M A T A B A T I N
[[Based On True Story]]
.
Ada apa dengan Mataku ?
.
@bacahorror @bagihorror
@ceritaht @IDN_Horor
@Penikmathorror
#bacahorror #horrorstory
#ceritahorror #bagihorror
#ceritahorrortw

Pada kesempatan kali ini saya akan bercerita tentang "MATA BATIN". Thread ini saya angkat cerita Jeffry adik saya sendiri.
[[Based On True Story]]
Saya akan bercerita melalui sudut pandang Jeffry. See u on story.
Aku terlahir normal layaknya anak - anak lainnya, suara tangisan orang tuaku begitu keras kudengar setelah menunggu 9 bln lamanya terlahirlah seorang anak.
aku tenang.
Ketika dikubur orang tuaku menguburnya begitu saja, banyak semut yang mengkerumuninya.
ketika dalam pangkuan Pak Pasaribu kurasakan begitu aman hingga membuat aku terdiam dan karena kelelahan aku tertidur nyenyak.
"Pusatna tudia i baen hamu ?"
"Tali pusarnya kalian taruh kemana ?"
Tanya Pak Pasaribu
"Hu kubur amang"
"Ku kubur amang"
Jawab Ayahku
"Seminggu lagi datang kalian kesini"
"Adong naeng hita hatahon"
"Ada hal yg harus dibicarakan"
Kata Pak Pasaribu
"Oke, amang"
Kata Ayahku yang penasaran
Ketika azan berkumandang, mereka takut dan mengurung diri di dunia mereka masing masing. Dan harus kalian pahami juga, ketika magrib jangan keluar rumah, tetap tenang dirumah.
Jadilah manusia penuh toleransi agar kelak kamu diterima baik oleh masyarakat.
"Anak ta on, adong na manjaga"
"Anak kita ini ada yang menjaga"
"Oppungta sian Sinaga"
"Kakeknya dari Sinaga"
Kata Pak Pasaribu
"Bah ido amang, so hami parohaon"
"Bah iya amang,tak kami perhatikan"
Jawab Ayahku
Tidak hanya aku yang seperti ini dikeluargaku masih ada 3 orang lagi.
Yang Pertama
Anak ke-3 dari kelurga Nenekku, panggilan sehari - harinya Oppung Lompoh, karena anaknya pertamanya Lompoh jadi mengikut pula nama itu jadi panggilan Oppung ini.
Anak pertama dari keluarga Nenekku mempunyai anak, anak ke-3 nya yang sama sepertiku.
"Bapak Udaku" panggilan sehari - harinya. Bapak yang lebih muda / Bapak Uda di adat Batak.
Anak ke-6 dari keluarga Nenekku
Mempunyai anak, anak ke-3 nya.
"Bapak Udaku" panggilan sehari - hari, Bapak Udaku ini seumuran denganku, hanya kalau di dunia pendidikan dia terlebih dahulu, beda dengan aku yg dmn aku belum kuat melihat mereka yg ada disekolah.
"Betul ga mak, ada yang menjaga
anakmu ini?"
Tanya Ayahku
"Toho do na ni dok Pasaribu i"
"Benar kata Pak Pasaribu itu"
Jawab Nenekku
Seperti kebiasaan orang batak tapi tidak semuanya, aku dan keluarga makan bpk "Babi Panggang Karo" sontak perutku menolak ketika memakannya, aku muntahkan daging itu, tidak hanya daging itu yang keluar, darah kental juga keluar.
Baru sampai dirumah Nenekku,
"Naeng pamatehonmu do gelleng mon ?"
"Mau kau bunuhnya anakmu ini ?"
Marah Nenekku sambil memeluku
Ibuku menangis, tidak tahu apa yang diperbuat itu salah. Karena bawaan emosi, terlalu banyak cobaan yang dirasakan.
Jangankan memakan, menciup uapnya saja aku sudah mual, dan muntah. Penolakan sangat besar dari dalam perutku.
Dengan maksud memisahkan, tapi jawaban apa yang didapatkan ibuku ?
"Kalau kita usir penjaganya ini, maka ikut pulalah jiwaku pergi"
Jawaban pendeta itu.
Bagaimana cara biar aku tidak sakit, bagaimana cara biar aku tidak muntah darah, sudah mereka lakukan dengan baik.
1. Tidak ada pertanyaan
2. Tidak ada bahasa kotor
3. Tidak ada yg berbicara capek
4. Tidak ada yg menggunakan alas kaki
Dan beberapa peraturan lainnya *aku lupa
"AEK SIPAULAK HOSA LOJA"
"Air Penyembuk Capai"
Kalian bisa search di google
AEK SIPAULAK HOSA LOJA
Karena dipersimpangan, kita sudah mulai disambut dengan suara burung - burung. Suara burung itu banyak dan kecang. Menyatakan selamat datang
Kita minum air ini sebanyak 3x, membasuh dari kening ke dagu 3x,
membasuh dari kening ke ujung rambut 3x, mengusapkan dari leher ke dada 3x.
"Aek Sipaulak Hosa Loja"
"Air Penyembuh Capek"
Kalau tak kuat dingin lebih baik tidak mandi, bisa diganti dengan basuh muka saja.
Bisa menggunakan basahan seperting sarung atau kain panjang.
Tak dapat dibohongi, memang kelakuan bandel dan tingkah yang banyak begitu juga banyak kebohongan pd orang tua.
Tapi berbeda dengan kami.
*tidak ditlpn atau dikoordinasikan sebelum berangkat
Ternyata semalam dia bermimpi, seperti sudah ada pesan kalau kami bakalan dan ke rumah bolon ini.
Nenekku menyampaikan niat kami yang baru pertama kali datang, Nenekku dapat pesan dari penjaganya "simajujungnya" setelah dari Aek Sipaulak Hosa Loja, kami akan makan siang di rumah Bolon Raja Silahisabungan ini.
Seperti sebelumnya jg, tidak ada yg bisa membawa makanan haram ke tempat ini.
Bentuk dan ukurannya besar - besar, lebih besar dari pada pisang biasanya.
Setelah itu makanan ayam dan pisang ini diletakkan diatas lemari, tak lupa juga dengan air didlm sawan putih.
Sepenglihatanku setelah kita meniatkan dari awal, maka Raja Silahisabungan dan keluarganya makan. Tidak ada yang bisa melihat kejadian ini kecuali, Nenekku, Bapak Udaku, penjaga kunci, dan Aku.
*hanya orang yg punya indra ke-6 yg bisa melihtny
Setelah makan, diambilah pisang yang ada diatas lemari tadi sebagai pencuci mulut.
*kalau kata Nenekku habiskanlah atau Raja Silahisabungan akan marah
Didinding Tugu ini, terdapat ukiran batu, semuanya diceritakan dari awal, dan silsilah Raja Silahisabungan.
Diperjalanan ketika satu belokkan sebelum Mual ini, klakson panjang sudah di mulai.
Banyak suara burung - burung, seperti menyatakan hati - hati dijalan dan sampai berjumpa kembali.
Menunggu agak malam, Nenekku menunggu anak - anak tertidur dulu.
Hanya orang dewasa yang bisa ikut didalam malam ini. Hanya aku, kakakku, dan Bapak Udaku yang seumuran denganku yg bangun.
"Marsukkun" "Bertanya"
Nenekku dengan sirih yang dikunyahnya, dan Nenekku kerasukan oleh penjaganya.
Nah, orang dewasalah yang paling berguna disini. Apalagi orang tua yang mengerti bahasa Batak Toba yg dulu banget.
Kemudian Oppung - oppungku / adik dari Nenekku begitu juga dengan Orang tuaku bertanya.
"Boha do oppung, pabahenan hami naeng lao sahat tu sonari, sonang do oppung i ?"
"Bagaimananya Oppung, perbuatan kami dari awal berangkat sampai sekarang, senangnya Oppung Raja Silalahisabungan itu ?"
"Jadi bagaimana hati kami (niat), pasnya ga seperti yang diminta Oppung Raja Silahisabungan ?"
Dan ada beberapa pertanyaan lainnya, saya tidak terlalu mengerti karena bahasa bataknya terlalu lampau.
Jadi, perjalan kami dari awal berangkat sampai dirumah sudah baik, semua dijawab oleh burung - burung itu, ketika kalian datang disambut, dan kalian pergi diucapkan berhati - hati.
"Anak ta on do nung ias rohana, nang pe godang hahuranganna, tulus do ibana lao tu mual i, parohahon hamuna ma uttena, utterna ma umaias, uttena do na hujalo"
Singkat cerita selesailah bertanya
Begitu dengan juga ayahku dari segala arah rezeky datang. Pekerjaan menumpuk dan berusaha semaksimal mungkin.
Baik itu cobaan dari Tuhan maupun dari orang lain.
Cobaan yang pertama.
Uang bisnis sekitar 20Jt dilarikan oleh tetangga. Dulu uang segitu sungguh banyak bagi orang tuaku.
Sampai sekarang Ibuku tidak bisa lagi bekerja berat, ketika bekerja berat pasti pendarahan, bahkan sempat sebulan ayahku yang mencuci pakaian "cuci tangan".
Setelah itu ayahku menasehati Ibuku, uang itu bisa dicari lagi dan mungkin blm rejeki.
Orang tuaku tidak oantang menyerah, selalu berusaha.
Singkat cerita, usaha orang tuaku bukan memburuk makan lebih baik.
Apa yang kita ikhlaskan maka, akan diberikan-Nya lagi lebih berlipat ganda.
Ayahku diguna - guna i oleh wanita lain, mau merebut semua harta Ayahku, hampir setiap hari dirumah terdengar suara piring pecah, teriakan yang keras.
Ibuku penakut dan hanya bisa diam.
Sekitar hamil umur 5 bulan, wanita itu datang kerumah kami. Marah - marah tidak jelas meminta harga.
Ibuku menjelaskan, kalau wanita itu datang kerumah dan mengusir kami, mengacak - acak rumah. Tak hanya Ibuku, kakak pertamaku pun diintrogasi dan jawaban sama.
Untung saja wanita itu tidak meninggal dunia karena banyak pendarahan, dari situ aku melihat sesuatu.
Sosok makhluk hitam yang digendong oleh wanita itu.
Akhirnya Ayahku ditelpon, dan disuruh datang ke rumah Nenekku.
Wanita itu mengguna - gunai Ayahku agar benci dengan keluarganya.
Aku melihat semua makhluk aneh - aneh keluar dari tubuh Ayahku. Intinya mahkluk ini pembawa amarah.
Memang laki - laki cobaannya ketika dia sudah memiliki semuanya. Dan ingin secara instan orang lain mau merebut semua jerih usahanya dsngan godaan.
Sakitnya demam, yang dirasakn Ibuku panas dingin. Beda dengan penglihatan, ada oaku besar yang menempel di kepala Ibuku.
Paku itu menembuh sampai bagian kepala Ibuku.
Kepalanya selalu lurus dan tidak dapat diangkat sendiri.
Kalau mau duduk, kakakku selalu menopang kepala Ibuku. Aku sunggu kasihan melihat Ibuku.
Aku belum bisa berkomunikasi dengan penjagaku, tapi iya selalu menuntunku ketika ada masalah..
Dengan tuntunannya, aku menelpon Nenekku.
Kataku ditelepon
"Nenek sudah tau"
Jawab Nenekku
*Nenekku disini ditahan oleh penjagaku agar tidak speak up duluan kalau Ibuku disantet penjagaku mau melihat
kepekaanku
Nenekku membuka omongan,
"boha pakkilalaanmu ?"
"gmn yg kau rasakan ?"
Tanya Nenekku
Dia hanya diam dan termenung.
"Ateh boha na di rohami ?"
"Gmn perasaanmu ?"
"Sotung hu pakaluar sude!"
"Jangan sampai kukeluarkan semua!"
Kata Nenekku tegas
"Molo so lao ho sianni, humate ho"
"Kalau tidak pergi kau dari badannya, kumatikan kau"
Kata Nenekku mengancam makhluk yang ada dalam tubuh Ibuku.
"Ikkon panateonku do on"
"Harus kumatikan orang ini"
Kata Ibuku (Yg susah kerasukan)
"Bah boasa ?, gellengku do on"
"Knp ?, anakku nya ini"
Jawab Nenekku bercanda sambil membuat sirihnya
"Molo mangolu dope ibana"
"Kalau dia masih hidup"
"Sude aha na ni tiga tigahonku dang lakku, tu kodena do sude jolma"
"Semua apa yang aku jual tidak laku, ke tokonya lah semua orang pergi"
Jawab Ibuku (yang sudah kerasukan) dengan suara berat
"Bah ho haroa debata ?"
"Kau rupanya Tuhan ?"
"Molo debata marpangalehan tu jolma na ias do rohana, dang songon ho, bursik maho"
"Kalau Tuhan memberikan ke orang yang bersih hatinya, engga sepertimu, bursik lah kau"
Kata Nenekku
*Lupa arti bursik itu apa
Sambil menekan perut Ibuku, Nenekku membacakan doa, agar makhluk itu keluar.
Ibuku kepanasan, dan ketika perutnya ditekan.
"Hoaaaaaakkkkkkkk"
"Oaaaakkkkkk" "Oaaakk"
Ibuku muntah
"Uwa, ambil dulu ember sama air"
Suruh Nenekku pada kakakku
Setelah itu ember yang berisi air, diberikan kepada Ibuku, dan Nenekku menyuruh untuk memuntahkan semua.
Muntahan Ibuku hampir memenuhi ember, setelah itu Nenekku menyuruh Ayahku untuk membuang muntahan itu ke sungai besar didekat rumah Nenekku.
"Kalau ga kau telepon opppung pa, udh gila mamak kita ini"
Kata Nenekku kepadaku.
"Iya pung, kasihan mamak"
Sahutku sedih dengan mata yg sudah sayuu
Tiba - tiba
"Hihihikikikiki"
"Hikikikikikiki"
Ketawa dari Ibuku
Aku tahu, itu bukan Ibuku melainkan sosok wanita bertubuh besar dan tinggi.
Langsung ditarik Nenekku kedalam rumah, begitu juga dengan Ibuku.
Ibuku berlagak seperti gadis itu, memainkan rambutnya yang panjang, dan ketawa cikikinya
Kalau mahkluk seperti ini bukan tandingan Tuhan, dengan melalai perantaraan Nenekku -
Jiwa Ibuku masih lemah jadi gampang untuk dimasuki, apalagi melihat matahari yang sudah menguning dan mau magrib, sebaiknya dirumah kata Nenekku.
Aku, Kakakku, dan Adikku selalu menjaga Ibu kami, kmn pun Ibu kamu kalau bisa -
Malamnya Nenekku menyuruh Ayahku pulang kerumah, ketika sampai rumah Nenekku menyuruh Ayahku agar menelponnya
"Sahat dijabu, i botoho do sude"
"Sampai dirumah,kau taunya semua"
Tak lama Ayahku pergi, Nenekku membakar serabut kelala dan beberapa kayu kecil untuk mendapatkan Asap yg banyak.
*Namanya Asap Kiriman
Sampai didepan rumah, Ayahku melihat tetangga kami batuk - batuk.
Terus menerus, tidak berhenti.
"Sianu do Inang"
"Siitunya inang"
Kata Ayahku sudah mengetahui siapa oranhnya.
*Namanya atau inisial, dan posisi rumahnya tidak bisa disebut, takutnya bisa menjadi dendam dan mengulang masa lalu
"Mulak maho pa"
"Pulanglah kau nak"
Kata Nenek
Akhirnya seminggu sudah berlalu, kami pulang. Kuyakin tetangga kami ini sudah jera, dia juga sudah merasakan akibat perbuatan.
Sekarang dia mengandung anak ke-4 dan tiba diwaktu yg ditunggu,
Pada 24 Agust 2009 lahirlah adikku seorang laki - laki dan sehat, begitu juga dengan Ibuku.
Sehari setelah melahirkan...
Sungguh drama bukan ?
Tidak tahu, ini pertanda buruk atau baik, knp bisa meninggalnya bisa bersamaan ditempat yg berbeda.
Tapi Aku mengangapnya ini sebuah pesan
Nenek Ibuku dan Kakek Ayahku ternyata hanya menunggu kelahiran anak ke-4 dari keluargaku.
Makanya dinama adekku ada nama
"Tuimaka" atau "TUbu Imana Mate KArona" yang artinya lahirlah dia dan mati neneknya.
Sampai diumur tahun pertamanya adikku sudah bisa merangkak, Nenek Ibuku dan Kakek Ayahku tidak pernah datang lagi.
Dari orang yg tidak punya, tidak pernah bersekolah, hingga tahun 2010 menuju 2011 Ayahku sudah bisa membeli lahan
Pada siang hari, seperti biasa aku, kakaku dan adikku menjaga toko.
Sedangkan Ibuku mau menidurkan adikku dirumah sebelah. "Rumah Nenek dari Ibuku".
Melihat adikku yang sudah tertidur diayunan, Ibuku pergi ke kamar mandi untuk mencuci pakaian.
Mencuci mencuci dan suara mesin cuci yang berputar membuat Ibuku berfokus pada cuciannya.
Setelah dia selesai mencuci, dia mau mengecek adikku.
adikku tidak ada di ayunannya.
Ibuku langsung ke rumah menanyakan pada kami,
"Kalian pindahkan adek ke kamar ?"
Tanya Ibuku
"Engga, Bu" "Adekkan sama Ibu tadi"
Jawab kakakku
"Itulah, tadi tidur diayunan. Sekarang udh ga ada"
Kata Ibuku pula
Langsung di cek kakakku kedalam selokan yang selalu dilihat tetangga kami itu.
"Buuu, ini adek bukkkkk"
Tangis kakakku sambil mengangkat
ke kamar mandi, dimandikan adikku dan aku disuruh memanggil ttngga lainnya yang bisa menolong karena ibuku sudah tidak kuat.
Ibuku yang tengah memandikan adikku yang sudah kaku langsung diambil kak retno.
Dibawa kak retno menggukan kain panjang, menuju klinik didekat rumahku yang berjarak 200 m
diikuti adikku dari belakang.
Diperjalanan aku melihat adikku jiwanya sudah ditubuhnya lagi.
Hanya raganya yang sudah kaku yang aku lihat.
Sampai diklinik, kebetulan klinik ini dokter sakah satu terbaik dikota kami sudah memvonis adikku sudah tidak ada.
Karena ini adalah kuasa Tuhan,
Kak Retno tidak mau menyerah.
Kak Retno mengangkat adikku, langsung dihambatnya becak roda 3 yang melintas.
Kata kak Retno pada supir becak itu
Dengan antusias, penumpang becak itu pun turun.
"E lebbe yah, e lebbeee"
"Itu dulu yok, itu dulu"
Kata penumpang becak itu ikutan panik
Adik yang mau naik langsung aku tahan, memberikan mereka berangkat duluan.
Kemudian datang becak satunya, kangsung kami naik, Ibuku sudah menangis histeris, sedangkan Namboru -
Perjalanan menuju puskesmas sekitar 1km dan jalannya rusak.
Ketika becak ngebut dijalan yang berloboang membuat banyak goncangan.
Ketika diperjalanan adikku mengeluarkan suara,
"Keeekkkk"
Kak Retno mendengarnya
Aku melihat sendiri, jiwa adikku sudah ada disini.
"Terima Kasih Tuhan ini adalah kuasamu"
Doaku
Aku tidak panik lagi, adikku masih ada perasaanku tenang.
tiba - tiba adikku muntah air dan menangis.
"oaaaaa" "oooaaaa" "oaaaooaaa"
Tangisan adikku membuat semua orang lega.
Perlahan mulai dibersihkan badan adikku, telinganya yang kotor, dan anehnya mulutnya bersih
Sehabis itu, aku dan kakakku disuruh pulang kerumah untuk menutup toko dan membawa pakaian ganti dan gendongan adikku.
Aku tidak menghiraukannya, lalu kuceritakan kepada kakakku. Kakakku tidak percaya, dan lebih memilih melanjutkan perjalan.
Sampai dirumah menutup toko -
Diperjalan tepat dilokasi tadi, aku masih melihat wanita itu dan tersenyum sini padaku.
"Lihat itu kak" kataku pd kakakku
"Ga ada orang" jawab kakakku
Sesampai dipuskesmas ternyata sudah ada Nenekku.
Darimana tahu Nenekku ?
Dia sudah dikirim kabar oleh penjagaku. Makanya Nenekku tahu.
Sampai dirumahnya dihubungin Ayahku agar pulang kerumah sekarang. Kebetulan Ayahku lagi diluar kota. Begitu juga Nenek dari Ibu langsung disuruh pulang dari kebun tapi tidak melalui jalan biasa.
Nenekku langsung tembak, ada yang tidak senang ketika kamu baru membeli lahan baru. Makanya Nenek dari Ibuku disuruh lewat jalan lain, karena jalan biasanya sudah dicegat. Ini sudah direncanakan begitu matang kata Nenekku.
"Pa, iberengko do nakking boru - boru i ?"
"Nak, kau lihatnya tadi perempuan itu ?"
Tanya Nenekku kepadaku
"Hubereng pung, bohina marmudar"
"Kulihat Nek, mukanya berdarah"
Jawabku
"Uwa, tadi sama siapa terakhir kau tanya sebelum kau jumpa adek di selokan ?"
Tanya Nenek
"Terakhir, sama si ini pung. Trus kulihat dia terus melihat ke selokan, baru langsung ku cek"
Aku pun sama, melihat tingkah laku tetanggaku itu sedikit mencurigakan
Setelah itu Nenekku menjelaskan, target sebenarnya bukan adikku melainkan Nenek dari Ibuku.
*biasanya ketika bangun adikku menangis beda pada saat ini.
*anak kecil mata batinnya masih terbuka
Ketika kami menghubungi Nenek dari Ibuku dan melewati jalan yang ada wanita menyeramkan itu, berbahaya.
Ketika Nenek dari Ibuku meninggal tidak ada lagi yang mengurus lahan baru kami, jadi tidak ada pengahasil dari lahan baru itu.
Bersyukur, kita masih dalam lindungan Tuhan.
Mendengar nasehat dari Nenekku, tidak lama dari kejadian itu kami pun pindah dan rumah yang kami tempati sekarang lebih aman.
Nenekku selalu berpesan,
"Tuhan pun tahu siapa yg salah, tak usah dibalas nanti dia dapat balasannya sendiri"
Tumbal dari tetanggaku itu adalah suaminya, suaminya sudah meninggal, sekarang tidak ada lagi tumbalnya
Oh iya bagaimana kabar ke dua Bapak Udaku?
Bapak Uda ku sama seperti Nenekku ini, mengobati orang yang sakit di Tanah Karo.
Sekarang aku masih kelas 2 SMA, aku masih milihat dan aku masih lunya penjaga, rencanaku mau jadi tentara. Doain ya bisa jadi tentara, biar bisa membanggakan orang tuaku, dan bisa mengamankan Indonesia.
Kalau kalian suka suka tinggalkan lovenya, kalau ada pertanyaan langsung aja ditanyakan :)
Saya deff, pamit undur diri
Selamat berpuasa 💞💞