Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Kisah ini menceritakan seorang Ibu yang dijadikan tumbal pesugihan karena utangnya yang sangat banyak terhadap rentenir.
Dan cerita ini di kisahkan oleh anak sulung nya.
Dan obyek cerita jadi di posisi "Aku" (Anak sulung)
Aku adalah anak sulung dari tiga bersaudara. Kehidupan keluarga kami terbilang pas-pasan, namun aku sebagai anak sulung ingin cepat-cepat bisa membantu meringankan beban orang tuaku, agar asap di dapur terus mengepul serta membantu membiayai adik-adikku sekolah.
Meskipun sempat terpampang di benakku untuk menikmati bangku kuliah, namun semua itu aku tepis. Aku sadar masih ada dua adikku yang masih membutuhkan biaya hingga tamat SMU. Orang tuaku menghidupi kami dari sebuah hasil panen padi saja.
Ya, orang tuaku seorang petani. Jadi sebagai anak sulung, aku harus bisa memberi contoh ke adikku untuk menikmati hidup yang ada di depan kita.
Setelah tamat SMU, aku mencari kerja di Surabaya hingga bertemu dengan sahabat kecilku, dan di sinilah kisah ini dimulai. Aku bekerja pada sebuah finance pembiayaan kredit motor, sebagai tenaga penagihan. Gaji pun terbilang cukup buat seorang bujangan seperti diriku.
Setiap dua minggu sekali aku menyempatkan diri pulang menenggok ayah dan ibu dan tak lupa memberi jajan pada kedua adikku. Tidak seberapa sih, namun cukup membuat mereka senang.
Awal bencana ini bermula dari adikku. Yang namanya anak-anak, saat tau ada temannya yang punya HP, dia pasti kepingin, apalagi dia sudah SMP. Aku hanya janji saja padanya. “Nanti ya, kalau kakak gajian, kakak belikan...”, kataku padanya.
Namun ternyata adikku tidak sabaran, dia terus merengek pada ibuku. Alhasil, ibu pinjam uang pada seorang rentenir. Di kampung saya ada seorang rentenir. Dia pendatang di kampungku. Dia berasal dari Sumatera sana. Semua mengatakan kejamnya luar biasa.
Namun anehnya, tiada satu pun warga yang berani menentang dia. Semua takut dan tunduk walaupun rentenir itu menyita barang sebagai jaminan ketika tidak bisa membayar tepat pada waktunya. Belum lagi denda dan bunga uang yang terus bertambah.
Namun yang namanya keperluan, hal itu membutakan mata semua warga. Padahal di kampung waktu itu ada Koperasi Simpan Pinjam, tapi banyak dari warga yang pinjam ke rentenir tersebut.
Awalnya aku tidak tau kalau ibuku salah satu orang yang ikut ngutang ke rentenir tersebut. Setiap aku pulang, kulihat sepertinya ibu memendam sesuatu, namun ia diam saja. Dan aku sedikit terkejut sewaktu kulihat adikku sudah punya HP baru.
“Aduh HPnya baru! Siapa yang belikan dek?”, tanyaku.

“Ibu kak“, jawab adikku.

Aku ke kamar ibu dan bertanya kepada beliau. Ibuku mengiyakannya, katanya uangnya dari hasil tabungan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit. Aku pun percaya saja.
Seminggu sudah aku pulang dari kampung halamanku. Rasanya letih tubuh ini setelah seharian bekerja di bawah teriknya matahari. Namun saat mau merebahkan tubuhku dengan mata sedikit terkantuk, tiba-tiba HPku berbunyi. Aku lihat adikku yang nelepon.

“Ya dek, ada apa?”, tanyaku.
Hanya isak tangis yang kudengar. Dengan suara yang tersendat-sendat, akhirnya adikku berbicara juga. “Ibu kak! Ibu!”, jawabnya sambil terisak.

“Ya, ada apa dengan ibu?”, tanyaku seolah tidak ingin terjadi apa apa.

“Cepat pulang sekarang kak!”, isak adikku.
Tanpa membuang waktu aku langsung beranjak. Tak kupedulikan tubuh letihku. Yang ada dalam benakku aku harus pulang. Aku ingin tau ada apa dengan ibuku, sosok wanita yang paling aku sayangi.
Kupacu motorku dengan kecepatan tinggi. Namun tak lupa doa-doa terus kupanjatkan agar aku sampai dengan selamat ke tempat tujuan. Tak perlu waktu lama, 2 jam sudah aku tempuh, akhirnya aku sampai juga.
Aku masuk ke rumah. Kulihat ibuku mengerang kesakitan dan ayah serta adikku hanya menangis. Aku pun langsung memeluk tubuh ibuku.

“Ibu! Ibu kenapa bu?”, tanyaku.

“Ibu tidak apa-apa nak”, jawabnya.
Aku marah pada ayah dan adikku, kenapa ibu tidak dibawa ke dokter? Tapi kata ayahku, ibuku yang tidak mau. Aku lihat pucat pasi wajahnya, sambil mulutnya meringis menahan sakit di dalam tubuhnya. Aku semakin sedih.
"Ibu, ucap istigfar bu!", ucapku.

"Allah Allah Allah..." Aku terus membisikkan kalimat itu di telinga ibuku. Namun Allah berkehendak lain, ibuku meninggal tepat pukul 3 dini hari.
Bisa terbayangkan gimana meledaknya tangis seisi rumah. Aku hanya termenung. Aku belum bisa membahagiakan dia. Dan ada satu ganjalan di hatiku, yaitu ibuku sebenarnya sakit apa? Karena selama ini dia baik-baik saja!
Esok paginya acara pemakaman ibu pun dilaksanakan. Dengan perasaan belum ikhlas, aku mengantar kepergian ibuku. Aku harus mencari tau ada apa dengan ibuku. Mungkin ini nuraniku sebagai anak yang merasa ada ketidakwajaran dengan kematian ibunya.
Malam hari setelah acara tahlilan, aku menemui ayahku. Aku merasa ayah pasti tau, pasti ada yang diarahasiakan di belakangku. Akhirnya ayah cerita, bahwa ayah dan ibu mempunyai hutang pada rentenir dengan nominal 15 juta dan dalam tempo 5 bulan tidak bisa melunasinya.
Hutangnya itu terus bertambah dengan bunga yang berbunga juga. Hutangnya itu kini menjadi 29 juta. Gila! Aku menyesalkan, kenapa ayah dan ibu tidak cerita ke aku? Dan semenjak tidak bisa bayar hutang itu, ibuku stres dan gelisah teramat sangat.
Paginya, aku belum kembali bekerja. Sengaja aku mengajukan cuti dan pergi ke warung kopi tak jauh dari rumah. Ya, sekedar ingin mencari info tentang gimana sepak terjang rentenir itu.
Jujur, dalam hatiku langsung berpikir negatif kepada rentenir itu, dan bahwa kematian ibuku ada hubungannya dengan dia.

"Hai...!!!", sapaku pada kawan kampungku. Mereka temanku sewaktu kecil.

“Hai Aldi!”, sapa mereka.
Aku ikut membaur bersama mereka, dan mereka mengucapkan turut berduka cita kepadaku. Di akhir perbincangan, aku pamit pada mereka karena terdengar suara adzan dzuhur sudah berkumandang.

Tiba-tiba di tengah jalan temanku tadi memanggilku. Aku berhenti dan bertanya, "Ada apa?"
"Aku mau sedikit cerita tentang yang tadi kamu tanyakan di warung, tentang rentenir itu", katanya.

Itu membuatku penasaran. Aku ajak temanku itu berhenti dan duduk sejenak di bawah pohon rindang yang ada di pinggir jalan.
Temanku bercerita bahwa dia rentenir kejam dan sudah ada tiga nyawa yang melayang karena ulahnya.

Aku tidak langsung percaya. "Kok bisa?", tanyaku.
"Ya, semua yang meninggal pasti yang berhutang padanya. Dia punya ilmu pesugihan kuda. Jika mata kamu bisa menembus alam gaib, maka kamu akan melihat di depan pintu rumahnya dijaga oleh seekor kuda berkepala manusia.
Oh ya, coba kamu lihat di bawah ranjang ibumu, pasti ada bulu seperti bulu kuda!", jawabnya.
"Ah, masa?", tanyaku.

"Coba kamu cari sekeliling kamar ibumu, karena dua orang yang meninggal kemaren juga sempat menemukan ada bulu kuda di bawah ranjangnya dan bermimpi dikejar-kejar kuda", jawab temanku.
Aku langsung pamit pulang, dan mencoba mempercayai kata-kata temanku itu. Aku masuk kamar ibuku, tak kupedulikan ada ayahku yang lagi sholat. Aku cari di bawah kolong tempat tidur, rapi tak ada bekas bulu. Namun aku masih belum puas juga.
Dan tiba-tiba pikiranku ingin membuka di bawah kasurnya. Ya Allah! Aku temukan banyak sekali bulu-bulu halus di sana. Ayahku pun bertanya dan mendekatiku. "Ada apa?"
Aku ceritakan saja yang tadi disampaikan oleh temanku, dan sepertinya ayah sudah tau itu semua. Memang sempat juga ibuku sebelum meninggal, ia bermimpi dikejar-kejar kuda. Namun ayahku tidak mau cerita karena takut akan melahirkan dendam di hatiku. Dan ternyata semua itu benar.
Ya, aku dendam! Aku harus menuntut balas kematian ibuku!
Pagi-pagi benar aku berangkat ke kota XXX, Jawa Timur, dimana banyak orang bilang di kota tersebut rajanya santet. Nyawa orang di sana hanya seharga satu pak rokok. Bisa juga paginya sehat tapi sorenya gila, hanya dengan imbalan satu bungkus rokok.
Tergantung permintaan kita dan segala risikonya kita yang menanggung.

Dengan bekal alamat yang kudapat dari seorang sahabat, akhirnya pondokan di dalam hutan pinggiran desa di kota tersebut aku temukan juga. Katakanlah dia seorang dukun sakti bernama Ki Punjul.
Aku menceritakan semua permasalahan yang terjadi dengan keluargaku. Tujuanku sebenarnya hanya ingin cari tau apa bener ibuku jadi tumbal atau santet dari rentenir tersebut? Dan rupanya Ki Punjul cukup paham apa yang berkecamuk di hatiku.
Dia meninggalkanku pada sebuah ruangan dengan bau kemenyan yang teramat sangat menyesakkan nafasku. Dukun tersebut kemudian masuk ke tempat spiritualnya, dan satu jam kemudian dia keluar sambil membawa sebuah gunting.
Dia berkata, “Ibumu meninggal belum ada 40 hari. Ya, ibumu jadi tumbal dan nyawanya ada di antara dua alam. Ibumu tidak tenang dan akan jadi budak di kerajaan kuda.
Namun jika kamu berani bongkar kuburan ibumu dan menanam gunting ini di samping pocongnya dengan mulutmu, lalu setelah itu baca mantera yang saya kasih ini, maka ibumu akan bangkit. Dia akan menunjukkan siapa yang telah menyakitinya.
Jika memang terbukti bahwa rentenir itu yang membunuhnya, maka gunting ini akan menancap di jantungnya. Jika kamu sanggup, saya akan beri manteranya dan hari-hari pengapesan atau hari sial bagi sang pemuja kekayaan. Di hari itu juga kamu harus membongkar kuburan ibumu!"
Aku pun mengiyakannya demi kesempurnaan ibuku. Itulah yang ada di pikiranku.

Aku langsung pulang ke rumah. Aku panggil 4 sahabat kecilku. Aku butuh bantuan mereka buat perencanaan yang telah aku dapat dari Ki Punjul.
Rupanya temanku tidak keberatan karena rentenir itu cukup meresahkan penduduk. Dan hari ini adalah hari yang kutunggu. Ki Punjul memberi petunjuk lewat mimpi bahwa malam ini adalah hari naasnya rentenir tersebut.
Cepat-cepat pagi itu juga aku menghubungi teman-temanku untuk mempersiapkan acara bongkar kuburan ibuku. Tepat pukul 12 malam, aku langsung ke kuburan ibu. Aku lihat pocongnya berubah jadi sebuah gedebog pisang di mataku, tapi di mata temanku tetap masih pocong ibu.
Aku lakukan semua sesuai perintah Ki Punjul. Aku taruh gunting di samping pocongnya dengan mulutku. Setelah itu kembali tanah aku uruk seperti sedia kala, biar besok tidak heboh ada kuburan orang terbongkar.
Aku kembali ke rumah pukul 3 dini hari dan aku pergi tidur. Esok harinya, terdengar pengumuman dari balai desa bahwa rentenir itu meninggal dunia akibat terkena serangan jantung. Aku langsung loncat dan buru-buru mandi ingin menyaksikan jenazahnya.
Masya Allah! Aku lihat dadanya tertusuk gunting yang kutaruh di kubur ibu. Wajah wanita itu seolah melotot dan jarinya menunjuk padaku. Itu yang aku lihat. Namun di mata semua orang, rentenir itu meninggal biasa saja tanpa ada darah, dan matanya terpejam layaknya orang mati biasa
Sementara di mataku, dia meninggal dengan amarah yang memuncak, seolah akan ada balas dendam.

Demikian kisah ini masih aku simpan rapat, dan hanya sahabatku tadi saja yang tau. Kini tak pernah ada ketenangan dalam hidupku.
Hingga cerita ini aku kisahkan, masih saja terus terngiang ringkik kuda setiap malam. Terkadang aku melihat sosok wanita yang mirip dengan rentenir itu terus menunjukkan tangannya padaku. Aku hampir gila karena terus-terusan dikejar oleh bayangan semua itu.
Kini aku memutuskan untuk tinggal di sebuah pesantren yang dipimpin seorang seorang Kyai. Dia akan meruqyah aku, dan menghindarkanku dari dendam wanita itu yang memang arwahnya menuntut balas, karena di dalam wanita itu ada iblis yang bersemayam.
Selesai
Tak lupa disini narasumber berpesan
"Dendam tidaklah membawa ketenangan dalam hidup!"

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Dalang Cerita

Dalang Cerita Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @Dalang62854815

11 Feb
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Mulai lagi cerita nya
Sore itu Om Joko berjalan-jalan bersama teman-teman nya. Saat melewati sebuah jembatan, Om Joko menemukan dompet. Dompet itu terbuat dari kulit imitasi dan ada aroma yang unik di dalam nya. Om Joko lantas membuka dompet itu di kelilingi teman-teman nya.
Read 21 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!