Based On True Story

Malapah
#1 Cerita dari Irian Jaya

Penuturan Ibu Wira saat tinggal di komplek perumahan tentara di Irian Jaya.
-
-
-
A thread
@bacahorror l #bacahorror #horrorthread #horrorstories

Picture is taken from google
Malapah adalah judul yang saya ambil untuk cerita-cerita pendek yang tidak berhubungan satu sama lain.
Pada Malapah #1 Cerita dari Irian Jaya, berisi tentang beberapa cerita pendek pengalaman yang disampaikan oleh Ibu Wira (ibu saya) saat beliau tinggal bersama ayah saya (Pak Wira) dan adik bungsu saya (Rara) di komplek perumahan tentara di Irian Jaya.
Saat itu saya, kakak dan adik saya yang lainnya tidak ikut tinggal bersama ayah sewaktu dinas ke Irian Jaya. Kami dititipkan di rumah nenek di Bandung.
Demi kenyamanan semua pihak, beberapa detail tempat dan tokoh saya samarkan. Dalam cerita ini saya menambahkan beberapa improvisasi agar pembaca dapat memahami alurnya. Mohon maaf apabila terjadi kesalahan penulisan dan selamat membaca.
1. Sosok Anak Kecil
Kejadian ini terjadi saat Pak Wira baru saja pulang ke rumah setelah menjalankan misi di kawasan hutan di Irian Jaya selama berhari-hari.
Saat itu Pak Wira yang pulang larut malam dan sudah lelah, langsung masuk ke rumah tanpa melepaskan sepatu boot yang ia kenakan. Ia lalu merebahkan dirinya di kursi sofa masih dalam keadaan mengenakan seragam pdl lengkap.
Ibu Wira yang mengetahui suaminya telah pulang, tidak berani membangunkan suaminya yang langsung tertidur pulas. Ibu Wira hanya membukakan sepatu dan menutupi badan Pak Wira dengan selimut lalu membiarkannya beristirahat.
Keesokan paginya, seluruh anggota di rumah ini beraktifitas seperti biasa.
Pak Wira dan ajudannya sudah berangkat pagi-pagi sekali untuk menghadiri apel pagi dan si kecil Rara yang saat itu duduk di bangsu TK sudah berangkat dengan berjalan kaki ke sekolahnya yang hanya berjarak sekitar 50 meter dari rumah.
Tinggal ibu Wira yang berada di rumah, dan seperti biasa ia melakukan rutinitas hariannya sebagai ibu rumah tangga.
Untuk gambaran, berikut adalah gambar denah rumah yang Ibu Wira tempati di Irian.
Seperti rumah dinas tentara pada umumnya, rumah ini pun bergaya khas bangunan Belanda.
Rumah ini tidak memiliki pagar di bagian depan, berlantai 1 dan memiliki halaman belakang yang luas dengan dibatasi oleh tembok dinding yang mengelilingi bagian belakang dan samping rumah, serta terdapat honai (rumah adat Irian) yang dijadikan sebagai gazebo untuk bersantai.
Saat itu, selepas mencuci dan menjemur pakaian di halaman belakang, Ibu Wira kemudian pergi membersihkan diri di kamar mandi.
Ketika keluar dari kamar mandi dengan handuk basah di tangan, Ibu Wira yang sedang berjalan ke arah tirai di depan kamar mandi tiba-tiba dikejutkan dengan seorang anak yang menyibakkan tirai sambil berlari berpapasan melewati Ibu Wira ke arah kamar di sebelah kamar mandi.
Anak tersebut mengenakan baju kemeja putih dan celana kumel dengan panjang rambut sebahu yang dibiarkan tergerai.
Sempat sesaat, Ibu Wira berpikir kalau itu adalah Rara, tapi kemudian ia sadar, kalau pada jam tersebut Rara seharusnya belum pulang dan masih berada di sekolah.
Untuk memastikan, Ibu Wira akhirnya mendatangi kamar di samping kamar mandi tempat anak itu masuk.
Betapa terkejutnya Bu Wira saat mendapati anak yang sedang terduduk di atas kasur dan menatap ke arahnya dengan senyum menyeringai ternyata bukan anak-anak, melainkan seseorang yang berwajah kakek tua dengan badan kecil dan pendek seperti anak-anak.
Bu Wira langsung berlari ke arah ruang keluarga, mengambil ponselnya dan melesat keluar rumah untuk kemudian menelpon Pak Wira agar segera pulang.
Sebelum Pak Wira datang, Ibu Wira menunggu di luar rumah dan tidak berani untuk masuk. Pak Wira yang sudah mendapat penjelasan sebelumnya langsung datang dan mengecek setiap kamar sampai seisi rumah hingga pekarangan.
Namun hasilnya nihil, ia tidak menemukan sosok anak kecil berwajah tua tersebut.
Ibu Wira yang tetap menceritakan dengan panik detail kejadiannya meyakinkan bahwa ia benar-benar melihat sosok itu dalam keadaan sepenuhnya sadar.
Pak Wira tentu saja mempercayai istrinya dan berusaha mencoba menenangkannya.
Kejadian ini lalu diceritakan pada Ibu Bu Wira (nenek saya) di Bandung.
Malamnya nenek saya bermimpi, beliau didatangi oleh sosok anak kecil berwajah tua. Sosok itu mengatakan bahwa dirinya berasal dari hutan dan tertarik pada Pak Wira yang akhirnya mengikuti sampai ke rumah.
Saat Pak Wira pulang kerumah, karena ia langsung masuk ke rumah tanpa melepas alas kaki dan pakaian yang ia kenakan dari hutan kemudian langsung tertidur, maka sosok itu bisa dengan bebas masuk ke dalam rumah Pak Wira.
Akhirnya nenek saya dengan memanjatkan doa kepada Allah Yang Maha Esa meminta sosok itu untuk kembali ke tempat asalnya.
Sosok itu pun pergi dengan sendirinya. Nenek saya mengatakan bahwa kita harus mengambil pelajaran dari kejadian ini.
Yaitu, ketika pulang hendaklah mengucapkan basmallah dan salam saat memasuki rumah, melepas alas kaki, berganti pakaian, lalu membersihkan diri, agar terlepas dari kotoran luar dan jin yang mengikuti.
(Hari ini sampai di sini dulu, nanti saya lanjutkan lagi)
2. Rara
Adik bungsu saya ini sewaktu kecil memang agak “sensitif” terhadap hal-hal ghaib.
Pernah suatu malam sekitar pukul 9 WIT,
saat saya sedang menghabiskan liburan sekolah bersama adik pertama saya Tika di rumah ayah di Papua, Rara yang sedari tadi sedang asyik bermain boneka bersama kami di ruang keluarga sambil menonton acara televisi, tiba-tiba berlari ke arah pintu depan.
Saat itu di rumah hanya ada kami bertiga. Ayah dan ibu sedang ada pertemuan di kantor.
Rara yang langsung memutar kunci dan membuka lebar pintu depan membuat saya beranjak berjalan cepat ke arahnya.
“Ada apa Ra?” tanya saya sambil melihat ke arah luar pintu.
Tidak ada siapa-siapa di sana, hanya jalanan komplek yang gelap dengan pemandangan pohon-pohon besar mahoni yang berjajar sepanjang jalan komplek dan jalan raya disebrang sana tampak sepi tidak ada kendaraan yang melintas.
“Itu barusan ada yang datang ketuk pintu.” jawab Rara polos.
“Mana? Ga ada siapa-siapa.” ucap saya memastikan.
“Itu dia pergi kesana.” jawab Rara sambil menunjuk salah satu pohon mahoni di ujung jalan.
Tidak ada siapa-siapa di arah yang ditunjuk Rara, bahkan sejak awal tidak ada suara pintu diketuk sama sekali. Tiba-tiba saya merasakan bulu kuduk berdiri dengan perasaan dingin di sekujur tubuh.
Saya menarik Rara masuk, menutup pintu dan menguncinya. Dengan perasaan takut, saat itu saya hanya berharap orang tua segera pulang.
Pernah juga suatu hari saat Rara baru pulang dari sekolahnya.
Berikut adalah gambar denah dari rumah Pak Wira ke Taman Kanak-kanak.
Saat itu, Rara pulang ke rumah sambil menangis keras dengan tangan kanan memegangi lengan kiri bagian atas.
Bu Wira langsung menghampiri anaknya dan bertanya kenapa Rara menangis. Tidak menggubris pertanyaan ibunya, Rara malah semakin mengencangkan tangisannya.
Bu Wira kemudian membuka genggaman tangan kanan Rara dan mendapati luka memar di tangan kiri anak kecil itu. Cukup besar dengan warna ungu kehitaman.
Bu Wira dengan lembut lalu melepaskan tas Rara, menenangkannya dan mengompres bagian yang memar sampai akhirnya Rara berhenti menangis.
Malamnya, Rara demam tinggi, tubuhnya sangat panas dengan keringat bercucuran dari keningnya.
Bu Wira menemani Rara di kasurnya sambil mengompres kening Rara. Kemudian ia menanyakan kejadian siang tadi. Rara pun bercerita, seperti biasa Rara pulang dari TK kerumah melalui jalan belakang TK dan melewati halaman belakang posyandu.
Di halaman belakang posyandu terdapat taman dengan pohon-pohon yang besar dan beberapa tanaman yang menghiasi. Ada pula kolam ikan yang memanjang dengan beberapa tanaman teratai di atasnya.
Untuk dapat sampai ke rumah Rara harus melalui jembatan taman di atas kolam ikan.
Saat Rara melewati jembatan itu tiba-tiba ada seseorang yang datang mencubit lengan Rara.
“Siapa yang nyubit Rara?” tanya Bu Wira penasaran dan bertanya-tanya siapa yang berani mencubit anaknya sekeras itu sampai meninggalkan bekas memar.
“Tante...” jawab Rara ragu-ragu.
“Tante siapa?” tanya Bu Wira lagi.
Rara hanya menggelengkan kepalanya tidak ingin memberi tahu ibunya. Bu Wira menarik napas panjang mencoba menutupi rasa penasarannya dan membiarkan anaknya beristirahat.
Besok paginya, Bu Dwi, tetangga Bu Wira datang berkunjung ke rumah Bu Wira untuk menyelesaikan beberapa urusan. Bu Dwi menanyakan kenapa Rara masih berada di rumah padahal seharusnya sudah pergi ke sekolah.
Bu Wira menjelaskan apa yang terjadi pada Rara kemarin. Bu Dwi kemudian melihat bekas memar di lengan Rara dan mengatakan kalau Rara “disukai” oleh penghuni halaman belakang posyandu.
Bu Dwi lalu bertanya pada Rara apakah Rara sudah hapal doa saat keluar rumah, Rara mengangguk kecil sambil malu-malu.
Bu Dwi meminta Rara membaca doa keluar rumah saat pergi ke sekolah dan menyarankan agar Rara melewati jalan depan komplek ketika pergi atau pulang sekolah.
Selepas dari kejadian itu, Rara sangat susah untuk disuruh pergi ke sekolah, ia selalu merengek dan menangis tidak ingin sekolah.
Tapi Rara yang sekarang berbeda. Rara yang kini sudah duduk di bangku SMA kelas 3 malah tidak ingin sehari pun bolos bahkan ijin sekolah. 🙂😌😬 (Sekarang dia lagi bosen di rumah terus, ingin cepat-cepat normal dan pergi ke sekolah, meski entah kapan sekolah kembali dibuka)
(Hari ini sampai di sini dulu, nanti saya lanjutkan lagi)
3. Ajudan
Gumelar atau biasa dipanggil Om Gum adalah ajudan Pak Wira. Semenjak Pak Wira dipindahtugaskan ke Papua dan menempati rumah dinas, Om Gum yang tadinya tinggal di mess tentara akhirnya tinggal bersama Pak Wira di kamar ajudan di bagian belakang rumah.
Di kamar ajudan, ia tidak sendiri, ada Om Dimas yang merupakan ajudan Pak Wira juga. Ajudan Pak Wira sebenarnya ada 4 orang, 2 orang untuk berjaga dan membantu kebutuhan di rumah, 2 orang lagi ditugaskan sebagai supir.
Karena kamar ajudan terbatas, 2 orang sisanya tetap tinggal di mess tak jauh dari rumah Pak Wira.
Awalnya Om Gum enggan tinggal di rumah Pak Wira, karena banyak cerita beredar kalau rumah Pak Wira itu angker, apalagi halaman belakangnya. Tapi saat itu rasa gengsi Om Gum mengalahkan rasa takutnya.
Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, di halaman belakang rumah Pak Wira terdapat honai untuk bersantai. Tempatnya cukup nyaman dan dikelilingi oleh pepohonan besar yang rindang.
Di halaman belakang juga terdapat berbagai binatang yang dipelihara seperti, rusa, kelinci, ayam kate, burung beo, mambruk dan kakatua jambul kuning.
Pada siang hari tempat ini memang membuat siapa saja betah berlama-lama di sini, tapi bertolak belakang saat malam tiba. Halaman belakang menjadi tempat yang memiliki aura seram tersendiri.
Untuk menghangatkan suasana, biasanya Om Gum dan Om Dimas akan nongkrong di honai sambil merokok dan minum kopi sampai pukul 9 malam. Setelah itu mereka akan kembali ke kamar untuk beristirahat.
Hampir tiap melewati tengah malam, beberapa gangguan kerap terjadi. Di depan pintu kamar ajudan yang mengarah ke dapur, sering terdengar seperti suara derap langkah kaki mundar mandir padahal tidak ada yang melintas.
Terdengar juga suara cekikikan yang kadang berganti menjadi tangisan dari seorang perempuan yang tidak berwujud dari arah jendela kamar yang menghadap ke taman belakang.
Meskipun takut, tapi keduanya masih mencoba memberanikan diri.
Hingga puncaknya pada suatu hari sekitar pukul 2 malam, saat keduanya tengah tertidur lelap, Om Dimas mengalami “ketindihan”. Badannya diduduki oleh kuntilanak dengan wajah menyeramkan yang menatap ke arahnya sambil tertawa cekikikan.
Tangan kuntilanak tersebut menekan dada Om Dimas yang menyebabkan Om Dimas merasa sesak tapi ia terjebak dalam posisi terlentang tanpa bisa berbicara dan bergerak ataupun melakukan perlawanan. Makin Om Dimas sesak makin kuntilanak itu cekikikan.
Disaat yang sama, Om Gum tiba-tiba terbangun karena suara ketukan dari arah jendela yang cukup keras.
Ia mengarahkan pandangannya ke jendela dan melihat sosok kuntilanak sedang berdiri tersenyum menyeringai di luar jendela dengan kepala yang sedikit dimiringkan dan tangan yang melambai-lambai kepada Om Gum.
Om Gum loncat dari tempat tidurnya dan membangunkan Om Dimas.
Om Dimas yang tengah ketindihan langsung tersadar berkat guncangan dari Om Gum, mereka berdua lalu lari ke luar kamar menuju mess tentara dan menceritakan dengan panik kejadian yang baru dialami pada Om Andri dan Om Joko, 2 ajudan Pak Wira yang tinggal di mess.
Selepas kejadian itu, Om Gum dan Om Dimas akhirnya memutuskan untuk tinggal di mess bertukar dengan Om Andre dan Om Pur yang ditempatkan di kamar ajudan rumah Pak Wira.
Berbeda dengan Om Gum, Om Andre adalah orang yang sangat berani bahkan kerap kali seperti menantang dengan sengaja berdiam di honai seorang diri sampai lewat tengah malam. Om Andre tidak merasa takut sedikitpun dengan gangguan-gangguan yang datang.
Ia tetap tenang dan santai seolah tidak terjadi apa-apa.
Dengan adanya Om Andre di rumah Pak Wira membuat Ibu Wira tidak terlalu merasa takut ketika malam hari harus ke dapur atau halaman belakang, karena Om Andre selalu berjaga di honai.
(Hari ini sampai di sini dulu, nanti saya lanjutkan lagi bagian terakhir dari Malapah #1 nomor 4. Portal Ghaib yang mengupas alasan kenapa banyak gangguan terjadi di rumah Pak Wira)
(Hallo semua, maaf saya baru bisa lagi melanjutkan cerita malapah)
Suatu hari saat ibu-ibu sedang memasak bersama di halaman belakang rumah Ibu Wira untuk acara pertemuan di kantor, tiba-tiba saja salah satu dari mereka, Bu Bayu, mendekati Ibu Wira sambil berteriak histeris dan ketakutan.
Ia menutupi wajah dengan kedua tangannya dan menunjuk-nunjuk kebeberapa arah sambil berkata,
”Bu, di sana ada bu, itu bu ada yang hitam matanya merah bu. Di sebelah sana juga ada bu, ada perempuan nyeremin.”
“Bu aku takut bu, di sana ada juga.” lanjutnya.
Ibu-ibu lain yang menyaksikan hal itu langsung terdiam kaku ditempatnya. Meskipun tidak melihat apa yang Bu Bayu lihat, tapi mereka semua sama-sama ketakutan dan ingin bubar saja rasanya dari tempat itu.
Ibu Wira lalu menenangkan Bu Bayu sambil memeluknya dan berkata, “Tenang bu tidak apa-apa. Asalkan mereka tidak mengganggu.”
Bu Bayu diminta istirahat dulu sejenak sambil meminum air teh hangat.
“Bu, lain kali kalau ibu lihat sesuatu, tolong jangan langsung disebutkan secara gamblang di depan ibu-ibu lain, kan kasihan mereka jadi pada ketakutan.” ucap Bu Wira.
Bu Bayu ini memang tipe orang yang selalu menceritakan langsung apa yang dilihatnya dimanapun tanpa melihat situasi dan kondisi. Dan sering kali membuat orang yang ada disekitarnya menjadi parno dan ketakutan.
Setelah kondisi tidak tegang lagi, akhirnya ibu-ibu kembali melanjutkan kegiatan masak memasak di hari itu.
Selanjutnya, pernah juga suatu hari tetangga Bu Wira, Bu Ruli, berkunjung ke rumah Bu Wira untuk suatu keperluan, mereka berdua mengobrol di ruang tamu.
Saat itu hanya ada Bu Wira di rumah dan Om Andre di kamar belakang.
Ketika Bu Ruli kembali dari kamar kecil, ia tiba-tiba berteriak di depan kamar utama dan langsung pingsan di tempat.
Bu Wira lalu berlari menghampiri dan memanggil-manggil Om Andre dengan panik. Bu Ruli kemudian dibopong dan dibaringkan di sofa ruang tamu.
Tak lama, Bu Ruli sadar dengan keringat dingin di pelipis dan lehernya. Ia masih panik dan menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya sambil ngos-ngosan.
Katanya, Bu Ruli melihat sosok berbulu hitam legam yang besar dan sangat tinggi sekali tepat di depan pintu kamar. Bu Ruli akhirnya ditenangkan oleh Bu Wira dan Om Andre.
Bu Ruli ini memang sensitif sekali dengan hal ghaib. Setiap magrib tiba, sering kali Bu Ruli kesurupan di kediamannya. Dan tiap kali Bu Ruli kesurupan, maka ia akan dibawa ke rumah Bu Wira untuk ditenangkan.
Di rumah Bu Wira, saat Bu Ruli kesurupan, maka akan ada Pak Slamet, salah satu anggota Pak Wira yang bisa berhadapan dengan situasi di luar nalar.
Bu Ruli kerap berteriak-teriak menjerit saat ibu jari kakinya ditekan oleh Pak Slamet. Kadang mudah mengeluarkan jin yang merasuki Bu Ruli, namun, ada juga kalanya Pak Slamet harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengeluarkannya.
Jin yang merasuki Bu Ruli berganti-ganti, walaupun ada juga beberapa jin sama yang merasuki.
Pak Slamet mengatakan kalau memang rumah Bu Wira ini sedari dulu merupakan portal bagi makhluk ghaib. Dari halaman belakang rumah Bu Wira sampai ke rumah Bu Ruli terdapat jalur ghaib tempat melintas para makhluk tersebut.
Pak Slamet juga mengatakan bahwa yang dilihat Bu Ruli di rumah Bu Wira tempo hari adalah hanya bagian “kaki”nya saja dari sosok makhluk bertubuh tinggi besar menjulang melebihi atap rumah Bu Wira.
Pak Slamet menyarankan agar Bu Wira sekeluarga, terutama yang meninggali rumah itu untuk senantiasa beribadah dan meminta perlindungan pada Yang Maha Kuasa dibarengi dengan sholawat serta memperbanyak dzikir.
Setiap rumah atau tempat memang tidak hanya dihuni oleh kita manusia saja. Ada makhluk lain yang berdampingan menjalani kehidupannya juga. Semoga kita senantiasa memperkuat keimanan kita agar selalu dilindungi oleh Yang Maha Esa.
Malapah
#1 Cerita dari Irian Jaya
–Tamat–

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with ⒸⒾⓃⓉⒶ ⓀⒾⓇⒶⓃⒶ

ⒸⒾⓃⓉⒶ ⓀⒾⓇⒶⓃⒶ Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @cinta__kirana

5 Nov
Based On True Story

Ngalebur Tapak

-
-
-
A thread

@bacahorror @BacahorrorCom @IDN_Horor @bagihorror l #bacahorror #horrorthread #horrorstories

Picture is taken from google Image
Cerita ini adalah kejadian yang sedang dialami oleh keluarga saya sendiri dan masih berlangsung sampai sekarang, sampai saat saya menuliskan cerita ini.
Untuk kalian yang membaca thread ini, semoga kalian sehat selalu dan berada dalam lindungan Yang Maha Kuasa. Saya meminta doa dari kalian semua untuk keluarga saya agar baik-baik saja, terutama ibu saya agar segera pulih.
Read 221 tweets
27 Feb
Based On True Story

Gunung Gelap
“Tante satu, tante dua, tante tiga, tante empat.” hitung si kecil Ulan sambil menunjuk kami satu-persatu. Padahal perempuannya hanya kami bertiga.
-
-
-
A thread
@bacahorror l #bacahorror #horrorthread #horrorstories

Picture is taken from google
Cerita ini saya dapat adik perempuan saya saat ia dan teman-temannya pergi berlibur ke Garut tahun 2018. Demi kenyamanan semua pihak, beberapa detail tempat dan tokoh saya samarkan.
Dalam cerita ini saya menambahkan beberapa improvisasi agar pembaca dapat memahami alurnya. Mohon maaf apabila terjadi kesalahan penulisan dan selamat membaca.
Read 100 tweets
17 Feb
Based On True Story

Mulang Tarima
“Kami melihat sepasang bola mata merah menyala di tengah gelapnya pepohonan.”
-
-
-
-A thread-
@bacahorror l #bacahorror #horrorthread #horrorstories

Picture is taken from google
Cerita ini saya dapat dari ayah saya (lagi). Sejak beliau mengetahui bahwa anaknya menjadi penulis cerita horror, beliau sangat bersemangat menceritakan kisah supranatural yang dialaminya.
Kabar baiknya, saya jadi bisa mengobrol lebih dekat dengan beliau walaupun obrolan kita hanya seputaran hal gaib. Saya syukuri itu.
Read 71 tweets
11 Feb
Based On True Story

Ngampih
“Jaga tutur, yang disesatkan belum tentu dapat kembali.”
-
-
-
-A thread-
@bacahorror l #bacahorror #horrorthread #horrorstories

Picture is taken from google
@bacahorror Sudah rame aja..makasih banyak semua 🙏 tunggu ya, saya masih nguli dulu..🙏🙏
@bacahorror Cerita ini saya dapat ayah saya saat beliau melatih prajurit tentara tahun 2018. Demi kenyamanan semua pihak, detail tempat dan tokoh saya samarkan.
Read 73 tweets
23 Jan
Based On True Story

-Kuntilanak Berambut Putih-
-
-
-
-A thread-
@bacahorror l #bacahorror #horrorthread #horrorstories

Picture is taken from google.
@bacahorror Cerita yang baru-baru ini terjadi saya dapat dari teman saya yang berasal dari daerah Kabupaten Bandung. Demi kenyamanan semua pihak, detail tempat dan tokoh saya samarkan. Dalam cerita ini saya menambahkan beberapa improvisasi agar pembaca dapat memahami alurnya.
@bacahorror Padatnya penduduk kota Bandung saat ini, membuat beberapa developer memutuskan untuk membangun properti di Kabupaten Bandung dengan harga yang terjangkau.
Read 47 tweets
16 Jan
Based On True Story

-Silih-
Bukti Cinta yang Tak Terukur
-
-
-
-A thread-
@bacahorror l #bacahorror #horrorthread #horrorstories

Picture is taken from google. Image
@bacahorror Walau cerita ini di luar nalar dan tidak bisa dicerna oleh logika, tapi cerita ini benar-benar terjadi di dekat lingkungan saya ketika saya duduk di bangku SD.
@bacahorror Saat saya memutuskan untuk menulis cerita ini di twitter, Ibu saya menceritakan kembali peristiwa yang pernah menggegerkan tersebut. Demi kenyamanan semua pihak, detail tempat dan tokoh saya samarkan.
Read 77 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!