiri bodyguarnya Anne karena waktu itu kami bertiga sudah capek dari semalam.
Sedangkan Anne dan Andi kembali kerumah mereka, sebelum kami pulang kami janjian minggu depan dihari senin aku kerumah Anne lagi dengan Tono.
Kami beserta rombongan melajukan mobil Tono yang dikendarai bodyguardnya Anne menuju rumahku.
Ditengah perjalanan aku mempuyai ide, Inisiatifku kala itu hanya ingin mengambil uang hadiah tersebut hanya sepuluh persen dari total yang akan diberikan kepadaku. Kira-kira 100 milyar, dan rencananya akan aku bagikan sebagian keseluruh keluargaku dan keluarga mertuaku.
“Mas, jangan lupa lima persennya ya” ujar Tono sambil duduk dikursi depan mobilnya.

“Iyaa… iya Ton, aku nggak lupa” Sahutku dari kursi belakangnya.

“Pak bagi-bagi dong.” sahut Bodyguard Anne.

“Iya Pak, gampang itu. Sahutku
“Saya budi pak, saya yang biasanya ngantar mbak Anne kerumah mas umar.” Kata budi

“ooohh iyaaa..iyaa…aku lupa pak.” Jawabku

“Saya yang kemarin malam sampean selamatkan, sama mas tono.”Jelasnya
“Ooohhh iya ta? Saya agak bingung soalnya pak, karena wajah bapak sama temen bapak satunya lagi mirip.”Jawabku

“Hahahahahahhaah bisa saja Mas umar ini.” Sahut mas budi
“Wah gimana mas Umar ini, masak sudah sering ketemu kok lupa. Dia mau dapat tetangga sampean loh mas?” sahut Tono

“Beneran ta mas Budi”. Tanyaku kaget

“Iya mas, itu tetangga kecamatan mas umar anaknya bapak pak haji romli.” Jawabnya
“Oooohhh,,,,ya…yaa..yaa…”Jawabku dan mengingat-ingat orangnya

Dalam perjalanan pulang ini aku berencana akan membagikan harta itu, rencanaku akan memberi para pemuja ilahi yang ikut membantuku selama ini.
Semua anggota club pemuja Ilahi akan aku beri satu milyar per orang, termasuk Imron khusus 2 milyar. Sedang Tono jelas mendapat lima puluh milyar, karena berawal dari dialah semua ini terjadi dan juga bantuannya selama ini.
Sisanya akan aku hibahkan semua kemasyarakat untuk sosial.

Saat itu aku langsung menuju kerumah mertuaku, dan kurasa saat itu dirumah mertuaku semua sudah aman. Sejenak aku duduk dirumah mertuaku setelah itu aku langsung ajak anak istriku pulang kerumah,
dalam perjalanan pulang aku ceritakan semua kepada istriku akan mendapatkan uang dalam jumlah besar.

Aku beserta istri dan kedua anakku langsung diantar budi pulang kerumah, sesampainya dirumahku Imron langsung pamit pulang.
Sedangkan Tono yang merasa mau mendapat uang banyak ingin tetap tinggal dirumahku dan mengambil alih untuk memimpin acara pemuja ilahi yang rutin dilaksanakan dirumahku setiap malam. Untuk mas budi dia langsung kembali ke rumah Anne diantar oleh calon mertuanya.
Dirumah aku beserta anak istriku membersihkan rumah dan dibantu Tono, perasaan kami saat itu sangat senang dan bahagia karena akan menerima hadiah uang yang segitu banyaknya, yang seumur-umur tidak pernah terjadi kepadaku.
Menjelang acara pemuja ilahi dimulai, Tono benar-benar mengambil alih menjadi pimpinan ritual pemuja ilahi, saat acara berlangsung seperti malam-malam sebelumnya. Malam itu Semakin banyak orang-orang tidak dikenal ikut acara pemuja ilahi dirumahku.
Wajah mereka serasa tak asing bagiku, tapi mereka tetap berpakaian putih-putih seperti baju khas yang dipakai pemujai ilahi. Orang - orang yang tak dikenal itu menyebarkan bau yang sangat harum mengalahkan aroma parfum kami,
disini aku tetap tak menghiraukan mereka dan tak berani menegur mereka.

Saat acara selesai aku meminta semua anggota pemuja ilahi yang hadir untuk tetap ditempat, tapi Anggota yang menyebarkan bau harum tadi sudah tidak ada.
Waktu itu aku tak begitu menghiraukannya dan mulai memberikan kabar kesemua Anggota Club yang hadir saat itu, beserta Tono serta Imron. Aku menjelaskan perihal yang terjadi dari awal sampai akhir kepada mereka. Sebagai ucapan terima kasihku kepada mereka selama ini,
malam itu aku menjelaskan akan memberi uang untuk mereka. Aku minta semua anggota club besok pagi membuka rekening di Bank, untuk masalah banknya terserah yang penting ada rekening. Setelah itu semua anggota pulang masing-masing.
Diantara Anggota Pemuja Ilahi itu aku panggil tiga orang yang senior, sebut saja pak Toha, pak Amir, pak Jono. Pertama aku meminta pak Toha untuk mencari lahan persawahan untuk dibeli dan diurus, hasilnya akan dibagikan kepada fakir miskin,
anak yatim dan orang – orang yang membutuhkan. Kedua pak Jono aku minta membuat rumah sakit dan mengurusnya, rumah sakit khusus untuk kalangan menengah kebawah. Ketiga pak Amir aku minta dibuatkan panti asuhan untuk menampung anak-anak yatim piatu didaerahku .
Rumah sakit ini rencananya akan di gratiskan, sedangkan untuk lahan sawah ini yang mengelola diutamakan orang-orang yang tidak mampu dan dikerjakan secara bergilir. intinya semuanya gratis untuk masyarakat sekitar.
Sementara gaji mereka yang mengelola dari uang 1 milyar yang aku janjikan untuk persatu orang. Setelah rencana itu kami susun, aku langsung istirahat dirumah sedang para tokoh serta pemuja ilahi pulang dengan suka cita dan bahagia.
Setelah perintahku tadi malam, club pemuja ilahi dari pagi sampai sore satu persatu datang untuk mengumpulkan rekening dirumahku. Acara mengumpulan rekening semua sampai komplit sampai sore hari.
Mereka menyerakan rekening serta fotokopinya rangkap dua, setelah semuanya terkumpul mereka langsung pulang masing-masing. Karena malam harinya mereka melanjutkan acara ritual rutin dirumahku, acara itu kurang lebih sudah berjalan tiga minggu.
Malam itu aku yang memimpin acara dirumahku yang setelah sekian lama kutinggal.

SABTU TANGGAL SEKIAN, BULAN SEKIAN, DUA RIBU SEKIAN

Pagi itu sekitar jam tujuh aku Bersama Imron berangkat menuju kerumah Anne untuk menyelesaikan sisa kewajiban terakhirku,
karena aku sendiri merasa nggak enak sama Anne dan Andi. Aku yang sudah membawa ceknya beserta tanda tangan Anne dari kemarin, dasar itulah aku ingin segara menyelesaikan tugasku.
Saat berangkat aku membawa semua foto kopi rekening dan aslinya milik semua club pemuja ilahi, termasuk punya Imron dan Tono. Siang itu aku berangkat membawa motor jadulku ke rumah Anne diperumahan mewah,
saat motorku berhenti tepat didepan gerbang rumah Anne aku melihat mobil tono sudah terparkir disitu.

“TEEETTTTTT….!!! TEEEEEEETTTTTTTTT….!!!” Suara bell gerbang rumah Anne, rumah dengan ciri khasnya bergaya Eropa.

Sedangkan seorang pria agak tua membukakan gerbang rumah itu.
“KREEEKKKKK….” Suara gerbang terbuka.

“Ehh mas Umar, silahkan masuk mas, semua sudah menunggu didalam.” sapa tukang kebun.

“Oh iya pak, terimakasih.” Jawabku.

Aku dan Imron berjalan memasuki rumah Anne, sedang motorku diparkir Imron di carportnya.
Mataku melihat pintu garasi terbuka sedikit ada beberapa mobil buatan pabrik kakeknya, mobil yang biasa dipakai oprasional sehari-hari Anne selama disini.

“TOK..TOK..TOK..TOK…!!!” Suara pintu ruang tamu yang sudah terbuka.
“Oh mas Umar, ayo mas silahkan masuk” ajak Andi.
Aku melihat semua sudah duduk diruang tamu, disitu ada Tono dan Anne, sedang aku menuju kesofa bersama Andi dan Imron. Dalam perjalanan masuk Aku dan Imron menyalami Tono dan Anne sebelum duduk disofa itu.
“Gimana kabar mbak Anne sekarang?” Tanyaku.

“Sehat pak, tapi masih sedikit pusing.” Jelas Anne.

“Oh iya kalau begitu aku mau menyelesaikan hari ini mbak, akan kuhabisi leak itu hari ini juga” Terangku.
Setelah itu datang pembantu Anne yang tengah membawakan minuman untukku dan Imron. Aku dan Imron langsung meminumnya karena merasa haus.

“Ayo mbak Anne keruang tengah saja” Pintaku.
Kami semua berjalan menuju ruang tengah Anne,
“Silahkan duduk dulu mbak Anne” setelah diruang tengah.

Kulihat tangan kanan dan kirinya masih diperban, aku berdiri sejenak dengan bersendekap melipat kedua tanganku didepan, sedang anne berjarak sekitar tiga meteran dariku.
Sejenak aku berkonsentrasi untuk melepaskan tubuh halusku, saat itu aku sudah tidak sabar ingin menghabisi sang raja leak yang sudah hilang kekuatannya. Aku lihat didalam tubuh Anne sang raja leak itu sudah buntung tangan dan kakinya,
serta api merah kehitamannya sudah tidak ada lagi.

Disaat posisi seperti itu aku langsung melesat kearah Anne, Tanganku dengan cepat mencengkram leher leak itu. Pertama aku angkat ke atas kepalanya, tapi tubuh Anne juga ikut terangkat saat itu.
Sekarang hanya lidahnya Anne yang dijulurkan tanpa ada tarian serta tatapan mata leak itu yang melotot, disini aku memaksa leak itu keluar dari tubuh Anne masih sangat susah, bahkan sempat kuhantam dan kutendang dengan kakiku,
leak ini masih tetap tidak mau meninggalkan tubuh anne. Memang sang raja leak ini sangat keras kepala sekali, meski sudah tidak punya kekuatan tapi tekatnya untuk membunuh Anne masih sangat besar.
BEEERRRGGGHHHH [getaran tubuh Anne]
Saat leak ini bangkit tiada satupun prajurit raja leak ini datang, mungkin karena waktunya masih siang atau tenaganya yang habis untuk memanggil pengikutnya yang lain aku sendiri tak tahu.
MASSSS TAKUUUTTTT….kata Imron dan pembantunya berlarian dari ruang tengah.

sedang Andi dan Tono tetap tegang disamping kanan kiri Anne.

Seketika itu juga aku memanggil pedangku, dalam sekejap pedang itu sudah ada ditanganku,
waktu itu rencananya membunuh sang raja leak ini didalam tubuh Anne. Kutarik sedikit kebelakang kepala leak itu dengan tetap memegang lehernya,
saat ada jarak untuk tebasan terakhir dengan cepat aku mengayunkan pedang ini ke leher Leak sialan ini.

“CLIINGGGGGG…… KRAAATAAAKKKK…..

KRAAATAAAKKKK… KRAAATAAAKKKK”

Seketika itu juga raja leak mati dan terbakar sebagian didalam tubuh putihnya Anne,
saat aku merasa menang dan memastikan leak ini sudah mati.

Siang itu kuputuskan langsung kembali ke tubuh kasarku yang masih berdiri dihadapan Anne. Perlahan kubuka mataku kulihat anne masih duduk dengan mata terpejam, tapi kedua tangannya tidak dipegangi oleh Tono dan Andi.
“Sudah mbak, coba buka matanya” Pintaku.

Perlahan Anne membuka kelopak matanya pelan-pelan.

“Iya pak, aku sudah merasa ringan sekarang, kepalaku juga sudah tidak pusing lagi. Rasanya badanku sudah sembuh seratus persen pak” Terang Anne.

“Gimana mas Umar ?” Tanya Andi
“Tenang mas Andi leak itu sudah terbakar habis, sudah mati dia.” Jawabku

“Jadi sudah dikatakan mbak Anne seratus persen normal ?” Tanyanya lagi

“Iya mas, aku jamin seratus persen.”Jawabku meyakinkannya
“Tapi tetap hati-hati mas karena waktu kejadian malam itu aku masih melihat ada lima leak yang malarikan diri, jadi Mas Andi tetap waspada. Aku kuatir mereka datang mengganggu Anne lagi.”

“Iya mas, Terima kasih banyak mas.” Jawab Andi
Setelah selesai kami semua kembali keruang tamu Anne. Waktu itu aku buta urusan perbankan, maklum aku sendiri orang kampung yang tak pernah bersentuhan masalah gituan apalagi dalam jumlah besar.
“Mas Andi tolong hari senin temenin saya di Bank ya, karena mau transfer kebanyak rekening.” Tanyaku

“Iya mas, Tapi nanti kalau ambil Mas umar bawa Aparat mas biar aman.” Terang Andi

“Ok mas, biar Tono nanti yang bawa.”Sahut Tono
Setelah kurasa sumuanya sudah beres, aku dan Imron pamit pulang. sedang Tono masih tetap dirumahnya Anne.

SENIN, TANGGAL SEKIAN, DUA RIBU SEKIAN.
Aku sudah sampai di Bank sekitar Jam 8 pagi bersama Imron.
Pagi itu aku putuskan menghbungi mereka, dengan tangan kananku kuambil telfon jadulku untuk telpon mereka.

“TUUUTTTT….!!!! TUUUTTTT….!!!! TUUUTTTT….!!!! TUUUTTTT….!!!!”
“Hallo.. Assalamu’alaikum.” Salamku

“Walaikumsalam.” Jawab Andi

“Lagi dimana mas ?” Tanyaku

“Masih dirumah mbak Anne mas”Jawabnya

“Agak cepat mas Andi, aku tunggu di Bank ya.” Pintaku

“Oh iya mas tunggu sebentar disitu.”Jelas andi
Saat aku di Bank masih menunggu Andi dan kawan-kawan datang, aku dan Imron mencari warung terdekat membeli minuman ringan dan menikmati rokok buatan pabrik daha. Rokok yang menjadi andalanku kalau punya uang saja.
Diwarung kecil itu aku membayangkan bagaimana ya megang uang segitu banyaknya, jatahku 10 persen mau buat apa ya, bingung mau menghabiskannya.

Setelah itu tak berapa lama Andi, Anne dan Tono sudah tiba di Bank, mereka langsung menemuiku dan Imron diwarung kecil.
Karena aku meminta bantuan ke mereka untuk rencana mentransfer uang yang sebegitu besar.

“Mas, ayo langsung masuk aja mas” kata Andi yang berdiri mengampiriku dan mengajakku kedalam ruang Bank.

“Oh iya mas” jawabku langsung berdiri dan mengikuti arahan Andi
Setelah itu kami masuk ke Bank, mencari AR yang memberi penjelasan minggu kemarin, kami masuk diantar oleh satpam Bank. Kami dipersilahkan duduk diruang tunggu oleh satpam, setelah itu pak satpam menemui custumer servicenya untuk minta tolong memanggil AR dan kepala Banknya.
Tak lama kemudian AR dan Kepala Bank tersebut menemui kami lagi diruangan nasabah khusus itu.

“Gimana kabarnya pak?” Tanyanya ibu AR dengan menyalami kami semua berlima.

“Iya mbak, ini bapaknya mau narik dalam minggu ini katanya” terang Andi sambil menunjuk kearahku.
“Gini mbak rencananya saya mau menarik dana itu hari Jum’at dan minta tolong mentransfernya ke rekening anggota saya.” sambil menyerahkan semua rekening dan foto kopi buku rekening anggotaku.

“Ini yang ditarik cash tunai berapa pak?” tanya ibu AR.
“Delapan milyar saja mbak, yang sisanya tolong dimasukkan kerekeningku” sambil menyodorkan buku rekening dan foto kopinya ke ibu AR tersbut.

Disitu aku menjelaskan ke ibu AR (Account Receivable) bahwa rekening 40 anggotaku diisi per orang nya 1 milyar,
ditambah untuk rekening Tono 50 milyar dan Imron 2 milyar. Setelah kesepakatan itu kita Bersama Andi Anne Tono dan Imron datang ke Bank ini lagi, karena dijanjikan sama AR hari jum’at minggu ini.
Waktunya lima hari lagi dari sekarang, karena proses transaksi dalam jumlah besar prosedur di Bank memang harus seperti ini sesuai penjelasan minggu kemarin. Setelah itu kita berlima keluar mencari makan disebuah restaurant yang agak mewah dikawasan tengah kota.
Sesampainya diretoran faforit Anne kami memesan beberapa menu makanan dan minuman. Waktu itu suasana makan penuh canda tawa bahagia mewarnai kami, senyum lebar dari kami berlima terpancar sangat ketara.
Kebahagiannku karena aku sendiri belum pernah menerima uang segitu besar dalam hidupku, begitupun Tono dan imron mereka sangat Bahagia saat itu, mereka membayangkan rencana-rencana yang akan mereka lakukan kedepan,
Tono ingin cepat menikahi rani, sedang Imron segera ingin membuat tambak yang besar biar tidak lagi kesungai untuk mencari ikan.

“Pak Umar, senin depan ikut aku ya pulang ke Eropa sama Andi, tapi keluarga pak Umar anak dan istrinya diajak” pinta Anne
“Beneran ta mbak ?”Jawabku

“Iya pak, kemarin Anne sudah telpon kakek. Anne disuruh sekalian sama pak Umar kerumah.” Terang Anne

“kakek nenek Anne ingin bertemu pak Umar, ingin mengucapkan terima kasih, dan kelihatannya mau memberi hadiah lagi ke pak Umar,
tapi aku nggak tau pak hadiahnya apa” Terang Anne lagi

“Kalau begitu minggu ini Pak Umar urus passport dulu sekeluarga, nanti biar saya bantu sama mas Tono, tolong berkasnya semua disiapkan.” Pinta Andi

“Nanti tak anter mas” Sahut Tono.
“Oh iya terima kasih, rencananya nanti naik pesawat apa mas Andi, karena seumur-umur aku belum pernah naik pesawat mas.” Tanyaku

“Naik pesawat saya pak, sewaktu-waktu bisa terbang kemana pun pak umar mau” sahut Anne dengan senyumnya.
“Iya pak Umar benar, itu pesawat pribadinya mbak Anne masih parkir dibandara, jadi nganggur selama ini. Pesawatnya hanya beberapa kali dipakai berobat keluar negeri dan dipakai kakek neneknya mbak Anne untuk mengantar mereka pulang.” Jelas Andi
Setelah acara makan-makan direstaurant Aku dan Imron pulang kerumah. sedang Andi, Tono dan Anne pulang kerumah anne untuk persiapan pergi ke Eropa minggu depan. Kami juga janjian untuk bertemu lagi di Bank hari Jum’at untuk penarikan uang dalam jumlah besar itu.
Besoknya Tono membantu mengurus passport untuk kami sekeluarga di kantor Imigrasi terdekat. Selama acara belum selesai dirumahku Tono tidak pulang sama sekali, tiap hari ia tidur dirumahku rencananya sekalian hari Jum’at bertemu bersama Andi dan Anne di bank.
24. LOST CONTACT

POINT OF VIEW (POV)
PAK BUDI BODY GUARD ANNE

JUM’AT, TANGGAL SEKIAN, BULAN SEKIAN, DUA RIBU SEKIAN.

Pagi itu seperti hari biasa, aku melakukan rutinitasku sehari-hari mencuci mobil.
Kegiatan itu kulakukan sebagai pemasukan tambahanku, sebetulnya tugas utamaku adalah bodyguard untuk mengawal mbak Anne yang sedang sakit. Disini aku merangkap sebagai sopir juga.
Jam 7.00 WIB pagi aku sudah selesai mencuci mobil yang akan digunakan ke Bank oleh mbak Anne dan mas Andi. Setelah tugasku selesai aku segera mandi dan sarapan di dapur, sebagai bodydguard aku langsung bersiap standby didepan unuk mengantar mbak Anne dan mas Andi ke Bank.
Jam 7.05 kami bertiga berjalan menaiki mobil sedan mbak Anne besutan Eropa seri S, mobil yang pertama kali digunakan kerumah mas Umar. Jam 8.15 dipagi yang cerah kira-kira kami sudah sampai di Bank persemakmuran itu.
Namanya Profesi bodyguard, aku harus selalu siap sewaktu waktu dibutuhkan, waktu setelah pengobatan terakhir aku mengikuti kemanapun mbak Anne pergi meskipun tanpa mas Andi. Setelah sampai kami keluar dari mobil, kami bertiga langsung menunggu di Hall utama Bank persemakmuran.
Kami duduk dibangku depan bertiga, posisinya aku berada disisi kirinya mbak Anne. Sedang samping kanan mbak Anne adalah mas andi. Pagi itu mbak Anne ingatannya sudah kembali normal 100% dan sudah tidak pernah marah-marah kesurupan seperti dua tahun yang lalu.
Saat kami bertiga menunggu dibank tersebut keheningan kami mulai hilang karena Mas Andi memulai pembicaraan.

“Mbak, sebenarnya hari rabu pagi kemarin aku di telpon mas Umar, dia marah-marah tidak jelas, aku bingung apa yang terjadi dengannya.” Kata Andi
“Loh mas Umar telpon jam berapa?” Tanya Anne

“Sekitar jam delapan pagi mbak.” Jawab Andi

“Maksudnya gimana Ndi kok marah-marah, kok aneh. Orangnya kan sangat sabar selama ini?” Tanya Anne semakin penasaran
“Jadi gini mbak pagi itu aku kan sedang baca koran diruang tengah tiba-tiba ada telpon dari mas umar, terus aku angkatlah telponku seperti biasa.

Tanpa salam Mas umar bilang gini seingatku “MULAI SEKARANG JANGAN PERNAH HUBUNGI AKU LAGI, JANGAN PERNAH KERUMAHKU LAGI.
ANGGAP SAJA KITA TIDAK PERNAH PERNAH BERTEMU DAN HAPUS NOMORKU DARI PONSELMU.” Lha kan aku bingung, terus aku tanya baik-baik. Mas umar sebenarnya ada apa, tolong bicarakan dengan tenang?

Hari rabu itu mbak, mas Umar malah jawabnya gini.
“KALAU TIDAK KAMU HAPUS NOMORKU, SATU JAM LAGI PASTI KAMU AKAN MATI.” Setelah itu telponnya langsung dimatikan, aku mencoba menghubungi sudah tidak bisa.

“Coba kamu sekarang telpon lagi Pak Umar.” suruh Anne yang tidak percaya.
“Lah sejak hari rabu itu mbak aku juga takut, dan langsung menghapus nomornya juga.” Kata andi takut.

“Coba telpon saja lagi.”Perintah Anne yang mulai marah dan curiga
Untuk meredam kejadian dibank itu Mas Andi memberikan ponselnya Ke mbak Anne untuk mengecek nomor Mas Umar masih ada atau tidak, saat itu aku ikut mengecek nama mas Umar di HP mas Andi sudah tidak ada lagi.
Bahkan history sms atau panggilan keluar ke Nomor mas Umar sudah tidak ada.

“Nomornya sudah aku hapus mbak, aku tidak bohong mbak!!! Aku benar-benar sudah tidak punya lagi nomor Mas Umar.” Jelas Andi
“Loh gimana sih kamu ini Ndi, siapa tau ada apa-apa sama pak Umar dan keluarganya, kok dari kemarin kamu nggak bilang ke aku.” Bentak Anne.

“Aku takut mau bilang ke mbak Anne dari kemarin.” Jawab andi pelan.
“Terus sekarang gimana kita ini, coba sekarang telpon Tono atau cari pak Umar kerumahnya.”Pinta Anne yang mulai gelisah

“Mas Tono juga sudah kuhubungi dari hari Rabu mbak, semua nomornya juga tidak aktif.
Aku berusaha dari hari rabu telpon dan sms ke nomornya tapi masih belom ada jawaban, padahal hari rabu aku berencana mau membantu mengurus Pasport Mas Umar Juga.” Terang Andi

“Loh gimana sih orang-orang ini mau dikasih uang kok malah pada hilang sendiri-sendiri,
aku dan keluarga juga mau berterima kasih pada mereka semua.” Terang Anne.

“Gini saja ndi, sekarang kita berangkat kerumah pak Umar” Pinta Anne

“Gak usah mbak, lebih baik jangan” Jawab Andi

“Kenapa ndi?” tanya Anne singkat
“Aku khawatir mas Umar kena anak buah leak mbak Anne, prediksiku kalau bicaranya seperti itu waktu ditelpon mas Umar pasti kena leak yang lain. Kan waktu itu kita pernah diingatkan masih ada lima leak yang melarikan diri saat orangnya bertempur.
Aku nggak mau mbak Anne kena apa-apa lagi, toh nanti aku juga yang susah mbak.” Jelas Andi

“Ya sudah kalo begitu kita sekarang bagaimana?” Tanya Anne yang pasrah, mulai takut dan percaya penjelasan Andi
“Pulang saja mbak, Toh cek nya kan sudah dibawa mas Umar. Biar beliau yang ambil sendiri kalau sudah sehat.” Terang Andi

“Coba hubungi siapa tuh temannya pak Umar, si Imron bisa apa tidak.” Pinta Anne yang gigih
“Aku sendiri malah nggak punya nomor nya mas Imron mbak, sudahlah kita pulang saja, toh hak nya mas Umar juga sudah kita beri, nanti suatu saat kita akan ketemu lagi dengan mereka.” Jelas Andi
Setelah mendengar penjelasan dari mas Andi, akhirnya mbak Anne memutuskan pulang kerumahnya, aku ingat waktu itu ditengah perjalanan mas Andi minta izin untuk sholat Jum’at sebelum sampai rumah.
Siang itu mas Andi pun turun dari mobil menuju masjid aku pun mengikutinya, sedang mbak Anne menunggu di mobil sendirian.

Setelah kami melakukan ritual dengan mas Andi, aku pun melajukan kendaraan menuju rumah makan dahulu untuk makan siang.
Setelah acara itu kami bertiga kembali pulang menuju rumah mbak anne dan berencana untuk langsung istirahat. Sekitar jam dua lebih kami sampai dirumah mbak Anne, ternyata mereka tidak langsung istirahat tapi duduk santai disofa ruang tamu.
Akupun mengikuti mereka ikut duduk diruang tamu, dan mulai mendengarkan obrolan mereka disore hari.

“Mbak, sampean sudah bener-bener sehat dan sudah ingat semua?” Tanya mas Andi yang setengah setengah rebahan disofa Panjang.
“Iya ndi aku sekarang sudah merasa sehat seperti dulu. Aku sudah ingat semua, tapi ingatanku kembali sejak pertama kali aku sadar dirumah pak umar. Kalau sebelum itu aku tidak ingat.” Jelas Anne
“Gimana ceritanya dulu Ne, kan kamu dari rumah ini bawa mobil sendiri terus pamit ke aku untuk menyusul teman-temanmu.” Tanya Andi

“Gini ndi, sewaktu aku menyusul teman-temanku yang sedang liburan, benar aku bawa mobil sendiri.
Waktu itu aku melajukan mobil ini mengikuti arah dari peta maps yang ada di Hpku (memang pada tahun-tahun itu aplikasi maps di HP belum bisa seakurat sekarang). Saat aku mengikuti arah maps, aku berhenti tepat di lokasi yang menunjukan tempat teman-temanku berada.” Terang Anne
Aku selaku bodyguard hanya diam dan terus menyimak baik-baik pembicaraan mas andi dan mbak Anne dari awal sampai akhir.

“Saat sampai dilokasi tepatnya malam hari sekitar jam sebelas kalua gak salah, memang malam itu bulan lagi bersinar terang.
Itupun Katanya tukang parkirnya sih yang memarkirkan kendaraanku sedirian dan aku sendiri tak begitu memperdulikannya saat itu. Tukang parkir itu orangnya masih muda sekitar umur 20 an lah, fisiknya seperti kebanyakan warga lokal.
Kebetulan mobilku malam itu diparkirkan sama orangnya ditepi jalan, persis disamping hutan. Tapi parkirnya tidak diatas jalan beraspal, parkirnya sudah diatas tanah biasa kok.

Selesai melihat mobilku diparkirkan,
malam itu dengan percaya diri aku berjalan cepat mendekat ke acara pementasan itu. Keinginanku cuma satu aku ingin secepatnya bertemu teman-temanku yang sudah lebih dahulu ke negeri ini, saat aku berjalan cukup jauh melewati jalan tanah sekitar dua meteran.
Disisi kanan kiri jalan pohonnya sangat rimbun dan lebat, ya kukira wajarlah ndi namanya tengah hutan. Saat ditengah perjalanan menuju acara itu disamping kanan kiriku ada asap-asap hitam tipis meliuk-liuk dengan indahnya gitu kayak kabut.
Waktu itu aku tak memperdulikannya, langkahku langsung kupercepat menuju acara dilaksanakan.” Jelas Anne

Saat sampai lokasi aku langsung duduk di pematang kayu yang ada disamping lokasi acara dan anehnya dilokasi itu tidak ada teman-temanku sama sekali.
Aku berfikir mereka mau ngerjain aku atau membuat surprise buatku, jadi waktu pertama duduk sendirian aku merasa santai saja. Setengah jam kemudian acara pementasan itu dimulai, saat itu tidak memperdulikan teman-temanku yang belum hadir,
aku hanya fokus melihat pertunjukan itu karena merasa penasaran akan ceritanya waktu dirumah eropa dan benar pertunjukannya serasa natural sekali.

Saat acara dimulai mereka satu persatu berdatangan melingkari api unggun ditengah,
semua anggotanya malam itu tidak ada yang menggunakan baju sama sekali. Baik pria dan wanita, sebelum dimulai pun terlihat acara mereka memang sangat menghibur dan menyenangkan.
Saat acara dimulai suara-suara mereka bernyanyi bersahutan dan kaki kaki mereka yang dihentakkan ketanah kadang secara bersamaan dan kadang bergantian. Sedang tangan-tangan mereka mulai naik ke atas melambai lambai ke kanan dan kekiri dengan teratur dan rapi.
Mereka menari sambal berjalan mengelilingi gundukan tanah kecil ditengahnya, dan api unggunnya sebagai penerangan utama disana. Jadi malam itu aku merasa sangat asyik dan menikmati hiburan ini.
Memang karena acara ritual seperti itu tidak ada dinegaraku, jadi aku merasa sangat senang dan tertarik akan kebudayaan disini. Tapi lama kelamaan kok aneh ya, semua seperti nyata acaranya dan benar-benar dilakukan. Aku rasa malam itu bukan seperti pertunjukan opera biasa,
mereka melakukan upacara seperti kanibal memakan daging-daging mentah didepannya. Ada beberapa botol terbuat dari bambu yang berbau amis ternyata botol itu diisi darah, botol botol itu diletakkan disamping melingkari dan berjarak dari potongan daging segar.
Aku kira itu adalah daging dan darah hewan, sapi atau kambing tapi waktu itu aku penasaran.

Dengan rasa penasaran yang tinggi aku mendekat pelan-pelan ternyata yang ditumpuk adalah potongan daging manusia. Waktu itu aku bisa memastikan karena ada cahaya api unggun ditengahnya,
terlihat jelas olehku potongan jari, kaki, paha dan lengan seperti manusia. Darah darah segar masih menetes dari dagingnya, sesaat aku sadar waktu itu benar-benar nyata acara ini. Spontan sikapku malam itu berubah, aku segera lari dari acara aneh ini.
Disaat aku berlari inilah mereka curiga karena suaranya kakiku dan suaraku minta tolong ke teman-teman. Saat mereka ada yang mengetahui akan keberadaanku, mereka dengan cepat berusaha mengejarku.
Disini aku berlari sekuat tenaga dan tak memperhatikan lagi kondisi sekitar, karena aku ingin cepat kembali kemobil dan berpikir untuk cepat pulang. Malam itu aku berlari sendirian dengan kondisi yang panik dan takut, sampai akhirnya kaki kananku tersangkut akar tumbuhan,
sontak tubuhku terjatuh dan mulai saat itu aku tidak ingat apapun tentang kejadian selanjutnya ndi.”cerita Anne yang panjang

“Ooohh jadi begitu Ne?” kata Andi

“Terus acara pulang enaknya kapan ne?” tanya Andi santai

“Lha Pak umar gimana?” Tanya Anne
“Kalau belum ada kabar sampai hari senin kita berangkat saja dulu. Karena barusan aku ditelpon kakekmu Ne, mereka sudah kangen ingin bertemu kamu. Mereka ingin lihat senyum cucunya kembali seperti dulu lagi.” Terang Andi

“Ya sudah atur saja jadwalnya ndi.” Jawab singkat Anne
Sore itu setelah mereka berbicara diruang tamu, mereka memutuskan langsung istirahat dikamar masing-masing. Sedang aku masih standby diruang tamu mbak Anne. Aku sendiri masih bingung dengan pak umar dan kawan – kawan.
Apa sebenarnya yang terjadi dengan mereka saat itu??? meski calon mertuaku dekat rumah mas umar. Waktu itu aku takut untuk mencari tahu informasi tentang apa yang terjadi dengan mereka, karena habis mendengar penjelasan dari mas Andi.
25. END

"PART INI KHUSUS AKU TUJUKAN KEPADA ANDI DAN ANNE"

"UNTUK ANDI AKU MOHON MAAF ATAS KEJADIAN DI PAGI ITU, DAN ANNE SEKELUARGA AKU MOHON MAAF MENGECEWAKAN KAMU SEKELUARGA."
"UNTUK KALIAN BERDUA DIMANAPUN BERADA SAAT INI, AKU TIDAK BERMAKSUD APA PUN PADA KALIAN BERDUA WAKTU ITU. AKU TETAP MENGGANGGAP KALIAN SEPERTI KELUARGAKU SENDIRI SAMPAI SEKARANG, INI SEMUA DEMI KEBAIKAN KITA BERSAMA.
AKU HANYA INGIN MENYAMPAIKAN JAWABAN DARIKU YANG SELAMA INI BELUM KALIAN MENGERTI."

DUA BULAN KEMUDIAN
HARI MINGGU, TANGGAL SEKIAN, BULAN SEKIAN, TAHUN SEKIAN.
Disiang hari itu aktifitasku masih seperti dulu, hobi yang menghasilkan rejeki yang halal. Aku masih disungai faforitku bersama Imron, kami yang masih setia mencari ikan-ikannya. Waktu itu masih sekitar jam 11.00 Wib, tapi kami sudah dapat ikan banyak.
Tak berselang lama ada suara dari jauh memanggil-manggil namaku.

“Masss…Umar!!! Massss… Umar!!! Masss…!!!” Teriak Tono dari pinggir sungai
Aku yang masih disungai dengan Imron mulai bangkit, aku berdiri dan mulai berjalan kedarat untuk meghampiri Tono. Kaos biru dan celana pendek yang masih basah tetap kupakai untuk menghampirinya. Aku terus berjalan sampai diatas tanggul sungai.
“Whoiiii….. Iyaaaa.” Jawabku keras sambil berjalan

“Eh elu Ton ada apaan, nyari aku sampai kesini?” Tanyaku

“Ini mas ada mbah salman, nyari mas Umar?” Jawab tono yang masih dibawah tanggul

“Mana?” Jawabku yang tak yakin atas informasi Tono
“Itu mas?” Jari telunjuk tangannya yang menunjuk ke arah mobil hitam Tono, dari kursi tengah terlihat sosok mbah Salman dikursi tengah mobil dengan kaca yang sudah terbuka. beliau duduk dikursi tengah itu dan mulai melambaikan tangannya dari jauh.
“Ooohh ya sebentar ?” Jawabku sambal membalas lambaian tangan mbah Salman.

Aku langsung ambil baju keringku dan berganti pakaian untuk menyambut mbah Salman yang berjasa dalam peristiwa dua bulan yang lalu.Aku dengan cepat menghampiri mbah Salman yang masih didalam mobil Tono.
Didalam mobil juga ada bapak Rani, kelihatannya dia hanya ikut mendampingi kakaknya saja.

“Assalamu’alaikum mbah”. Sapaku dengan berjabat tangan kepada dua orang didalam mobil Tono dari luar.

“Walaikum salam nak, gimana kabarnya?”Jawab dan Tanya mbah salman
“Baik mbah,” Jawabku.

“Kok masih cari ikan nak? Tak kira kamu sudah kaya raya.” Tanya mbah salman.

“Hahahahahahha…..biasa saja mbah. Ada acara apa mbah kok sama Tono.” Jawabku
“Mau jenguk kamu nak, mbah kangen sama kamu. Kan terakhir waktu dirumah mbah, aku janji sama nak umar mau kesini.”Jawab mbah Salman.

“Ohh ..iya ..ya mbah. Jawabku yang lupa akan janjinya mbah salman
“Mbah langsung kerumah saya saja ya, biar ngobrolnya enak. Deket kok mbah dari sini.” Pintaku

“Iya ayok.” Jawab singkat mbah salman

Kami berempat langsung naik mobil Tono dan pergi kerumahku yang masih teramat sederhana, waktu aku mau pulang tak lupa aku pamit sama Imron.
Untuk membawa hasil buruannku serta mengantar kerumah dan membaginya.

Saat kami sampai rumahku, mbah Salman dengan semangat mudanya langsung turun dan masuk bersama dengan kami. Kami berempat berkumpul diruang tamuku yang masih beralaskan tikar plastik hijau bolong-bolong.
Setelah mereka duduk aku masuk kedapur untuk membuatkan tamuku minuman dan membawa makanan ringan. Karena siang itu istriku masih dipasar, jadi semuanya aku kerjakan sendiri.
“Nak kemarin kok nggak ikut acara pernikahan Tono sama Rani?” Tanya mbah salman tanpa basa basi lagi.

“Lha apa gak dikasih tau sama Tono mbah?” Tanyaku

“Mas Tononya gak mau ngasih tau nak, pengennya biar nak umar sendiri cerita.” Kata mbah Salman
“Iya mas, Tono gak enak cerita masalah Anne. Biar mas Umar sendiri saja yang jawab, lebih enak.” Sahut Tono

“Ceritanya Panjang mbah.” Jawabku pelan

“Ceritakan saja nak, mbah pengen tau sebanarnya.?

“Baik mbah.” Jawabku
Jadi begini mbah, Hari selasa malam waktu acara ritual dilaksanakan mbah, aku bertawasul dan berdo’a terus kepada seluruh leluhur, guru dan penghulu umat terakhir ini sebagai ucapan terima kasihku kepada mereka.
setelah acara rutin dirumahku selesai saat itu hanya aku duduk sendirian diteras rumah dan masih belum bias tidur, padahal anak istriku sudah tidur dikamar dan Tono tidur diruang tamuku mbah.
Saat itu aku ingat, kurang dua hari lagi aku mau ambil uang di Bank Bersama Anne, Andi dan Kawan-kawan. Dimalam yang sudah sepi itu aku tetap diteras sendirian, dalam tatapan kosong lamunanku tiba-tiba aku didatangi tiga sosok yang pernah menemuiku saat aku sekarat dirumah sakit.
Akupun sendiri tak tahu mereka dari mana arahnya, tau tau mereka berada berdiri disamping tempat dudukku. Mereka ada tiga orang, semuanya memakai baju sama persis seperti waktu aku sekarat, mereka yang mengembalikan aku kedunia ini lagi.
“Assalamu’alaikum.” Salam pimpinan rombongan itu

“Walaikumsalam.” Jawabku serta menyalami tangan mereka bertiga dan mencium tangannya.

“Ayok nak umar.” Ajaknya sambil berjalan membimbing aku kedalam rumah.
Langkah mereka bertiga mengajakku langsung kekamar khusus dibelakang yang biasa kupakai memasrahkan diri kepada sang ilahi. Aku juga gak tahu mbah, mereka kok tahu aku mempunyai kamar tersebut. Waktu itu aku hanya nurut saja saat diajak mereka.
Dikamar itu yang ada hanya gelap, tak ada cahaya apapun. Setelah kututup pintu aku duduk bersila sendirian diatas sajadah, ditengah kegelapan kamarku. Hanya cahaya mereka bertiga yang sedikit menerangi ruangan itu.
Bau mereka sangat harum mbah, aromanya seakan memenuhi seluruh isi rumahku mbah. Saat aku sudah duduk diatas sajadahku, mereka bertiga masih tetap berdiri. Pimpinan rombongan itu yang didepan sedangkan yang dua orang dibelakangnya.
Selanjutnya salah satu dari mereka yang dibelakang menutup pintu kamar khususku.

“Nak, aku tau maksudmu karena kau tadi sudah bertawasul kepadaku dengan para anggotamu, sekarang lihatlah nak.” Terang pimpinan rombongan itu.
Pimpinan rombongan yang sedang berdiri didepan dikawal kedua temannya dibelakang, tangan beliau perlahan menggores tembok dengan jari telunjukknya membentuk persegi Panjang kira-kira sebesar ukuran TV 32 inc.
Setelah beliau menggores tembokku sudah selesai, Bekas goresan persegi Panjang itu perlahan muncul cahaya sedikit demi sedikit dan menjadi terang. Pertama terlihat disitu gambaran diriku sendiri, wujud asliku seperti saat ini.
Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, pada awalnya aku memakai baju yang sangat bagus berwarna putih memakai sorban dengan tali ikat kepala, seperti mereka bertiga yang sedang berdiri didepanku. Disitu wajahku terlihat bercahaya menawan dan rupawan.
Awal melihat hatiku sangat senang karena gambaran diriku yang ada ditembok seperti yang kuinginkan selama ini, tapi lama kelamaan kedua telingaku mulai memanjang keatas sampai tertekuk kebawah karena panjangnya.
Telingaku seperti telinga seekor anjing sampai-sampai panjangnya menutupi kedua lubang telingaku. Kedua hidungku mulai mebulat serta kedua lubangnya naik rata layaknya seperti hidung babi, serta mulutku memanjang kedepan seperti mulut anjing.
Lidahkupun ikut memanjang seperti lidah anjing yang berliur. Tubuhku secara perlahan berubah bentuk membesar, membungkuk seperti tubuh babi yang berwana hitam, serta bulu-bulu hitam perlahan mulai keluar dari tubuhku.
“Cukup baginda!!!” Air mataku mulai menetes perlahan, bersamaan itu gambaran didepanku tadi lenyap secara tiba-tiba.
“Nak, ini adalah pilihan hidup, itu adalah gambaran kedepan jika engkau menerima hadiah itu, sekarang pilihan ada ditanganmu sendiri”! Jelas pimpinan
rombongan berwajah rupawan, menawan yang tak bisa disamai wujudnya oleh setan manapun.
Setelah berkata seperti itu beliau bertiga keluar dari kamar bersama kedua temannya, seketika itu juga mereka lenyap dikegelapan malam.

Setelah beliau meninggalkan aku sendiri dikamar, aku mulai menangis sesenggukan sejadi jadinya, karena dihadapkan pada pilihan sulit.
Pilihan antara kehidupan penuh fatamorgana dan kehidupan yang abadi. Tangisanku berlangsung sampai subuh, habis subuh pun aku masih menteskan air mata tiada henti dikamar gelapku. Saat itu aku hanya minta ampunan sang pencipta, dan bertaubat tiap detik.
Saat pagi menjelang sekitar jam 7 aku putuskan hal yang besar ini. Pertama aku menemui istriku yang sudah didapur dan menceritakan kejadian malam tadi dengan mata yang masih bengkak, merah serta sedikit tetesan air mata yang masih jatuh.
Pagi itu istriku hanya memeluk tubuhku yang rapuh ini dan mulai memahami jalan hidupku.

“Maafkan aku buk.” kataku masih dalam pelukan istriku.

“Iya pak, itu juga demi kebaikan kita bersama.” Katanya yang mulai ikut menangis
“Bapak gak mau keluarga kita, serta teman-temanku menjadi seperti itu akhirnya.” Kataku yang masih menangis.

“Jelas buk, kalau seperti ini sifat, watak dan langkahku bersama kawan-kawan akan berubah.” Kataku yang mulai menghapus air mata dari pipi kanan kiriku.
“Gak papa pak, bapak tenangkan pikiran dulu. Semua keputusan bapak, ibuk pasti dukung dan mengikutinya. Karena ibuk yakin pak, bapak pasti membawa ibuk dan anak-anak kejalan yang benar.”Jelas istriku yang mendinginkan hatiku serta tangisnya yang mulai reda.
Pagi itu aku merasa beruntung tanpa konflik dengan istri tercinta, dia langsung memahami dan mengikuti imamnya yang bodoh ini. Saat itu juga langsung memanggil Tono diteras dan kuajak dia untuk kuberi penjelasan diruang tamu.
“Mas kenapa nangis mas…ada apa sampean?” Tanyanya

“Jadi Gini Ton!” Jawabku yang masih sesenggukan.

Diruang tamu kami masih duduk lesehan, aku mulai memberikan penjelasan kepada Tono secara perlahan-lahan.
Pertama memang dia menolak keras tapi setelah kuperjelas panjang lebar sesuai keadaan semalam ia ikut menangis dan mendukung keputusanku. Aku meminta Tono saat itu juga untuk berhenti berhubungan dengan Andi dan Anne, saat itu juga Tono memutuskan berganti nomor telpon baru.
Sedang aku berencana menghubungi Andi dulu sebelum ganti nomor handphone. Saat Tono pergi keluar beli nomor baru aku telpon Andi dipagi itu. Sekitar jam 08.00 WIB.

“Hallo Assalamuallaikum..” Salamku ke Andi

“Waallaikumsalam,”ada apa mas? Jawab dan tanya Andi
“Mulai hari ini hapus nomorku dari hpmu, kalau tidak dalam waktu satu jam kau pasti akan mati.” Ancamku

“Ada apa mas sebenarnya ?” Tanya andi baik-baik yang tak kuhiraukan
“Sudah lakukan saja jangan bantah perintahku, Assalamuallaikum.” Salam terakhir kuputuskan sambungan telpon dengan Andi.

“TUUUUUUUTTTTTTTTT……!!!!!”
Memang waktu itu aku panik, takut, emosi dan sedih saat itu. Semua rasa sudah campur aduk menjadi satu, hanya gambaran kejelekan dari pimpinan rombongan malam itu yang ada dalam pikiranku.
Setelah telpon Andi aku langsung membuka hpku dan menghancurkan kartunya. Setelah itu kuputuskan mengambil cek dan surat berharga yang diberikan anne kepadaku dialmari, saat itu juga kurobek dan kubakar diteras.
Setelah semuanya selesai aku masih tetap menangis sampai Tono pun tiba sehabis membeli kartu perdana. Masih sekitar jam Sembilan aku memanggil semua jamaah pemuja ilahi dan ketiga orang senior yang kupilih minggu kemarin beserta Imron,
dipagi itu setelah semua berkumpul kujelaskan bahwa, aku putuskan mulai hari ini juga aku membatalkan kegiatan mengambil uang itu dihari Jum’at.

“Mas apa nggak ada cara lain? kita kan juga butuh uang itu?” Kata Imron
“Iya mas bener apa nggak ada cara yang lain supaya kita tetap bisa ambil uangnya” Sahut semua jamaah pemuja ilahi serta tiga orang senior yang kupilih kemarin.
Pagi itu suasana dirumahku riuh dan ramai, seakan mereka mau berontak dan membunuhku.
Tapi aku tetap tenang dan tetap pada pendirianku untuk kebaikan kami bersama.

“Tidak bisa, sudah kuputuskan untuk mengakhiri dan batalkan semua rencana kita kemarin. Aku minta untuk masalah ini berakhir sekarang juga, anggap saja semua ini tidak pernah terjadi.” Jelasku keras.
“Aku gak mau kalian semua menderita dikehidupan abadi, kita seharusnya masih bersyukur ada yang mengingatkan.” Terangku.

Setelah mendengar penjelasanku dengan keras, mereka mulai satu persatu pergi dan kembali kerumah masing-masing dengan penuh kekecewaan.
Aku hanya bisa diam dirumah meratapi, mangisi kehidupanku kelak yang abadi setelah mendapat gambaran tadi malam. Selama 40 hari sejak kejadian itu aku mengurung diri dirumah,
bukan karena masalah uang tapi rasa sayangku kepada keluarga dan teman-temanku. Aku tak mau menjadikan mereka korban akan harta yang sesaat ini. Tiap hari selama 40 hari penuh, aku menangis sampai kering air mata ini, tinggal rasa takut , sedih akan siksanya dihari akhir kelak.
“Jadi begitulah mbah, ceritanya.” Ceritaku pada rombongan mbah Salman.

“Waktu Tono menikah aku masih menutup diri dirumah mbah dan mendo’akan Tono dari jauh agar menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah.
Saya minta maaf mbah tidak bisa hadir diacara keluarganya mbah salman.” Jelasku

“Emmm, aku menghargai keputusanmu nak umar. Toh itu juga demi kebaikan kita semua, semoga sifat dan langkah nak umar tetap dijalannya.” Jawab mbah salman.

“Terima kasih mbah.” Jawabku
“Memang nak kalau sesuatu yang besar datang secara tiba-tiba biasanya juga akan membawa bencana besar pula dibaliknya, kamu bersyukur nak sudah ada yang mengingatkan. Mbah juga senang atas keputusanmu ini.” Terang mbah salman.
“Sekarang saja banyak contohnya nak, orang yang mendapat harta meski kerja keras, dia berubah dari sikap awalnya yang baik menjadi jahat dan egois.” Terang mbah salman lagi.

“Iya mbah terima kasih dukungannya.” Jawabku singkat.
Setelah itu kami saling berpelukan dan menangis, tak lama kemudian mereka kembali pulang dengan keponakan baru mbah Salman yaitu Tono. Aku sendiri kembali kehabitat asliku dan meninggalkan hal-hal semacam itu lagi, hidup damai, tenang dan tentram dikampung halamanku.
Cerita ini sengaja ditulis untuk menjawab masyarakat sekitar yang belum mengetahui apa sebenarnya yang terjadi kala itu, dan cerita ini dibuat untuk menjadi pelajaran hidup kita bersama.
Aku sendiri juga manusia biasa butuh makan dan butuh uang tapi jika harta itu mengubah sikap, sifat dan jalan hidupku kelak maka dengan tegas aku akan menolaknya.
inilah pilihan jalan hidupku yang berbeda dengan yang lain. Hidup didunia ini ibarat bagai fatamorgana dan carilah bekal untuk hidup abadimu kelak.

THE END…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with 𝓫𝓪𝔂𝓾𝓾𝓾𝓫𝓲𝓻𝓾𝓾𝓾 ⏳🛌🥱😴😴😴

𝓫𝓪𝔂𝓾𝓾𝓾𝓫𝓲𝓻𝓾𝓾𝓾 ⏳🛌🥱😴😴😴 Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @bayuuubiruuu

Jan 28, 2021
Dia yang pernah berjanji menungguku, tapi hanya kenangan yang kuingat dan kudapat, hingga saat ini "Aisyah".

@bacahorror #bacahorror Image
Lama tidak up, mohon maaf karena saya banyak kesibukan di RL. Sebagai awal pembuka thread ditahun ini, saya akan ceritakan salah satu pengalaman om saya. Kebetulan kapan hari beliau berkunjung kerumah dan beliau menceritakan salah satu kisahnya yang sampai kini ia kenang.
Diakhir tahun era 90 an, Indra (nama omnya saya samarkan) masih mengenyam pendidikan di salah satu PTN, dimalang Jawa timur. disemester tujuh, Indra sedang sibuk-sibuknya bergelut dengan matkul skripsi, demi menyusun sebuah skripsi ia rela pontang panting kesana kemari,
Read 62 tweets
Sep 19, 2020
Peglman sholat isya' jamaah berdua dimushola buyut sma kakak sepupu, mushola msh bangunan panggung n sangat tua bangunannya. wktu rakaat kedua, hbs bacaan alfatihah w jawab aminnya lirih. Tapi anehnya sebelah kanan kiri w tiba2 ada suara bapak "AMIN" spontan w tengok kanan kiri,
gak ada org, w yg msh kelas 3 SD lngsung lari n pulang kerumah. kakak sepupu ini msh asyik lnjutin sholatnya smpe selesai. hbs itu dia nyari w krumah, jelaslah w dimarahi sholat belum selesai udh kabur. selesai dia luapin emosinya w cerita kejadian yg w alami.
Sejak malam itu, w sama kakak g berani kemushola buyut lagi sampe smp. n kejadian seperti itu sering dialami oleh bapak n keluarga yg lain, meski siang hari jg pernah ada suara rpi gk ada orgnya. sukanya ngeselin ditempat ibadah mereka, pengennya w sma sdra2 sih-
Read 4 tweets
Aug 19, 2020
Malam 1 suro ya sekarang? emm ada sedikit cerita nih. ceritanya nggak serem kok,

-Sort thread-

Kisah ini adalah pengalaman salah satu sahabat karib saya. Sampai saat ini dia masih hidup dan sering berkomunikasi, ketemu dgn saya.

Roy, pemuda pemilik bengkel mobil di Jatim.
Pagi hari seperti biasa, di jam 07.00 bengkel tua yg ia kelola sudah dibuka. Roy membuka bengkel dibantu kakak dan satu org pegawai.

Pagi itu tdk seperti biasanya, karena sdh ada dua mobil pick up yg menunggu bengkelnya buka. Lama menunggu dua org tsbt, dgn cpt menghampiri Roy
"Mas ganti oli, dua mobil ini?"pinta sopir yg biasa dipanggil mas ndol

"Ya mas" jawab Roy

"Emang mau kemana mas, pagi2 kok sudah siap2 pergi jauh"

"He...he..biasa mas dapet job dari mbah Parjo"

"Memang Job apaan mas?"

"Biasa, nganter kiriman keselatan"
Read 23 tweets
Aug 6, 2020
"Melahirkan Di RSUD Lama Mojoketo"

-Horor Thread-

@bacahorror #bacahorror
Ini cerita lama ya, yang kapan hari ditahun 2013 ramai diperbincangkan. Saya hanya menuliskan ulang berdasarkan beberapa kesaksian teman, saudara dan pemberitaan dimedia.
Mojokerto, 2013

Buah hati sebagai tujuan utama dalam berumah tangga, demikian juga yang dialami pasutri Suroso dan Padmi dari Dusun Suru Kidul, Desa Suru Kecamatan Dawar Blandong Kab. Mojokerto.

Ditahun 2013 Padmi tengah hamil,
Read 53 tweets
Jul 1, 2020
Demi apapun! Jangan pernah membicarakan mereka. Jika darah berbalut kelopak bunga sudah tumpah dilembah, aku tak tahu apa yg akan terjadi ? Hanya tradisi mereka yg menjawab "MATI".

"KKN DI LEMBAH MATAHARI"

@bacahorror #bacahorror
Yogyakarta, Juli 2017

Dua orang mahasiswa dari salah satu perguran tinggi terkemuka di Yogyakarta, Ayub dan Bahdim sedari tadi bersantai kini beranjak dari tempat duduknya dan mulai melangkah menuju kerumunan.
Keduanya menapaki jalan beraspal, tidak begitu lebar tapi sedikit bergelembung saat mendekati belokan. Canda dan senyuman seakan melakat dalam setiap derap langkahnya, menambah semangat pagi menjemput harapan.
Read 821 tweets
May 21, 2020
Malam yang pekat berselimut hawa dingin pegunungan, jalan berkelok curam menyimpan sedikit kenangan. "Coban Kethak"

-Short Thread- [based on true story]

@bacahorror #bacahorror
Silahkan RT, Pollow & Like dulu. Kita mulai nanti malam,...
Malang, tahun 2010

Siska ialah salah satu mahasiswi perguruan tinggi swasta yg terkemuka di Malang, dia sendiri saat itu tercatat sebagai mahasiswi semester tingkat akhir. Jadi perihal untuk pulang pergi ke rumah semakin sering.
Read 170 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(