My Authors
Read all threads
--A Thread
M A T A B A T I N
[[Based On True Story]]
.
Ada apa dengan Mataku ?
.
@bacahorror @bagihorror
@ceritaht @IDN_Horor
@Penikmathorror
#bacahorror #horrorstory
#ceritahorror #bagihorror
#ceritahorrortw
Halo semuanya,

Pada kesempatan kali ini saya akan bercerita tentang "MATA BATIN". Thread ini saya angkat cerita Jeffry adik saya sendiri.

[[Based On True Story]]

Saya akan bercerita melalui sudut pandang Jeffry. See u on story.
Hati - hati dalam membaca, mereka tidak hanya ada didalam cerita, tapi berdampingan dengan kita.
1. Pada 16 November 2002,

Aku terlahir normal layaknya anak - anak lainnya, suara tangisan orang tuaku begitu keras kudengar setelah menunggu 9 bln lamanya terlahirlah seorang anak.
2. Hari pertama lahir aku baru bisa mendengarkan suara, suara tangisan, suara tertawa gembira dan suara mengucapkan selamat kepada orang tuaku karena aku terlahir sehat dan Ibu jg sehat.
3. Mataku masih tertutup, aku belum bisa melihat wajah orang tuaku, begitu juga bentuk rupanya. Tapi aku bisa melihat seorang kakek tua, melambaikan tangannya dan mengajakku bercanda.
4. Aku tak tahu siapa kakek itu, kukira dia ada ayahku. Dari hari pertama aku lahir aku selalu menangis, aku ketakutan seperti banyak orang yang melihatku.
5. Begitu pula hari ke-2 sudah mulai aku melihat beberapa wajah - wajah yang sangat menyeramkan, ada yang rambutnya panjang pakai daster putih panjang, ada juga yang tidak berkepala melambaikan tangan, dan banyak lagi yg lebih seram.
6. Dari hari per-1 sampai ke-7 aku selalu menangis, orang tuaku sepertinya kelelahan dengar tangisanku, kelelahan menggendongku berharap
aku tenang.
7. Setiap di jam 3 pagi aku selalu menangis, menangis karna ketakutan melihat seorang gadis yang menggendong bayi sambil menangis. Ketika aku menangis orang tuaku pun terbangun, memberikan asi sambil menggendongku.
8. Aku bisa tertidur ketika aku sudah kecapain menangis, biasa aku jika aku menangis bisa hampir dua jam lamanya. Bagaimana tidak lelah, begitulah yg dialami orang tuaku.
9. Intinya setiap bangun tidur, selesai mandi, selesai makan, aku selalu menangis. Mereka selalu mengikutiku, berharap aku bisa mati pada hari itu juga. Tapi kakek ini selalu menghalangi mereka, ketika kakek itu datang aku bisa tertidur tenang.
10. Seminggu telah berlalu, tali pusarku pun sudah lepas dengan sendiri. Menurut pengalaman orang tuaku, kalau tali pusar sudah lepas maka akan dikubur.
11. Orang tuaku pun menguburnya dibelakang rumahku, kebetulan ada lahan kosong.

Ketika dikubur orang tuaku menguburnya begitu saja, banyak semut yang mengkerumuninya.
12. Ketika semut menggigit tali pusarku, aku merasa kesakitan, sakitnya seperti perutku ditusuk - tusuk hingga aku membuat menangis. Dari tali pusarku lepas, sampai selama 2 hari aku menangis tanpa henti.
13. Jangankan kecapain dan tertidur, kali ini memang aku tidak bisa tertidur dan selalu merasakan kesakitan. Begitu juga orang tuaku berganti menggendongku dan menenangkanku.
14. Sudah diberi susu pun aku tidak mau, aku tidak lapar, aku itu kesakitan. Ingin kukatakan pada orang tuaku, tetapi aku belum bisa melafalkan bahasa indonesia agar mereka mengerti.
15. Sampai seuatu ketika orang tuaku tidak kuat lagi, sudah terlalu lelah. Dibawalah aku kepada seorang dokter, ketika di cek aku baik baik saja, tidak demam dan normal.
16. Karena orang tuaku percaya dengan orang pintar, akhirnya orang tuaku membawa ke orang pintar "Pak Pasaribu". Sampai di tempat Pak Pasaribu aku diberikan untuk dipangku Pak Pasaribu.
17. Bukan sulap bukan sihir,
ketika dalam pangkuan Pak Pasaribu kurasakan begitu aman hingga membuat aku terdiam dan karena kelelahan aku tertidur nyenyak.
18. Pak Pasaribu ngobrol dengan orang tuaku dengan bahasa Batak Toba yang artinya :

"Pusatna tudia i baen hamu ?"
"Tali pusarnya kalian taruh kemana ?"

Tanya Pak Pasaribu

"Hu kubur amang"
"Ku kubur amang"

Jawab Ayahku
19. Pak Pasaribu menjelaskan, kalau tali pusarku digigitin banyak semut, sehingga aku merasa sakit. Orang tuaku dititipkan pesan, ambil tali pusarku dan simpan didalam tandok/sumpit berisi beras.
20. "Saminggu nai ro hamu tu son"
"Seminggu lagi datang kalian kesini"

"Adong naeng hita hatahon"
"Ada hal yg harus dibicarakan"

Kata Pak Pasaribu

"Oke, amang"

Kata Ayahku yang penasaran
21. Sampai dirumah, Ayah langsung ke belakang. Menggali lagi tempat tali pusarku dikubur dan benar saja banyak semut yang menggigitinya. Seperti pesan dari Pak Pasaribu, tali pusarku di simpan Ayahku ke dalam sumpit/tandok berisi beras.
22. Ketika tali pusarku disimoan dengan baik dan benar, Aku sudah bisa hidup tenang, rasa sakit itu sudah tidak ada. Orang tuaku pun sudah tidak lelah lagi, aku hanya menangis ketika jam 3 dan sebelum magrib. Ketika selepas magrib aku sudah tenang.
23. Tau ga knp ketika magrib aku bisa tenang ?
Ketika azan berkumandang, mereka takut dan mengurung diri di dunia mereka masing masing. Dan harus kalian pahami juga, ketika magrib jangan keluar rumah, tetap tenang dirumah.
24. Aku terlahir dari keluarga Kristen Protestan, dan semua agama itu mengajarkan hal yang baik, jadi sesama umat beragama harus saling menghargai dan hormat bermasyarakat.

Jadilah manusia penuh toleransi agar kelak kamu diterima baik oleh masyarakat.
25. Setelah seminggu, aku dan orang tuaku pergi ke tempat Pak Pasaribu. Sampai di tempatnya Pak Pasaribu menyambut kami.

"Anak ta on, adong na manjaga"
"Anak kita ini ada yang menjaga"

"Oppungta sian Sinaga"
"Kakeknya dari Sinaga"

Kata Pak Pasaribu
26.
"Bah ido amang, so hami parohaon"
"Bah iya amang,tak kami perhatikan"

Jawab Ayahku

Tidak hanya aku yang seperti ini dikeluargaku masih ada 3 orang lagi.
27. Ibu dari ayahku (Nenekku), 6 bersaudara.

Yang Pertama
Anak ke-3 dari kelurga Nenekku, panggilan sehari - harinya Oppung Lompoh, karena anaknya pertamanya Lompoh jadi mengikut pula nama itu jadi panggilan Oppung ini.
28. Yang Kedua

Anak pertama dari keluarga Nenekku mempunyai anak, anak ke-3 nya yang sama sepertiku.

"Bapak Udaku" panggilan sehari - harinya. Bapak yang lebih muda / Bapak Uda di adat Batak.
29. Yang Ketiga

Anak ke-6 dari keluarga Nenekku
Mempunyai anak, anak ke-3 nya.
"Bapak Udaku" panggilan sehari - hari, Bapak Udaku ini seumuran denganku, hanya kalau di dunia pendidikan dia terlebih dahulu, beda dengan aku yg dmn aku belum kuat melihat mereka yg ada disekolah.
30. Selepas pulang dari tempat Pak Pasaribu ayahku masih penasaran, hingga aku dibawa ke rumah Nenekku "Adik dari Nenekku" yang sama seperti Pak Pasaribu. Bisa melihat mereka dan dapat mengobati beberapa orang yang terkena penyakit kiriman.
31. "Ateh inang, adong do simajujung anak mon?"
"Betul ga mak, ada yang menjaga
anakmu ini?"

Tanya Ayahku

"Toho do na ni dok Pasaribu i"
"Benar kata Pak Pasaribu itu"

Jawab Nenekku
32. Belum pernah ada koordinasi antara Nenekku dan Pak Pasaribu tetapi Nenekku sudah tau kalau kami ke rumah Pak Pasaribu.
33. Diumurku yang sudah bertumbuh *lupa berapa

Seperti kebiasaan orang batak tapi tidak semuanya, aku dan keluarga makan bpk "Babi Panggang Karo" sontak perutku menolak ketika memakannya, aku muntahkan daging itu, tidak hanya daging itu yang keluar, darah kental juga keluar.
34. Karena kesal knp ini bisa terjadi, hampir setiap hari selama seminggu Ibuku mencekokin aku dengan B2 "Babi". Jawabannya sama, aku muntah darah sampai aku sakit.
35. Aku dibawa ke tempat Nenekku mau bertanya sakit apa aku ini.

Baru sampai dirumah Nenekku,

"Naeng pamatehonmu do gelleng mon ?"
"Mau kau bunuhnya anakmu ini ?"

Marah Nenekku sambil memeluku
36. Belum ada satu patah kata dari Ibuku tetapi nenekku sudah tau kalau aku sedang sakit.

Ibuku menangis, tidak tahu apa yang diperbuat itu salah. Karena bawaan emosi, terlalu banyak cobaan yang dirasakan.
37. Nenekku menjelaskan kepada Ibu kalau B2 itu adalah pantangan dariku dan kakek yang menjagaku.

Jangankan memakan, menciup uapnya saja aku sudah mual, dan muntah. Penolakan sangat besar dari dalam perutku.
38. Bukan hanya B2 saja, tapi semua makanan haram yang ada di Agama Islam. Bahkan ayam yang tidak di sembelih itu termasuk haram. Hanya melihat makanan saja aku sudah tahu haram atau tidak.
39. Mulai dari sini emosi Ibuku semakin kesal, karena adanya penjaganya membuat banyak cobaan, Ibuku membawaku pergi ke salah satu pendeta Gereja Pentakosta.

Dengan maksud memisahkan, tapi jawaban apa yang didapatkan ibuku ?
40. "Molo hita palau simajujung nai, doho ma tondi na on lao"
"Kalau kita usir penjaganya ini, maka ikut pulalah jiwaku pergi"

Jawaban pendeta itu.
41. Mulai dari sini Ibuku paham, anakku ini adalah titipan dari Tuhan yang dianugrahi sebuah Indra ke-6 dan memiliki penjaga Opputa sian Sinaga "Kakek kita dari Sinaga"
42. Mulai dari posisi ini, segala peralatan masak, piring gelas, dan alat alat dapur tidak boleh dipinjamkan kepada tetangga. Hidup keluarga sudah seperti orang Islam, tidak makan B2, makan B2 pun harus diam - diam pergi makan di lapo "tempat makan b2".
43. Keluarga sudah sebaik - baiknya menjagaku dari makanan haram.

Bagaimana cara biar aku tidak sakit, bagaimana cara biar aku tidak muntah darah, sudah mereka lakukan dengan baik.
--Istirahat bentar pegel
44. Singkat cerita, kita di pertengahan tahun aku dan keluarga biasanya liburan. Beda dengan liburan kali ini, kita liburan gabungan keluarga besar ke Silalahi salah satu daerah tempat Wisata Danau Toba.
45. Sebelum pergi, kita diberikan RULES begitu keras oleh Nenekku.

1. Tidak ada pertanyaan
2. Tidak ada bahasa kotor
3. Tidak ada yg berbicara capek
4. Tidak ada yg menggunakan alas kaki

Dan beberapa peraturan lainnya *aku lupa
46. Menjadi sebuah pertanyaan bukan dengan diberinya RULES seperti itu ?
47. Jadi kita pergi ke Mual Oppungta
"AEK SIPAULAK HOSA LOJA"
"Air Penyembuk Capai"

Kalian bisa search di google
AEK SIPAULAK HOSA LOJA
48. Tempat ini begitu sakral, hati - hati dalam berbicara dan hati - hati ketika melakukan suatu perbuatan. Ketika masuk kita tidak boleh menggukan alas kaki.
49. Kalau dari pandangan Nenekku, ibaratkan ini sebagai rumahmu, bagaimana rumahmu ketika orang masuk menggukan sendal.
50. Dari pinggir jalan sampai ke tempat Mual ini harus menuruni 330 tangga begitu juga pulang harus menanjak 330 tangga, maka dari situ kita tidak boleh mengatan capek.
51. Ketika masuk gapuranya, dibuka dengan doa *kepada Tuhan dilanjut dengan permisi atau istilahnya ketika masuk rumah seseorang tapi cara izinnya berbeda dengan diniatkan oleh Nenekku diikuti dengan Aku dan Bapak Udaku yg seumuran denganku dan keluarga besarku lainnya.
52. Sedikit ketinggalan, sebelum sampai dipersimpangan menuju mual kita semua rest dulu, buang air besar buang air kecil.

Karena dipersimpangan, kita sudah mulai disambut dengan suara burung - burung. Suara burung itu banyak dan kecang. Menyatakan selamat datang
53. Sampai di Mualnya
*gambar google

Setiap mau ngefoto orang tuaku selalu memarahi kakak pertamaku. Alasannya tidak sopan seperti orang tidak memiliki tata krama.
54. Setelah sampai beberapa dari keluargaku, membersihkan Mual Opputa ini, rumput - rumput yang sudah panjang, sawan "mangkuk putih keramik", begitu juga bungkus shampo atau sabun padahal sudah jelas dilarang, karena bisa mengotori kesakralannya.
55. Setelah bersih, kembali kita membuat niat ingin menggunakan Mual Opputa ini, dipimpin oleh Nenekku, Utte pangir/Jeruk purut dipotong dan dicampur dengan Mual didalam ember.
56. Setelah itu dengan membuat niat lagi,
Kita minum air ini sebanyak 3x, membasuh dari kening ke dagu 3x,
membasuh dari kening ke ujung rambut 3x, mengusapkan dari leher ke dada 3x.
57. Mualnya begitu jernih, ketika diminum mual ini segar sekali, rasa lelah hilang ketika meminum mual ini, seperti namanya juga
"Aek Sipaulak Hosa Loja"
"Air Penyembuh Capek"
58. Setelah itu, air sisanya kita mandikan dengan menggunakan jeruk purut sebagai lengganti sabun, airnya begitu segar dan setelah mandi tidak boleh mengatakan kedinginan.

Kalau tak kuat dingin lebih baik tidak mandi, bisa diganti dengan basuh muka saja.
59. Peringatan keras, siapapun yang sudah pernah ketempat ini dan membaca thread ini, ketika mandi tolong kalian jangan telanjang bulat.

Bisa menggunakan basahan seperting sarung atau kain panjang.
60. Biasanya Jeruk Purut ini digunakan satu - satu orang dan diambil sendiri dari sawan putih, dan dari jeruk purut ini niat hati kita bisa dilihat, ketika isi jeruk purutnya busuk maka niat kita jelek, kalau jeruk purutnya bagus berarti niatnya bagus pula.
61. Sebelum melanjutkannya, saya sebagai penulis cerita ini sudah 3 kali pergi ketempat ini, dan 3 kali mendapatkan jeruk purut yang luarnya bagus dan dalamnya busuk.

Tak dapat dibohongi, memang kelakuan bandel dan tingkah yang banyak begitu juga banyak kebohongan pd orang tua.
62. Setelah semua keluarga membuat niat dan mandi, kita kembali berkumpul untuk izin pamit, tidak ada yang bisa dibawa dari tempat ini kecuali Mual Opputta ini.
63. Kami melanjutkan ke Rumah Bolon Raja Silalahi Sabungan, karena sudah di niatkan dari rumah kita akan makan di Rumah Bolon ini.
64. sumber mediawisata.com
65. Sebelum masuk rumah ini, biasanya harus izin kepada penjaganya, penjaganya adalah keturunan anak dari Raja SilahiSabungan.
66. Ada sedikit yang menarik ketika mau masuk kedalam rumah Bolon ini. Kalau orang yang mau menggunakan rumah Bolon ini bisanya harus meminta kunci kerumah sang penjaga kunci.

Tapi berbeda dengan kami.
66. Baru sampai, kami langsung disambut oleh penjaga kuncin rumah bolon ini.

*tidak ditlpn atau dikoordinasikan sebelum berangkat

Ternyata semalam dia bermimpi, seperti sudah ada pesan kalau kami bakalan dan ke rumah bolon ini.
68. Dipimpin oleh penjaga rumah bolon ini, kami dituntun masuk.

Nenekku menyampaikan niat kami yang baru pertama kali datang, Nenekku dapat pesan dari penjaganya "simajujungnya" setelah dari Aek Sipaulak Hosa Loja, kami akan makan siang di rumah Bolon Raja Silahisabungan ini.
69. Setelah itu kami menyampaikan 1 masakan ayam komplit dan disusun rapi, ayamnya yang dimasak ini harus ayam kampung betina berwarna putih, kaki kuning, dan belum pernah bertelur.

Seperti sebelumnya jg, tidak ada yg bisa membawa makanan haram ke tempat ini.
70. Tak lupa juga yang sudah disiapkan dari rumah, kami juga menyampaikan 1 sisir pisang raja.
Bentuk dan ukurannya besar - besar, lebih besar dari pada pisang biasanya.

Setelah itu makanan ayam dan pisang ini diletakkan diatas lemari, tak lupa juga dengan air didlm sawan putih.
71. Kita menunggu beberapa saat.

Sepenglihatanku setelah kita meniatkan dari awal, maka Raja Silahisabungan dan keluarganya makan. Tidak ada yang bisa melihat kejadian ini kecuali, Nenekku, Bapak Udaku, penjaga kunci, dan Aku.

*hanya orang yg punya indra ke-6 yg bisa melihtny
72. Setelah itu ketika mau makan, makanan yang ada diatas lemari kemudian kita berdoa lalu makan, begitu juga kita membawa ayam gulai sebagai lauk tambahan karena memang jumlah kita yang banyak.

Setelah makan, diambilah pisang yang ada diatas lemari tadi sebagai pencuci mulut.
73. Orang yang sudah mengambil nasi dan pisang harus dihabiskan, tidak boleh ada yang tersisa.

*kalau kata Nenekku habiskanlah atau Raja Silahisabungan akan marah
74. Setelah makan, kita ke Tugu
Raja Silahisabungan. Tugu itu di depan arah jam 11 rumah Bolon itu.
75. Sampai di Tugu, kami di bawa oleh penjaga kunci berkeliling Tugu ini. Tugu ini seperti bentukan monas, tapi lebih kecil ukurannya.

Didinding Tugu ini, terdapat ukiran batu, semuanya diceritakan dari awal, dan silsilah Raja Silahisabungan.
76. Foto penulis,
Di Tugu Raja Silahisabungan
*lupa kapan kayanya masih SD
77. Ini bagian bawah, rada tengil sih pas masih kecil.

Patung yang ada didalam seperti kerjanjang itu adalah Raja Tambun
78. Semua sudah dijelaskan, waktunya kita freetime. Para bapak - bapak mancing, sedangkan ibu - ibu duduk sambil bercerita sambil memperhatikan kami anak - anak yang sedang mandi di danau
79. Sebelum terlalu sore, kami semua keluarga besar pamit kepada penjaga kunci.

Diperjalanan ketika satu belokkan sebelum Mual ini, klakson panjang sudah di mulai.

Banyak suara burung - burung, seperti menyatakan hati - hati dijalan dan sampai berjumpa kembali.
80. Sampai dirumah Nenekku, kita semua beristirahat. Ada yang makan, ada yang tertidur.

Menunggu agak malam, Nenekku menunggu anak - anak tertidur dulu.

Hanya orang dewasa yang bisa ikut didalam malam ini. Hanya aku, kakakku, dan Bapak Udaku yang seumuran denganku yg bangun.
81. Pada saat ini namanya,
"Marsukkun" "Bertanya"

Nenekku dengan sirih yang dikunyahnya, dan Nenekku kerasukan oleh penjaganya.

Nah, orang dewasalah yang paling berguna disini. Apalagi orang tua yang mengerti bahasa Batak Toba yg dulu banget.
82. Aku melihat Nenekku sekarang sebagai wanita *lupa namanya dia itu adalah penjaga Nenekku.

Kemudian Oppung - oppungku / adik dari Nenekku begitu juga dengan Orang tuaku bertanya.
83. Seingatku
"Boha do oppung, pabahenan hami naeng lao sahat tu sonari, sonang do oppung i ?"

"Bagaimananya Oppung, perbuatan kami dari awal berangkat sampai sekarang, senangnya Oppung Raja Silalahisabungan itu ?"
84. "Jadi bohado roha hami sian, pas do na nipitta Oppung i ?"

"Jadi bagaimana hati kami (niat), pasnya ga seperti yang diminta Oppung Raja Silahisabungan ?"

Dan ada beberapa pertanyaan lainnya, saya tidak terlalu mengerti karena bahasa bataknya terlalu lampau.
85. Yang sudah aku terjemahkan dan beberapa aku sambungkan semengertiku.

Jadi, perjalan kami dari awal berangkat sampai dirumah sudah baik, semua dijawab oleh burung - burung itu, ketika kalian datang disambut, dan kalian pergi diucapkan berhati - hati.
86. Dan niat yang paling baik, Oppung ini menunjuk ke arah ayahku.

"Anak ta on do nung ias rohana, nang pe godang hahuranganna, tulus do ibana lao tu mual i, parohahon hamuna ma uttena, utterna ma umaias, uttena do na hujalo"
87. "Anak kita inilah yang hatinya paling bersih, tulusnya hatinya pergi ke mual itu "Aek Sipaulak Hosa", perhatikan kalianlah jeruk purutnya, jeruk purutnyalah yang paling bersih, dan itulah yang kuminta"

Singkat cerita selesailah bertanya
---istirahat bentar pegel
88. Orang tuaku masih hidup seperti biasa, perkembangan usaha orang tuaku begitu pesat, dari warung kecil bisa menjadi toko.

Begitu dengan juga ayahku dari segala arah rezeky datang. Pekerjaan menumpuk dan berusaha semaksimal mungkin.
89. Ingat ketika kita sedang posisi diatas pasti akan ada yang cobai.
Baik itu cobaan dari Tuhan maupun dari orang lain.

Cobaan yang pertama.

Uang bisnis sekitar 20Jt dilarikan oleh tetangga. Dulu uang segitu sungguh banyak bagi orang tuaku.
90. Ibuku jatuh sakit, pendarahan.

Sampai sekarang Ibuku tidak bisa lagi bekerja berat, ketika bekerja berat pasti pendarahan, bahkan sempat sebulan ayahku yang mencuci pakaian "cuci tangan".

Setelah itu ayahku menasehati Ibuku, uang itu bisa dicari lagi dan mungkin blm rejeki.
91. Mendengar itu Ibuku, membaik.

Orang tuaku tidak oantang menyerah, selalu berusaha.

Singkat cerita, usaha orang tuaku bukan memburuk makan lebih baik.

Apa yang kita ikhlaskan maka, akan diberikan-Nya lagi lebih berlipat ganda.
92. Ketika posisi orang tuaku sudah diatas lagi dimulailah cobaan kedua.

Ayahku diguna - guna i oleh wanita lain, mau merebut semua harta Ayahku, hampir setiap hari dirumah terdengar suara piring pecah, teriakan yang keras.

Ibuku penakut dan hanya bisa diam.
93. Sebelum itu, untungnya Ibuku pintar, jadi semua hak kuasa rumah dan kebun dan beberapa aset kendaraan dipindahkan atas nama Ibuku. Dan ketika Ayahku mau menikah lagi, setidaknya Ibuku punya bekal buat menyekolahkan kami ke - 3 anaknya.
94. Mendengar berita Ayahku sudah menikah sirih dengan wanita yang tergila - gila dengan harta tadi. Wanita itu tidak tahu, kalau semua kuasa sudah atas nama Ibu.

Sekitar hamil umur 5 bulan, wanita itu datang kerumah kami. Marah - marah tidak jelas meminta harga.
95. Dia meminta harga karena sudah mengandung anak dari Ayahku. Wanita itu memberantakin rumah dan mengusir kami dari rumah itu. Dengan tegas dan emosi yang memuncak Ibu tidak tinggal diam.
96. Ibuku mengambil tanaman tebu yang sudah tua dari depan rumah, dipukulkan tebu itu ke perut wanita itu, baru aku tau kalau orang yang selama ini diam ketika marah sangat brutal. Dari muka, badan, tangan, kaki, semuanya berdarah. Wanita itu juga pendarahan dan keguguran.
97. Karena suaranya teriakannya akhirnya warga memisahkan, begitu juga langsung tokoh masyarakat mengintrogasi Ibuku.

Ibuku menjelaskan, kalau wanita itu datang kerumah dan mengusir kami, mengacak - acak rumah. Tak hanya Ibuku, kakak pertamaku pun diintrogasi dan jawaban sama.
98. Dengan ini kuatlah alasan Ibuku, dan memang pembelaan ketika orang tenang dirumah tiba - tiba diganggu.

Untung saja wanita itu tidak meninggal dunia karena banyak pendarahan, dari situ aku melihat sesuatu.

Sosok makhluk hitam yang digendong oleh wanita itu.
99. Aku memberitahu Ibuku. Akhirnya kami memutuskan untung mengungsi beberapa hari ke rumah Nenekku. Dirumah Nenekku, dengan tangisannya Ibuku menceritakan semua kejadian ini.

Akhirnya Ayahku ditelpon, dan disuruh datang ke rumah Nenekku.
100. Sampai dirumah Nenekku, bukan sikap sopan dan santun yang seperti biasa yang dilakukan Ayahku. Tapi sikap kasarnya keluar, Nenekku dan Aku tahu, Ayahku sedang dalam kendali wanita itu.

Wanita itu mengguna - gunai Ayahku agar benci dengan keluarganya.
101. Tidak tinggal diam, Nenekku langsung mengambil Aek Sipaulak Hosa Loja, langsung menyiramkan kemuka Ayahku hingga Ayahku tersadar.

Aku melihat semua makhluk aneh - aneh keluar dari tubuh Ayahku. Intinya mahkluk ini pembawa amarah.
102. Setelah itu Ayahku dipasangkan cicin oleh Nenekku, cincin ini ada penangkal guna - guna godaan dari wanita lain.

Memang laki - laki cobaannya ketika dia sudah memiliki semuanya. Dan ingin secara instan orang lain mau merebut semua jerih usahanya dsngan godaan.
103. Setelah itu kehidupan kami berjalan seperti biasanya lagi. Tak sampai disini, karena bisnis dan usaha Ayah dan Ibuku selalu meningkat, ada seoarang tetangga yang iri. Ya dengan cara setan pula dia mau menyelesaikan Ibuku.
104. Kejadian ini di tahun 2007, ketika berkembang pesatnya toko Ibuku, tiba - tiba Ibuku jatuh sakit.

Sakitnya demam, yang dirasakn Ibuku panas dingin. Beda dengan penglihatan, ada oaku besar yang menempel di kepala Ibuku.

Paku itu menembuh sampai bagian kepala Ibuku.
105. Kepala Ibuku tidak bisa meneloh ke kira atau ke kanan.
Kepalanya selalu lurus dan tidak dapat diangkat sendiri.

Kalau mau duduk, kakakku selalu menopang kepala Ibuku. Aku sunggu kasihan melihat Ibuku.
106. Tak tahu apa yang aku perbuat, aku hanya bisa menangis melihat Ibuku yang dipaku oleh tetangg yg tidak tahu diri itu.

Aku belum bisa berkomunikasi dengan penjagaku, tapi iya selalu menuntunku ketika ada masalah..

Dengan tuntunannya, aku menelpon Nenekku.
107. "Nek, Ibu sakit"

Kataku ditelepon

"Nenek sudah tau"

Jawab Nenekku

*Nenekku disini ditahan oleh penjagaku agar tidak speak up duluan kalau Ibuku disantet penjagaku mau melihat
kepekaanku
108. Akhirnya Nenekku datang kerumahku, menjelaskan semuanya pada Ayahku. Untuk sementara Ibuku disuruh tinggal dirumah Nenekku untuk dirawat.

Nenekku membuka omongan,

"boha pakkilalaanmu ?"
"gmn yg kau rasakan ?"

Tanya Nenekku
109. Ibuku tidak bisa berbicara.
Dia hanya diam dan termenung.

"Ateh boha na di rohami ?"
"Gmn perasaanmu ?"

"Sotung hu pakaluar sude!"
"Jangan sampai kukeluarkan semua!"

Kata Nenekku tegas
110. Karena sudah tidak sabar akhirnya Neneku mengancam.

"Molo so lao ho sianni, humate ho"
"Kalau tidak pergi kau dari badannya, kumatikan kau"

Kata Nenekku mengancam makhluk yang ada dalam tubuh Ibuku.
111. Tiba - tiba Ibuku teriak

"Ikkon panateonku do on"
"Harus kumatikan orang ini"

Kata Ibuku (Yg susah kerasukan)

"Bah boasa ?, gellengku do on"
"Knp ?, anakku nya ini"

Jawab Nenekku bercanda sambil membuat sirihnya
112.
"Molo mangolu dope ibana"
"Kalau dia masih hidup"

"Sude aha na ni tiga tigahonku dang lakku, tu kodena do sude jolma"
"Semua apa yang aku jual tidak laku, ke tokonya lah semua orang pergi"

Jawab Ibuku (yang sudah kerasukan) dengan suara berat
113.
"Bah ho haroa debata ?"
"Kau rupanya Tuhan ?"

"Molo debata marpangalehan tu jolma na ias do rohana, dang songon ho, bursik maho"
"Kalau Tuhan memberikan ke orang yang bersih hatinya, engga sepertimu, bursik lah kau"

Kata Nenekku
*Lupa arti bursik itu apa
114. Setelah itu, Neneku menyemburkan sirih yang sudah dikunyahnya tadi ke muka Ibuku.
Sambil menekan perut Ibuku, Nenekku membacakan doa, agar makhluk itu keluar.

Ibuku kepanasan, dan ketika perutnya ditekan.

"Hoaaaaaakkkkkkkk"
"Oaaaakkkkkk" "Oaaakk"

Ibuku muntah
115. Ibuku muntah darah, dan mengelap mulutnya dan menahan mual itu.

"Uwa, ambil dulu ember sama air"

Suruh Nenekku pada kakakku

Setelah itu ember yang berisi air, diberikan kepada Ibuku, dan Nenekku menyuruh untuk memuntahkan semua.
116. Keluarlah dari paku berkarat, kaca, bangkai tikus dan bangkai lainnya bercampur dengan darah kental.

Muntahan Ibuku hampir memenuhi ember, setelah itu Nenekku menyuruh Ayahku untuk membuang muntahan itu ke sungai besar didekat rumah Nenekku.
117. Nenekku menceritakan,
"Kalau ga kau telepon opppung pa, udh gila mamak kita ini"

Kata Nenekku kepadaku.

"Iya pung, kasihan mamak"

Sahutku sedih dengan mata yg sudah sayuu
118. Semua drama ini belum selesai ketika sore hari setelah mandi Ibuku duduk di depan rumah Nenekku sambil mengerinkan rambutnya.

Tiba - tiba

"Hihihikikikiki"

"Hikikikikikiki"

Ketawa dari Ibuku

Aku tahu, itu bukan Ibuku melainkan sosok wanita bertubuh besar dan tinggi.
119. Aku langsung memanggil Nenekku.

Langsung ditarik Nenekku kedalam rumah, begitu juga dengan Ibuku.

Ibuku berlagak seperti gadis itu, memainkan rambutnya yang panjang, dan ketawa cikikinya

Kalau mahkluk seperti ini bukan tandingan Tuhan, dengan melalai perantaraan Nenekku -
120. Kami membaca doa, mahkluk itu langsung keluar.

Jiwa Ibuku masih lemah jadi gampang untuk dimasuki, apalagi melihat matahari yang sudah menguning dan mau magrib, sebaiknya dirumah kata Nenekku.

Aku, Kakakku, dan Adikku selalu menjaga Ibu kami, kmn pun Ibu kamu kalau bisa -
121. ditemanin. Begitu juga kalau ke kamar mandi temenin aja, takutnya Ibuku terjatuh dikamar mandi.

Malamnya Nenekku menyuruh Ayahku pulang kerumah, ketika sampai rumah Nenekku menyuruh Ayahku agar menelponnya

"Sahat dijabu, i botoho do sude"
"Sampai dirumah,kau taunya semua"
122. Kata Nenekku.

Tak lama Ayahku pergi, Nenekku membakar serabut kelala dan beberapa kayu kecil untuk mendapatkan Asap yg banyak.

*Namanya Asap Kiriman

Sampai didepan rumah, Ayahku melihat tetangga kami batuk - batuk.
Terus menerus, tidak berhenti.
123. Ayahku langsung menelepon,

"Sianu do Inang"
"Siitunya inang"

Kata Ayahku sudah mengetahui siapa oranhnya.

*Namanya atau inisial, dan posisi rumahnya tidak bisa disebut, takutnya bisa menjadi dendam dan mengulang masa lalu

"Mulak maho pa"
"Pulanglah kau nak"

Kata Nenek
124. Akhirnya Ayahku pulang ke rumah Nenekku, Ibuku diberi obat dan dirawat selama seminggu hingga tubuh ibuku fit kembali.

Akhirnya seminggu sudah berlalu, kami pulang. Kuyakin tetangga kami ini sudah jera, dia juga sudah merasakan akibat perbuatan.
125. Kehidupan berjalan seperti biasanya, begitu juga dengan Ibu yang sudah mengandung.

Sekarang dia mengandung anak ke-4 dan tiba diwaktu yg ditunggu,
Pada 24 Agust 2009 lahirlah adikku seorang laki - laki dan sehat, begitu juga dengan Ibuku.

Sehari setelah melahirkan...
126. Meninggallah 2 orang didua tempat sekali gus, yaitu Nenek Ibuku dan Kakek Ayahku.

Sungguh drama bukan ?

Tidak tahu, ini pertanda buruk atau baik, knp bisa meninggalnya bisa bersamaan ditempat yg berbeda.

Tapi Aku mengangapnya ini sebuah pesan
127. Setelah aku melihat - lihat dan ketika menjaga adikku benar saja.

Nenek Ibuku dan Kakek Ayahku ternyata hanya menunggu kelahiran anak ke-4 dari keluargaku.

Makanya dinama adekku ada nama
"Tuimaka" atau "TUbu Imana Mate KArona" yang artinya lahirlah dia dan mati neneknya.
128. Hampir setiap hari mereka datang bergantian melihat keadaan adikku. Terkadang mereka ingin menggendong tapi tidak bisa.

Sampai diumur tahun pertamanya adikku sudah bisa merangkak, Nenek Ibuku dan Kakek Ayahku tidak pernah datang lagi.
129. Prinsip orang Batak, anak itu adalah rejeki mungkin prinsip semua orang juga. Begitu juga dengan adikku yang paling kecil ini membawa rejeki ke keluarga kami.

Dari orang yg tidak punya, tidak pernah bersekolah, hingga tahun 2010 menuju 2011 Ayahku sudah bisa membeli lahan
130. Lahan kali ini cukup besar, hampir sampai satu hektar. Mendengar berita itu, mungkin tetangga kami tadi telinganya begitu panas, karena hasil kerja keras Ayah dan Ibuku sudah bisa membangun rumah dan membeli lahan yang cukup untuk bercocok tanam.
131. Okay next cobaan yang aku lihat berikutnya ketika adikku yang paling kecil berumur 14 bulan.

Pada siang hari, seperti biasa aku, kakaku dan adikku menjaga toko.
Sedangkan Ibuku mau menidurkan adikku dirumah sebelah. "Rumah Nenek dari Ibuku".
132. Karena tidak berbakan untuk mengurus lahan, akhirnya Nenek dari Ibuku yang mengurus lahan kami, sedangkan ayahku sibuk keluar kota untuk mengurus bisnis.

Melihat adikku yang sudah tertidur diayunan, Ibuku pergi ke kamar mandi untuk mencuci pakaian.
133. Meskipun menggunakan mesin cuci, Ibuku harus membilas pakain diluar, karena kalau di mesin cuci, airnya begitu boros.

Mencuci mencuci dan suara mesin cuci yang berputar membuat Ibuku berfokus pada cuciannya.

Setelah dia selesai mencuci, dia mau mengecek adikku.
134. Ibuku kaget,
adikku tidak ada di ayunannya.

Ibuku langsung ke rumah menanyakan pada kami,

"Kalian pindahkan adek ke kamar ?"

Tanya Ibuku

"Engga, Bu" "Adekkan sama Ibu tadi"

Jawab kakakku

"Itulah, tadi tidur diayunan. Sekarang udh ga ada"

Kata Ibuku pula
135. Dengan rasa panik, kami ber-3 langsung membantu ibuku mencari adikku. Semua tetangga sekitar sudah ditanya, meraka tidak melihat adikku. Berbeda dengan tetangga yang satu ini, dia jawab tidak tahu tapi selalu melihat ke suatu arah.
136. Perasaan Kakakku pada saat itu curiga, sudah pengalaman dengan kebusukannya pasti ada yang tidak beres kalau dia sudah bertingkah aneh.

Langsung di cek kakakku kedalam selokan yang selalu dilihat tetangga kami itu.

"Buuu, ini adek bukkkkk"

Tangis kakakku sambil mengangkat
137. Adikku masuk ke selokan depan rumah. Tak lama bicara, Ibuku langsung membawa adikku
ke kamar mandi, dimandikan adikku dan aku disuruh memanggil ttngga lainnya yang bisa menolong karena ibuku sudah tidak kuat.
138. Gambarannya
139. Aku tak banyak bicara, bergegas aku ambil tindakan kupanggil tetangga, Namboru dan Kak Retno.

Ibuku yang tengah memandikan adikku yang sudah kaku langsung diambil kak retno.

Dibawa kak retno menggukan kain panjang, menuju klinik didekat rumahku yang berjarak 200 m
140. Sambil berlarian, Kakaku dan Kak Retno berlari di depan. Aku dan Namboru menopang Ibuku yang sudah lemas,"tekanan darah rendah"
diikuti adikku dari belakang.

Diperjalanan aku melihat adikku jiwanya sudah ditubuhnya lagi.
Hanya raganya yang sudah kaku yang aku lihat.
141. Hanya bisa berharap kepada Tuhan kalau kali ini penglihatanku salah.

Sampai diklinik, kebetulan klinik ini dokter sakah satu terbaik dikota kami sudah memvonis adikku sudah tidak ada.
142. Haru tangis sudah menyelimuti klinik ini, semua orang menangis, bahkan penjaga apotek disebelh klinik ini juga ikut menangis.

Karena ini adalah kuasa Tuhan,
Kak Retno tidak mau menyerah.

Kak Retno mengangkat adikku, langsung dihambatnya becak roda 3 yang melintas.
143. "Tulang tolong antarkan ke Puskesmas, ini nyawa taruhannya"

Kata kak Retno pada supir becak itu

Dengan antusias, penumpang becak itu pun turun.

"E lebbe yah, e lebbeee"
"Itu dulu yok, itu dulu"

Kata penumpang becak itu ikutan panik
144. Setelah naik becak, supir becaknya pun mengebut. Didalam becak itu ada kak Retno dan kakaku.
Adik yang mau naik langsung aku tahan, memberikan mereka berangkat duluan.

Kemudian datang becak satunya, kangsung kami naik, Ibuku sudah menangis histeris, sedangkan Namboru -
145. berusaha menangkan Ibuku, aku dan adikku ikut menangis.

Perjalanan menuju puskesmas sekitar 1km dan jalannya rusak.
Ketika becak ngebut dijalan yang berloboang membuat banyak goncangan.

Ketika diperjalanan adikku mengeluarkan suara,

"Keeekkkk"

Kak Retno mendengarnya
146. Sampai dipuskesmas langsung sigap dokter menuntun kesalah satu ruangan. Begitu juga kami sudah sampai.

Aku melihat sendiri, jiwa adikku sudah ada disini.

"Terima Kasih Tuhan ini adalah kuasamu"

Doaku

Aku tidak panik lagi, adikku masih ada perasaanku tenang.
147. Ketika dokter mencongkel mulut adikku menggunakan jarinya,
tiba - tiba adikku muntah air dan menangis.

"oaaaaa" "oooaaaa" "oaaaooaaa"

Tangisan adikku membuat semua orang lega.

Perlahan mulai dibersihkan badan adikku, telinganya yang kotor, dan anehnya mulutnya bersih
148. Mulutnya tidak kotor, dan keningnya ada bekas luka antukan yang berbekas sampai sekarang.

Sehabis itu, aku dan kakakku disuruh pulang kerumah untuk menutup toko dan membawa pakaian ganti dan gendongan adikku.
149. Sebelum pulang aku melihat seorang wanita menggunakan baju berwarna merah dan wajahnya menyeramkan senyum kepadaku.

Aku tidak menghiraukannya, lalu kuceritakan kepada kakakku. Kakakku tidak percaya, dan lebih memilih melanjutkan perjalan.

Sampai dirumah menutup toko -
150. Dan membungkus pakaian, dan gendongan adikku kedalam plastik kresek. Aku dan kakakku langsung bergegas menuju puskesmas.

Diperjalan tepat dilokasi tadi, aku masih melihat wanita itu dan tersenyum sini padaku.

"Lihat itu kak" kataku pd kakakku

"Ga ada orang" jawab kakakku
151. Karena masih ada yang lebih penting, kakakku pun terus berjalan, perhatiannya bahkan tidak pernah teralihkan.

Sesampai dipuskesmas ternyata sudah ada Nenekku.

Darimana tahu Nenekku ?
Dia sudah dikirim kabar oleh penjagaku. Makanya Nenekku tahu.
152. Sehabis itu, kita pulang kerumah Nenekku karena dirumahnya lebih aman.

Sampai dirumahnya dihubungin Ayahku agar pulang kerumah sekarang. Kebetulan Ayahku lagi diluar kota. Begitu juga Nenek dari Ibu langsung disuruh pulang dari kebun tapi tidak melalui jalan biasa.
153. Nenek dari Ibuku harus melalui puskesmas sebab jalan biasanya sudah dicegat oleh wanita menyeramkan tadi.
Kurang lebih denahnya seperti ini
155. Pada malam hari sudah berkumpulah semua keluargaku.

Nenekku langsung tembak, ada yang tidak senang ketika kamu baru membeli lahan baru. Makanya Nenek dari Ibuku disuruh lewat jalan lain, karena jalan biasanya sudah dicegat. Ini sudah direncanakan begitu matang kata Nenekku.
156.
"Pa, iberengko do nakking boru - boru i ?"
"Nak, kau lihatnya tadi perempuan itu ?"

Tanya Nenekku kepadaku

"Hubereng pung, bohina marmudar"
"Kulihat Nek, mukanya berdarah"

Jawabku
157. Wanita itu adalah suruhan dan dalang dari semua ini sebenarnya kalian sudah bisa menebak

"Uwa, tadi sama siapa terakhir kau tanya sebelum kau jumpa adek di selokan ?"

Tanya Nenek

"Terakhir, sama si ini pung. Trus kulihat dia terus melihat ke selokan, baru langsung ku cek"
158. Jawab kakakku.

Aku pun sama, melihat tingkah laku tetanggaku itu sedikit mencurigakan

Setelah itu Nenekku menjelaskan, target sebenarnya bukan adikku melainkan Nenek dari Ibuku.
159. Jadi skemanya, wanita itu menyuruh setan peliharannya "wanita menyeramkan" itu untuk mengajak adikku ketika bangun untuk bermain sampai terjatuh ke selokan.

*biasanya ketika bangun adikku menangis beda pada saat ini.
*anak kecil mata batinnya masih terbuka
160. Setelah adikku terjatuh ke seleokan, kita semua panik. Niatnya kita langsung menghubungi Ayahku dan Nenek dari Ibuku. Untungnya kami tidak sempat untuk kepikiran begitu.

Ketika kami menghubungi Nenek dari Ibuku dan melewati jalan yang ada wanita menyeramkan itu, berbahaya.
161. Bukan hanya kecelakaan kecil yang dapat disebabkan tapi nyawa bisa menjadi taruhannya.

Ketika Nenek dari Ibuku meninggal tidak ada lagi yang mengurus lahan baru kami, jadi tidak ada pengahasil dari lahan baru itu.

Bersyukur, kita masih dalam lindungan Tuhan.
162. Setelah itu, ayahku diusulkan untuk pindah dari tempat itu. Ini sudah 2 kalinya kami dicobai jangan sampe ke 3 kalinya.

Mendengar nasehat dari Nenekku, tidak lama dari kejadian itu kami pun pindah dan rumah yang kami tempati sekarang lebih aman.
163. Dirumah yang sekarang tidak terlalu banyak gannguan, masih tetap ada tapi tidak sebanyak dulu, targetnya masih tetap Ibuku yang paling lemah jiwanya tapi sekarang jiwanya Ibuku sudah mulai kuat karna seringnya mengalami hal mistis seperti itu.
164. Meskipun tidak memiliki toko lagi, Ibuku masih bisa menitip kue ke beberapa sekolah, dan ibuku sudah mulai belajar bercocok tanam, sehingga bisa mengurus lahan kami bersama Nenek dari Ibuku.
165. Untuk ke Aek Sipaulak Hosa, kami pergi setiap pertengahan tahun, kadang setelah libur tahun baru, sampai sekarang Aku sudah ditunjukkan oleh Oppung Raja sian Sinaga dimn mual kami berada, masih berada didaerah sekitar danau toba, di Urat. Mual ini belum bisa aku speak up.
166. Nenekku yang sering menolong kami mempunyai penjaga dari danau toba, dengan kuasa Tuhan dan melalui perantaraan penjaganya, Nenekku ini sudah banyak menyembuhkan orang yang sakit. Kebutulan dia membuka praktek tradisional.
167. Knp kamu tidak membalas yang sering mengganggu kami ?

Nenekku selalu berpesan,
"Tuhan pun tahu siapa yg salah, tak usah dibalas nanti dia dapat balasannya sendiri"

Tumbal dari tetanggaku itu adalah suaminya, suaminya sudah meninggal, sekarang tidak ada lagi tumbalnya
168. Sekali lagi dia melakukan seperti itu pada orang lain, nyawanya yang bakal dimakan oleh setan yang disembahnya.

Oh iya bagaimana kabar ke dua Bapak Udaku?

Bapak Uda ku sama seperti Nenekku ini, mengobati orang yang sakit di Tanah Karo.
169. Bapak Udaku yang seumuran denganku masih bisa melihat hal - hal yang seperti ini, tapi dia sudsh tidak memiliki penjaga, karena sudab sering memakan B2 sehingga penjaganya marah.
170. Kalau aku bagaimana ?
Sekarang aku masih kelas 2 SMA, aku masih milihat dan aku masih lunya penjaga, rencanaku mau jadi tentara. Doain ya bisa jadi tentara, biar bisa membanggakan orang tuaku, dan bisa mengamankan Indonesia.
Kejadian ini benar adanya, adikku sendiri yang dikarunia indra ke-6 adalah salah satu berkat yang harus di syukuri. Mudah - mudahan tidak disalah gunakan, melainkan dipergunakan untuk melawan kejahatan.
Kalau kalian tertarik dengan Rumah Bolon, Asal Mulu Aek Sipaulak Hosa Loja, dan Tugu Raja Silahisabungan bakalan saya buatkan threadnya.

Kalau kalian suka suka tinggalkan lovenya, kalau ada pertanyaan langsung aja ditanyakan :)

Saya deff, pamit undur diri
Selamat berpuasa 💞💞
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with S R C

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!