TANGISAN POHON BERINGIN
"Energi Kearifan Lokal"

--- a thread ---

#bacahoror #bacahorror #threadhoror #threadhorror Image
Masih ingat dengan kejadian ini ? Atau mungkin ada yang belum tahu ? Image
Dari kejadian yang ada di Temanggung mengingatkan mimin tentang kearifan lokal di masyarakat kita. Kearifan lokal sendiri kadang secara tidak langsung menjaga keseimbangan alam dan keseimbangan unsur yang ada di lingkungan itu sendiri.
Kearifan lokal bisa dikatakan merupakan cara berfikir masyarakat tentang keadaan lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik yang berpedoman pada norma dan tatanan sosial. Dari sinilah muncul adanya beberapa mitos yang kemudian mengatur masyarakat secara efektif.
Mitos biasanya menyangkut perilaku manusia kepada alam dan lingkungannya. Bagaimana keberadaan sebuah tradisi lokal seperti ritual-ritual penghormatan terhadap penjaga tempat tertentu, seperti hutan, gunung, danau, dan lain sebagainya.
Disini dapat menumbuhkan integrasi masyarakat untuk bersama-sama saling menghargai keseimbangan alam. Biasanya kearifan lokal merupakan salah satu warisan leluhur yang diturunkan secara turun - temurun, dari generasi ke generasi hingga sekarang.
Namun tak jarang kearifan lokal di beberapa daerah sudah mulai hilang dengan adanya perkembangan zaman. Generasi sekarang sudah jarang yang ikut andil dalam menjaga kearifan lokal yang ada.
Karena memang tidak percaya dengan mitos" yang sudah melekat di masyarakat bertahun tahun atau bahkan berabad abad.
Beberapa bulan yang lalu, ketika mimin mengunjungi sebuah desa di daerah Jawa Tengah. Mimin sempat heran dengan desa tersebut, karena di beberapa titik desa terdapat pohon beringin yang besar.
Pohon beringin itu adalah penanda batas di setiap desa yang ada disana. Dan setiap ada pohon beringin pasti digunakan untuk keperluan mandi, mck dan mencuci warga.
Pohon beringin yang ada disana mengeluarkan mata air atau orang jawa menyebutnya "tuk".
Aura dan energi di pohon beringin memang cukup kuat, bisa dikatakan sangat pingit seperti ingin memunculkan cerita masa lalu tentang alam yang ada disana.
Karena penasaran yang cukup tinggi, mimin mencoba menggali informasi. Mencari yang benar benar tahu tentang sejarah desa ini, sempat kesusahan namun akhirnya mimin bertemu dengan seorang yang bernama "Bu Tri".
Bu Tri ini belum terlalu tua, umurnya 48 tahun dan mempunyai 2 orang anak. Bu Tri bukanlah orang yang secara langsung mengalami keangkeran dan kejadian masa lalu yang ada di desa, namun orang tuanya yang bernama " Mbah Di" dikenal sebagai juru kunci pertama dan terakhir didesa.
Sekarang ini, Bu Tri adalah satu satunya otang didesa yang masih mencoba untuk menjaga keseimbangan alam yang ada dengan melakukan ritual dan persembahan tertentu.
Ketika ditanya kenapa masih melakukan Bu Tri menjawab "Titipan bapak mbiyen e mas, aku mung pengen neruske tinggalan bapak ro jaga desa iki mas"
Zaman dahulu, setiap selapanan seluruh warga desa selalu mengadakan ritual di seluruh pohon beringin. Ada 4 titik dan keempat pohon itu secara bergantian diadakan ritual yang berlangsung selama 7 hari 7 malam.
Konon di setiap ritual yang diadakan akan terjadi angin besar yang menandakan pemyambutan dari alam dan makhluk ghaib yang ada. Setelah selesai ritual kemudian akan terjadi hujan besar beberapa hari yang menandakan datangnya kesuburan.
Kearifan lokal yang masih terjaga saat itu dikarenakan adanya mitos yang menyebutkan apabila tidak diadakan ritual itu maka akan terjadi kekeringan dan apapun yang dilakukan warga tidak akan di restui oleh "Mbah Kyai Brojo".
Mbah Kyai Brojo adalah sosok yang dipercayai sebagai mbaurekso desa dan penjaga desa dari malapetaka.
Dari situlah warga takut akan adanya sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.
Ayahnya Bu Tri yang bernama Mbah Di ini lah sebagai perantara kepada Mbah Kyai Brojo. Dia yang selalu berkomunikasi dengan Mbah Kyai Brojo.
Mbah Di jugalah yang mendirikan kesenian jathilan dan menggandeng para pemuda setempat untuk ikut andil dan diajarkan ilmu untuk menjadi penerus nantinya. (Juru Kunci Desa)
Berjalannya waktu, kearifan lokal yang ada semakin hilang ketika himpitan ekonomi melanda desa. Banyak dari warga terutama pemuda yang pergi merantau ke kota dan tidak pulang bertahun-tahun.
Bertambah pendatang yang keluar masuk desa membuat kesenian sudah jarang di gelar dan berdampak kearifan lokal lain yang sudah ada, yaitu ritual yang dilakukan ke 4 pohon beringin.
Semakin sedikit orang yang mau melakukan ritual, hanya keluarga Mbah Di dan orang" kepercayaan Mbah Di mau untuk melakukan ritual tersebut.
Dari situlah mulai muncul kemarahan dari pohon beringin. Sumber air yang selalu dipakai warga tiba tiba habis "asat". Padahal berpuluh" tahun air yang ada tidak pernah habis.
Warga yang tidak punya sumber air dirumah kebingungan karena air yang setiap harinya mereka pakai habis tak tersisa.
Habisnya mata air tidak hanya berhari hari, namun berbulan-bulan. Mbah Di mencoba mencari solusi dengan mengadakan ritual besar atau permintaan maaf kepada Mbah Kyai Brojo atas kekacauan yang ada.
Warga menolak ikut dalam ritual itu dan memilih mencari solusi lain. Namun Mbah Di tetep kekeuh dengan keputusannya
"nek do ra gelem, aku tak ro bojoku ro anakku le nglakoni"
Singkat cerita ritual itu dilakukan di malam kamis kliwon. Mbah Di, istri, dan Bu Tri anaknya melakukan ritual. Mereka melakukannya selama 7 hari 7 malam.
Ternyata apa yang dilakukan Mbah Di membuahkan hasil, di hari ke 4 pohon beringin itu meneteskan air dari atas dan batangnya. Air itu seperti tangisan air mata yang lama kelamaan semakin besar.
Menurut kesaksian Bu Tri pada waktu dia ikut ritual, dia mengatakan sangat kaget bahkan kagum dengan apa yang di depan matanya. Ketika dia melihat air itu semakin besar, ia sempat ingin lari karena takut dengan apa yang dilihatnya. N
Namun ketika ia berdiri langsung dicegah oleh Mbah Di dan dimarahi agar menyelesaikan ritual.
Tangisan itu terus terjadi selama 3 hari hingga mengisi sumber air yang semula asat. Bu Tri mengira hanya terjadi pada satu titik pohon, ternyata ke 3 pohon lain juga mengeluarkan air yang sama.
Di hari ke 7 Mbah Di menemui beberapa warga untuk mencoba mengecek pohon beringin, warga berondong bondong melihat pohon beringin yang masih mengeluarkan air.
Warga kegirangan dengan apa yang mereka lihat, bahagia melihat berlimpahnya air dan mengisi seluruh mata air yang ada. Seperti rezeki yang tidak diduga duga dan adanya keajaiban yang datang entah dari mana.
Setelah ritual yang dilakukan Mbah Di, sampai saat ini mata air yang ada dipohon beringin tidak pernah habis. Seperti dikunci agar tidak timbul kekacauan kembali.
Namun, berjalannya waktu satu persatu warga membuat sumber air sendiri dirumah masing- masing. Dan mata air yang ada menjadi semakin jarang dipakai warga, hanya untuk mencuci baju dan keperluan yang membutuhkan banyak air.
Ketika Mbah Di meninggal, ia pernah berkata kepada Bu Tri agar meneruskan apa yang sudah ia tanamkan di desa.
Akan tetapi Mbah Di juga berpesan semua ilmu yang ada harus dipergunakan sebenar"nya, dan tidak boleh disalahgunakan.
Bu Tri mengiyakan dan setelah Mbah Di tiada, ia lah yang selalu menjaga ke empat Pohon Beringin. Dia selalu mengadakan sesembahan di malam" tertentu.
Bu Tri berkata bahwa sebenarnya air yang ada setelah kejadian tangisan pohon beringin menjadikan air ini mempunyai energi lebih, air itu bisa dijadikan obat kulit dan kesembuhan orang" yang terkena serangan jin.
Karena pernah tanpa sengaja ada orang dari luar daerah mencari obat untuk kesembuhan kulitnya. Orang itu mengira Mbah Di masih ada dan meminta obat untuk kesembuhan.
sorry gaes ketiduran :))
Bu Tri kemudian mengajak orang tersebut mandi di salah satu dari keempat mata air pohon beringin dengan syarat, bilas 7 kali dengan air tanpa sabun, kemudian dibebaskan untuk mandi seperti biasa.
Efeknya yang ditimbulkan cukup cepat bereaksi, hanya selang 2 hari penyakit kulit yang di derita sudah hilang, hanya terdapat bekas kehitaman di kulit orang tersebut.
Tak hanya itu, pernah ada seorang penari jathilan mengalami kerasukan hingga 2 hari lamanya. Makhluk yang ada ditubuh penari tidak mau pergi bahkan selalu melawan ketika disembuhkan.
Bu Tri yang tahu tentang kasus penari itu mendatanginya karena masih ada hubungan saudara. Bu Tri menyuruh para kelompok jathilan mandi di mata air pohon beringin, terutama si penari yang masih dalam gangguan makhluk ghaib.
Mereka datang berbondong bondong lengkap dengan membawa atribut jathilan. Satu persatu mandi di mata air tersebut bersamaan dengan atribut jathilan yang juga dibasuh dengan air dari pohon beringin.
Dan yang terakhir adalah orang yang masih dalam keadaan kerasukan, sempat ada gertakan dan melawan saat ingin dibasuh air. Tetapi karena kalah jumlah, dibasuhlah dari ujung kaki hingga ujung kepala secara berurutan.
Ajaibnya makhluk yang ada ditubuh si penari hilang sekejap mata. Bahkan setelah sadar, si penari mengira masih dalam pentas seni 3 hari yang lalu :)
Saat bercerita panjang lebar, mimin kemudian bertanya
"apakah pohon beringin ini pernah menangis lagi setelah kejadian beberapa tahun lalu itu ?"

Jawabannya adalah "Iya pernah"
Kejadiannya sekitar tahun 2009, dimana saat itu terdapat program dari kelurahan untuk membangun prasarana umum yang layak digunakan masyarakat.
Dari pihak kelurahan memilih salah satu mata air yang warga menamakannya "Kali Belik". Kali belik ini lah yang menjadi tempat Bu Tri melihat tangisan pohon pertama kali, dan menjadikannya tempat menyembuhkan.
Sekitar 3 bulan warga bergotong royong membangun tempat tersebut. Singkatnya, setelah semua selesai. Beberapa warga berinisiatif menguras air bertujuan untuk membuang kotoran yang ada di mata air.
Salah seorang warga yang sedang duduk santai kemudian secara tidak sengaja menancapkan sebilah parang ke batang pohon beringin.
Tak lama muncul tetesan air yang lama kelamaan semakin deras dari atas pohon, awalnya warga mengira itu adalah hujan.
Namun ketika mereka melihat sekeliling ternyata tetesan air itu hanya ada di sekitar pohon beringin, diluar itu tidak hujan sama sekali. Warga cukup tercengang dengan kejadian itu, bahkan beberapa warga berlari meninggalkan pekerjaan mereka.
Bu Tri yang melihat keramaian di sekitar pohon mencoba menghampiri warga yang ada disana. Bu Tri sudah tahu apa yang menyebabkan adanya air yang muncul secara tiba tiba.
Dia mencoba melihat sekeliling dan mencari sebilah parang yang menancap di pohon beringin. Ditariklah parang itu yang kemudian beriringan tetesan air yang lama kelamaan makin surut.
"Makane ojo do ngawur, iki ki dijaga Mbah Kyai Brojo ra usah main main ro wit ringin"

Begitulah kalimat yang terucap dengan mengangkat sebilah parang tersebut dan mengarahkannya ke warga yang sedang ketakutan.
Setelah kejadian itu Bu Tri menemani warga yang sedang membersihkan mata air sampai benar" selesai, berjaga jaga takut takut ada sesuatu janggal terjadi lagi.
Saat ini mata air itu sudah jarang digunakan, hanya satu dua orang saja dan itupun tergolong orang" yang sudah lanjut usia.
Bu Tri juga menuturkan hanya dia yang masih melakukan ritual sampai sekarang, kadang bersama 2 anaknya. Itupun tidak secara rutin karena dia sudah sibuk bekerja berjualan nasi goreng.
Kedua anaknya juga tidak mau meneruskan peninggalan kakeknya. Apalagi kedua anaknya juga bekerja di pabrik yang membuat mereka tidak punya waktu luang.
Bu Tri hanya berharap kepada satu orang yang bernama Bagas. Bagas adalah salah satu warga yang suka "klenik", selain itu dia juga penari jathilan tetapi khusus penari leak.
Ayah dari bagas sendiri dulunya murid kepercayaan Mbah Di, tetapi karena harus merantau ke ibu kota akhirnya apa yang diajarkan Mbah Di tidak dipelajari hingga tuntas.
Bu Tri kadang menyayangkan kenapa warga tidak punya inisiatif untuk melestarikan warisan leluhurnya.

" sik percoyo yo mung aku ro anakku mas, liane yo wes ra percoyo koyo ngono kuwi. Sik. percoyo banyune iso gawe obat yo paling sik wes tau tak jak mrono"
Sebenarnya Bu Tri sudah berusaha untuk membuat warga melaksanakan ritual itu bersama sama lagi, tapi apa daya powernya di desa tidak terlalu kuat dibandingkan sesepuh desa lain.
Tetapi Bu Tri percaya tidak akan ada sesuatu yang terjadi ketika masih ada orang yang menggunakan mata air tersebut. Dan dia percaya lama kelamaan orang" akan percaya bahwa air yang ada disana mempunya kekuatan magis.
" Tinggal nunggu wektu mas, sik penting aku isih jaga warisane bapak"

Begitulah kalimat yang terucap dari Bu Tri sembari menghisap batang rokok samsoe ditangannya.
Memang kearifan lokal harus kita jaga, bagaimana pun itu mitos yang kita percaya atau tidak. Tetapi pasti ada suatu pesan tersirat agar masyarakat bisa segan dan menjaga segala sesuatu yang ada lingkungan sekitarnya.
Alam kadang bisa berbicara dengan caranya sendiri. Kembali ke diri kita masing agar sama sama menjaga alam untuk keseimbangan yang ada.
Sekitar jam 2 pagi, mimin diajak Bu Tri menuju pusat mata air yang sering ia gunakan melakukan ritual.
Beginilah penampakan dari tempat mata air yang ada disana. Ini adalah tempat yang sering digunakan warga untuk mandi dan sebagainya
Dan ini adalah penampakan dari pohon beringin. Tingginya kurang lebih 15 meter. Agak kurang jelas karena penerangan yang tidak memadai.
Begitulah cerita dari tangisan pohon beringin. Sebenarnya masih banyak kejadian seperti gangguan makhluk ghaib yang disana. Akan tetapi dari Bu Tri tidak mengizinkan untuk di ceritakan.
Kita sebagai manusia harus selalu menjaga alam, bukan karena dorongan mitos atau kearifan lokal yang ada. Akan tetapi tentang kesadaran dalam diri kita masing masing.
Salam lestari !! 😇

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with metafisikah

metafisikah Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @ukmpengamatan

14 Sep
8 ORANG TERSESAT DI BUMI PERKEMAHAN
"bertemu keluarga misterius"

-- a thread --

#bacahoror #bacahorror #threadhoror #threadhorror #bagihorror @bagihorror @bacahorror Image
Ini adalah dari kisah dari salah seorang sahabatku, sebuat saja Anis. Entah moment ataupun sebuah kebetulan semata. Aku sudah mengenalnya lebih dari 5 tahun lamanya, namun selama ini dia tidak pernah menceritakan hal ini.
Kisah dimana dia dan keenam temannya berserta seorang guru tersesat di sebuah bumi perkemahan yang cukup luas, tepatnya di lereng Gunung Lawu
Read 205 tweets
15 Jun
SUGENG RAWUH PART 2
"congcat"

---- a thread ---
#bacahoror #bacahorror #threadhoror #threadhorror Image
Masih ingat dengan thread sugeng rawuh yang pertama ?
Maafkan agak lama dalam penulisan thread "Sugeng Rawuh" dikarenakan sesuatu hal duniawi yang tidak bisa ditinggalkan.
Read 217 tweets
11 May
SUGENG RAWUH
.
.
(yogyakarta 2015)

--- a thread ---

#bacahoror #bacahorror #threadhoror #threadhorror Image
Sugeng Rawuh, itulah judul yang bisa disematkan dalam thread ini. Sugeng Rawuh alias Selamat Datang merupakan suatu ungkapan yang sering kali diungkapkan oleh masyarakat suku jawa atas rasa syukur akan suatu kehadiran.
Begitulah yang dialami oleh sekelompok mahasiswa ketika mereka mencoba peruntungan di Kota Jogja. Ini adalah sebuah cerita bagaimana para mahasiswa ini mengalami apa yang dinamakan "Sugeng Rawuh" dalam artian sebenarnya.
Read 132 tweets
29 Apr
Keluarga Korban Pesugihan

-- a thread --

#bacahoror #bacahorror #threadhoror #threadhorror Image
Begitulah garis besarnya. Ini adalah cerita nyata dari salah seorang teman yang mengenalkanku pada seseorang.
Kita panggil saja namanya Misel, waktu itu tidak ada niatan untuk bercerita.
Read 236 tweets
28 Apr
Sejatinya fenomena Babi ngepet sudah ada sejak zaman penjajahan belanda seiring merajalelanya kemiskinan.
Babi ngepet punya relasi mirip dengan fenomena tuyul dan Nyi Blorong yang penelitiannya terbit di tahun 1860.
Kemudian, Hendrik Alexander van Hien menerbitkan laporan berisi catatan soal pesugihan pada 1894. Soal Babi ngepet di teliti pada dekade 1950 oleh sejarawan Cliford Geertz.
Hasil penelitian itu membuahkan buku History of Java atau Abangan, Santri, dan Priyayi.
Read 9 tweets
27 Apr
Tiba tiba teringat dengan kejadian dimana seorang kawan disukai oleh sesosok wanita berlumur darah yang konon dulunya bunuh diri karena putus cinta.
Ketika dia melewati pohon beringin besar yang ada di sepanjang jalan, tepatnya dekat dengan stasiun kereta. Tiba tiba terdengar sayup" seorang wanita yang memanggilnya
"gaaaliiiih galiiiih"
Dia menghentikan laju motor dan menengok kebelakang untuk mencari sumber suara itu. Dan ternyata hasilnya nihil karena memang hanya dia seorang apalagi waktu itu pukul 2 pagi.
Read 29 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(