"Kampung Gaib Part 2."

Ini adalah kelanjutan kisah tadi siang yang telah aku janjikan post malam ini. Selamat menikmati yaa. Image
Untuk yang belum mengikuti part 1 nya bisa simak disini.
Udara dingin menusuk tulang dan rasa lelah tak menyurutkan Diki dan Laras untuk menuruni gunung. Entah tubuh terluka seperti apa yang mereka dapat, tersandung batu dan tergores ranting pohon yang tajam tetap mereka trabas berlari tanpa henti.
Setelah berlari cukup lama,

"Dik, perasaan kita ngga ketemu warung mbok yem yang tadi sore kita istirahat dik" kata Laras saat berhenti sejenak.

"Ehh iyaa juga yaa, padahal kita sudah hampir 1 jam berlari" sambung Diki sembari melewati jalan ke kiri saat menemui persimpangan.
Mereka terus berlari untuk mencari warung mbok yem itu. Kabut yang menghalangi pandangan masih tetap dihajar saja demi keselamatan teman yang sedang ditawan makhluk halus.

Bruuuuukkkkkk, "aduuuuuhhhh!!!!" Teriak Laras ketika ia tersandung sesuatu yang menghalangi langkahnya.
"Ras, lu nggak papa ras?" Tanya Diki.

Bisa kalian bayangkan bukan suasananya? saat Diki mencoba menyorotkan lampu senter yang ia bawa ke benda yang menghalangi langkah Laras.

"Astagaaa, Ras, i-ini kan? Inikan makam Ras! Kita di pos 4 Ras" kata diki dengan panik.
"Dik, masa kita salah arah Dik?? Kita salah arah?? Perasaan bener jalurnya" kata Laras.

"Yaudah Ras, jangan panik!!! Kita balik arah dan ambil kanan nantinya" jawab Diki sembari menenangkan diri dan mencoba berpikir positif.
Mereka pun putar arah dan terus berlari menuju Mbok Yembeberapa saat kemudian mereka sampai.

"Mas, tolong teman kami mas" pinta Diki dengan mada ngos2an setelah berlari.

"Ada apa mas? Apa yang terjadi dengan teman mas?" Tanya salah satu pendaki dengan wajah penasaran.
Diki pun menjelaskan dengan detail kejadian yang menimpa yemannya di puncak gunung itu. Tiba-tiba si pemilik warung berkata.

"Mas, kau harus segera turun temui tim SAR dan pak kepala desa, mereka tau apa yang harus dilakukan"
Laras dan Diki pun saling bertatapan penuh kepanikan seakan berpikir percuma minta bantuan ke mbok yem. Tanpa pikir panjang mereka berlari menuju ke base camp untuk meminta bantuan.

"Kenapa jadi seperti ini sih Dik? Kenapa seperti ini?" Keluh laras terus menerus sepanjang jalan.
Memang benar kalau dalam kepanikan hal hal mustahil bisa terwujud. Pendakian dari bawah menuju puncak yang memakan waktu hampir 8 jam turun dengan berlari hanya ditempuh dengan waktu 4 jam. Entah tersandung, terguling, tergores ranting tidak mereka hiraukan.
******* bikin kopi dulu lah. Penulis juga butuh asupan. Tunggu yaaa.******
Lanjooottttkaannn.

Mereka berdua pun sampai ke perkampungan pukul 02.00 tempat start awal pendakian dan mencari Rumah kepala desa. Setelah beberapa kali menyusuri jalan kampung akhirnya mereka menemukan rumah pak kades itu. Suasana sungguh sepi dan mencekam saat itu.
"Permisi Pak!" Diki mengetuk pintu.

"Iya!" jawab pak Kades sambil membuka pintu.

"Kalian????" Sambung pak kades dengan kaget

"Iya pak. Tolong teman kami pak!", tanpa basa basi Diki langsung minta tolong.

"Memang kenapa dengan teman kalian”, tanya pak Kades heran.
"Kedua teman kami masuk ke hutan yang dibatasi pagar itu pak!", jawab Diki.

"Waduh! Bapak kan sudah peringatkan, jangan masuk tempat itu!", kata pak Kades.

"Gak tau pak. Teman kami seakan ada yang menuntun masuk ke sana", jawab Diki.
"Jalan satu2nya kalian harus menemui kuncen gunung ini!", kata pak Kades memberi solusi.

"Dimana pak tempatnya?", tanya Diki.

"Di ujung Desa. Di sana ada rumah satu2nya di tengah sawah, pas jalan di kaki gunung yang kalian lewati tadi. Namanya ki Surya" jawab pak kades.
"Oh iya, terima kasih pak. Kita segera ke sana", jawab Diki.

"Ya sudah, semoga berhasil!", pungkas pak Kades.

Mereka pun pergi buru-buru, entah ada sesuatu yang ingin mencoba menghalangi mereka dalam perjalanan melintasi kebun bambu mereka dikejutkan dengan suara teriakan.
"Aaaaaaaaaaaaaaa!!!!!" Teriakan itu seakan menggema menyelimuti perjalanan mereka berdua.

"Dik, suara itu mengerikan, aku takut Dik" laras berlari dengan sangat panik karena berpikir itu adalah suara dari Rido yang terjebak dalam kampung gaib.
Diki mencoba menenangkan laras dengan kata kata andalan.

"Udah Ras terus fokus, jangan panik!!! Aku pun juga panik ini"

Kabut terus menyelimuti mereka berdua saat Diki mencoba berhenti menghela nafas sejenak dan memalingkan pandangan ke pohon bambu.
"BANGSAAAATTTTTTT!!!! Rass ituu,, Ituu pocong Ras!!!! Jangan berhenti disini Ras." Teriak Diki dan dengan sekuat tenaga menarik Laras hingga hampir terjatuh.

"Dik aku ngga kuat Dik, aku nggak kuaaaaaattt" teriak laras dan kali ini dengan tangisan kencang.
Entah gangguan yang bertubi-tubi seakan tidak pernah habis, sayup-sayup terdengar suara gamelan pengiring manten dan dari arah belakang seperti terdengar kereta kuda yang seakan akan mengejar mereka..

"Ya Tuhaaaaaannnnn!!!!! Kenapa lagi iniiiiiiiii?????" Keluh Diki dengan panik.
Setelah terus melihat mencari-cari dan dengan berbagai gangguan yang bertubi2 akhirnya ketemu juga rumah kuncen seketika gangguan2 itu menghilang.

"Dik, kok angker gini ya keknya? Sepi juga!" Gumam Laras.

"Jelas sepi lah, jam setengah 3 subuh! Orang2 belum bangun" jawab Diki.
Tiba di depan pintu, Diki pun mengetuknya. Beberapa lama kemudian, akhirnya ada yang buka, seorang kakek tua.

"Siapa ya?', kakek itu menyapa.

"Maaf, apakah benar ini rumahnya ki Surya?", tanya Diki.
Ya benar, saya sendiri", jawab kakek itu, yang ternyata adalah ki Surya.

"Kita pendaki gunung ki. Kami mengadakan kemping di puncak. Kami mau minta pertolongan", jawab Diki langsung pada pokok masalahnya dengan nafas terengah-engah.
"Masuk kalian! Kita ngobrol di dalam saja!", ajak ki Surya. Mereka pun masuk ke rumahnya.

"Pertolongan apa maksud kalian?", tanya ki Surya.

"Kedua teman kami masuk ke hutan yang dipagar itu ki. Tolong kami'", jawab Diki.
"Apa..???" ki Surya terbelalak mendengar ucapan Diki.

"Kalian benar benar ceroboh! Apa kalian sudah minta izin ke warga Desa? Mungkin mereka sudah ngasih wejangan sebelum kalian ke sana?" tanya ki Surya dengan nada sedikit marah.
"Iya kek, kami sudah menemui Pak Kades, beliau pun memang sudah wanti-wanti untuk tidak masuk ke situ, tapi entah bagaimana, teman kami seperti gak sadar masuk ke sana, seperti ditarik suatu kekuatan", jawab Diki.

Sejenak ki Surya termenung.
"Hanya satu yang bisa menolong mereka, namun itu sulit dilakukan. Jika gagal, maka temanmu akan selamanya tinggal di sana!" kata ki Surya.

"Apa itu ki?, tanya Diki.

"Sebentar!", kata ki Surya. Dia lalu masuk ke kamarnya dan kembali lagi.
"Kalian harus membawa kambing sebagai tumbal, dan dikalungi kalung ini, kata ki Surya sambil memberikan sebuah kalung.

"Tapi Ingat, waktu kalian gak banyak! Kalian hanya punya waktu sebelum matahati terbit! Jika tidak bisa maka temanmu takkan bisa keluar!" kata ki Surya.
"Segeralah kalian pergi sebelum terlambat!" sambungnya.

"Iya ki, kami akan berusaha. Kami pamit dulu ki, terima kasih sudah membantu", jawab Diki sambil pamitan.

"Hati-hati lah kalian" jawab Ki Surya

Tanpa fafifu was wes wos, mereka pun mencari kandang kambing terdekat.
Diki dan Laras pun menyisir Desa mencari kandang kambing. Sambil terus melihat jam tangannya, Diki berjalan dengan kehati2an.

"Duh, kita akan berhasil menyelamatkan mereka gak ya?" Tanya Laras.

"Ngga tau Ras, yg penting kita berusaha dulu, tetap fokus pokoknya" kata Diki.
Waktu menunjukan pukul 03.15 dan mereka pun masih mencari kadang kambing untuk dibawa ke puncak.

"Alhamdulillah, tuh kayaknya kandang kambing Dik?" Laras menunjuk sebuah kandang di depan pekarangan rumah warga.

"Iya Ras, kita coba ke sana!" jawab Diki.
Setelah benar benar yakin itu kandang kambing, Diki dan Laras pun menghampiri rumah yang dikira pemiliknya itu.

"Permisi", teriak Diki. Pintu rumah pun diketuknya, dan tak lama kemudian ada yang membuka.
"Aden yang tadi siang ketemu ya? Ada apa”, tanya seorang lelaki paruh baya pemilik rumah itu.

"Oh, ini bapak yang tadi ya”, Diki balik nanya yang ternyata adalah petani tadi pagi ditemui untuk menanyakan keberadaan rumah pak kades.
"benar Den" jawab napak itu

"Pak kami mau minta tolong. Ternyata teman kami memasuki hutan yang dipagar itu Pak. Mereka ada di sana dan gak bisa keluar. Kami telah menemui bapak kuncen, katanya jalan satu satunya harus dikasih tumbal kambing Pak", ucap Diki menjelaskan.
"Apa..??? Kok bisa ke sana sih? Kan mamang udah bilang, jangan! Bahaya!", kata bapak itu kaget.

"Iya pak, memang kami ceroboh. Panjang ceritanya Pak. Maaf kami buru buru, tolong bapak bantu kami, kami butuh kambing!" ucap Diki.
"Itu kambing milik Bapak kan? telunjuk Diki mengarah ke kandang kambing dan bertanya.

"Tapi Bapak gak punya kambing lagi, hanya itu tabungan Bapak den" jawab bapak itu seakan tidak ingin memberikan kepada mereka berdua.
"Mamang tenang aja, saya akan membeli kambing mamang 3 kali lipat. Bapak tunggu aja di rumah Pak Kades, mobil saya di sana mang. Tunggu saya kembali, entar saya bayar. Gimana pak?" tanya Diki.

"Ya udah den, bawa aja. Semoga ada hasilnya", jawab bapak itu.
"Ya pak, makasih ya. Maaf kami buru2 pak', kata Diki.

"Iya den, silakan bawa, jangan lupa lapor tim SAR dekat rumah situ!" jawab si bapak sambil menunjukan arah.

Merekapun menuju ke rumah tim SAR dan menceritakan semuanya. Mereka berdua naik ke puncak ditemani 6 tim SAR.
Seakan sudah menjadi hal biasa tim SAR itu menangani kejadian ini. Mereka berlari keatas dengan melewati jalur warga lokal untuk bertani sehari2.

Lama di perjalanan dan rasa cape yang mereka rasakan tak menghalangi Semangat mereka untuk menolong Meli dan Rido.
"Duh Ras, hampir set 6 pagi tapi kita belom sampai! Cepet Ras!", kata Diki.

Sambil menarik kambing, Diki dan Laras terus berlari. Laras benar-benar merasakan cape yang luar biasa, karena naik setengah lari di tanjakan terus menerus.
"Mas, ini jalur warga lokal, bentar lagi sampai puncak, jalur ini biasa kami lewati saat ada kejadian2 atau laporan dari pendaki yang sifatnya urgent" kata salah satu tim SAR itu.

"Tapi apakah teman kami bisa diselamatkan mas?" Tanya laras.

"Semoga ya mbak" jawab tim SAR.
"Aku cape Dik! Aku gak kuat!", keluh Laras.

"Ayo sayang! Kasian Meli dan Rido. Kita meski selamatkan mereka! Mereka teman baik kita" kata Diki menyemangati.

"Iya Dik, aku tau tapi tenagaku sudah habis" jawab laras seraya berhenti dengan nafas ngos ngosan.
Ya udah, kamu jalan pelan saja, ikuti aku dari belakang! Biar aku jalan agak cepat. Setelah sampai di sana, kamu tunggu aku di tenda dan beresin semua barang kita! Entar aku ke sana. Doakan saja agar aku dan mas mas ini bisa bawa pulang Meli dan Rido!" kata Diki.
"Ya udah, gak apa apa. Aku sendiri saja. Entar aku tunggu di tenda', jawab Laras.

"Jaga dirimu baik baik ya!", kata Diki.

"Iya sayang, semoga berhasil!", jawab Laras.

Akhirnya Diki meninggalkan Laras yang berjalan pelan, karena kecapean luar biasa.
Tepat jam 05.30 pagi, Diki dan tim SAR baru sampai di depan pagar hutan itu. Tanpa menunggu lagi, mereka lalu memasangkan kalung pemberian kuncen itu di leher kambing, dan menggiringnya masuk ke pintu pagar. Kambing itu pun masuk ke hutan itu.
Beberapa saat kemudian, kampung yang tadinya terlihat terang tiba-tiba saja berubah menjadi hutan kembali dan samar2 terlihat wanita berjalan dengan sempoyongan ke arah Diki.

"Mil, mil, mila!!!!" Teriak Diki dengan keras.
Mila pun menghampiri Diki dan tim SAR dengan raut wajah yang kebingungan.

"Mil, mila, Rido mana Mil?" Tanya Diki kepada Mila.

Bukan jawaban yang didapat namun teriakan tangis yang keluar dari mulut mila menggema memecah hening pagi itu.
"Duhhh, gawat nih" gumam salah satu anggota SAR.

"Gawat kenapa mas??, Kemana Rido?? Rido bisa diselamatkan mas?" Tanya Diki dengan panik.

Para tim SAR berdiskusi satu sama lain dan 2 anggota turun ke mbok yem untuk menghalau pendaki lain naik ke puncak.
Para pendaki lain diperingatkan untuk menuruni gunung dan seperti diusir dari gunung lawu karena ulah yang Rido dan teman-temannya. 2 orang tim SAR pun membawa Diki, Mila dan Laras kembali ke base camp. Dan 2 orang masih stay di puncak, entah apa yang akan dilakukan oleh mereka.
Isak tangis, lelah dan rasa kantuk menyelimuti perjalanan turun gunung mereka bertiga, seakan tak menyangka, kawan seperjuangan menghilang dengan cara yang mengerikan.

Sesampainya di rumah SAR, sudah banyak orang berkumpul termasuk pak kades, kuncen dan bapak pemilik kambing.
Kami semua menceritakan kejadian yang dialami di puncak dan beberapa pertanyaan terlontar dari mulut kuncen gunung itu kepada Meli, dan ia menceritakan apa yang dialaminya di kampung gaib itu.
"Cerita Meli dan Rido"

Jadi saat Meli yang baru saja memasuki kampung itu, mencoba menenangkan pikirannya. Dia perlahan berjalan sambil terus melihat ke sekeliling kampung itu, dengan harapan menemukan Rido kekasih hatinya.
Tiba tiba tepat di hadapannya, Meli melihat seorang nenek bertongkat berjalan membelakanginya.

Badan Meli gemeteran. "Nih nenek manusia apa setan ya? Ya Tuhan, lindungilah hamba!" gumam Meli. Dia lalu memberanikan diri menyapa si nenek yang berjalan mendahuluinya.
"Maaf nek, saya mau nanya. Nenek lihat seorang pemuda masuk sini gak? Saya lagi mencarinya', tanya Meli.

"Gak usah kau cari! Tak akan ketemu. Karena setiap manusia yang masuk ke sini, akan menjadi warga di sini untuk selamanya", Si nenek menjawab tanpa menoleh ke arah Meli.
Sejenak Meli terdiam. Dia bermaksud mau nanya kembali, tapi si nenek sudah gak ada.

"Loh, kok tiba tiba hilang! Aneh!", kata Meli dalam hati.

"Apa maksudnya si nenek tadi ya? Duh Rido, Iu kemana sih? Please ketemu donk! Lu bikin gw jadi ketakutan gini tau!", gumam Meli.
Begitu lagi berjalan bagai maling yang mengendap endap, sesaat Meli melihat anak anak yang bermain kelereng dan wanita yang lagi menyisik kutu di kepala teman wanita satunya lagi. Dia juga melihat wanita paruh baya lagi nyapu. Sama persis dengan yang tadi Diki lihat.
"Aneh banget! Nih kan tengah malam, tapi mereka..??? Benar-benar sulit dimengerti!", pikir Meli.

Selagi diselimuti berbagai pertanyaan dalam benaknya, tiba tiba Meli melihat seorang anak sedang memakan mentah daging kelinci. Mulutnya berlumuran darah. Meli terus melihatnya.
Anak itu terdiam kemudian menoleh ke arah Meli. Matanya melotot, lidahnya menjulur keluar, giginya bertaring dan rambutnya gondrong acak acakan. Perlahan Meli mundur.

"Aaaaah..!!!", Meli menjerit ketakutan dan lari pontang panting tanpa arah tujuan.
Sesaat ia berhenti sambil melihat ke belakang. Takutnya anak itu mengejarnya, tapi ternyata nggak. Namun begitu membalikkan badan, nenek yang tadi ada lagi di hadapannya.

"Nek tunggu!", Meli teriak menghampiri si nenek.
Si nenek pun berhenti. Belum juga Meli ngomong, si nenek membalikan badan menghadap ke arah Meli. Kaget luar biasa, Meli melihat nenek itu matanya merah menyala dan mukanya rusak!

Nenek itu kemudian cekikikan dengan suara seram sambil mendekati Meli. Meli menjerit ketakutan.
Dia hanya bisa memejamkan mata dan melipatkan tangan di dadanya.

"Jangan ganggu aku nek! Aku gak salah apa-apa", ucap Meli memohon.

Tap! Sebuah tangan meraba pundak Meli."Aaaaaah..!!!", Meli menjerit.

"Ini aku Mel! Rido", ucap sebuah suara.
Begitu Meli membuka matanya, ternyata benar Rido ada di hadapannya. Meli pun mendekapnya erat. "Ternyata kamu beb!"

"Iya Mel. Kamu kenapa ke sini? Nih tempat benar-benar angker!", tanya Rido.

"aku takut terjadi apa2 sama kamu, kenapa kamu nekat sih??", Meli balik bertanya
"Aku gak tau Mel! Awalnya aku mimpi. Pas sadar, aku ada di tempat ini. Aku gak tau. Maafkan aku membuat kamu takut", jawab Rido.

"Ya sudah, kita bahas di luar saja nanti. Yang penting kita harus keluar dulu dari tempat ini! Nih tempat benar2 tempat setan!", kata Meli.
"Iya Mel!", Rido pun memegang tangan Meli dan mereka beranjak pergi mencari jalan keluar.

Namun Meli seakan lupa dari arah mana tadi dia masuk.

"Terus kita ke arah mana Mel? Aku masuk sini kan gak sadar, mungkin kamu lebih tau?', tanya Rido.
Aduh beb! Kenapa aku lupaya?", jawab Meli.

Mereka pun berhenti sejenak.

"Mau kemana kalian?" tiba2 seseorang bertanya dari belakang. Serentak mereka membalikan badan. Betapa kagetnya mereka. Sosok kakek tua dengan kepalanya yang hampir putus & mukanya hancur didepan mereka.
"Aaaaaaaaaaaaa" seketika mereka teriak keras dengan muka pucat dan sangat ketakutan.

"Kalian tak akan bisa keluar!!!! Tak akan bisa keluar!!!!" Kata kakek itu dengan suara erangan menyeramkan.

Meli dan Rido pun terus berlari namun nahas jalan keluar pun tak mereka temukan.
"Kita terjebak Mel! Gak bisa keluar! Padahal tempat ini gak begitu luas

jika kita melihatnya dari luar tadi. Bahkan kita tak mampu melihat adanya pagar pembatas tempat ini. Tempat ini seakan tak ada ujungnya! Aneh!", kata Rido.
"Terus kita gimana beb? Aku gak mau tinggal selamanya di sini. Semoga saja Diki dan Laras kembali ke sini membawa orang yang mampu mengeluarkan kita", ucap Meli ketakutan.

Dengan panik, mereka melihat banyak sosok menyeramkan. Semua keluar dari pintu rumah, berjalan mendekat.
Sosok tubuh tanpa kepala, pocong, sosok yang berjalan merangkak dan anak kecil yang sedari tadi bermain kelereng tiba tiba berubah menjadi sosok anak anak yang sangat menyeramkan.

Semua mata melotot melihat ke arah mereka berdua.
"Aku takut beb!", pekik Meli.

"Tenang sayang, kita harus mengalahkan rasa takut ini! Kamu harus tetap pegang erat tanganku supaya kita tetap bersama! Bacalah doa semampu yang kamu tau!" ucap Rido menenangkan.
"Kalian akan mati pelan pelan, jasadmu akan membusuk di sini dan ruh kalian akan menemani kami di sini untuk selamanya!", kata sosok menyeramkan dengan suara serak khas nenek lampir yang memanggil grandong.
Rido tak bisa berkata apa apa. Dia hanya merasakan takut yang luar biasa begitupun dengan Meli yang terlihat menangis sesenggukan.

Tiba-tiba datang seorang kakek yang kepalanya hampir putus dan bermuka hancur. Dia menghampiri Rido sambil membawa daun yang ditekuk berisi darah.
"Minumlah!", kata kakek itu.

Gak mau..!!! Itu darah! Pergi kalian! Jangan ganggu kami!", pekik Rido.

Kakek itu lalu tertawa memecahkan suasana.

"Pegang dia! Aku akan paksa dia minum ini, kata si kakek. Kemudian puluhan mahluk aneh itu mendekat dan semakin dekat.
"ini tumbal siapa ini?? Siapa lagi yang meminta pesugihan????" Kata sosok nenek itu.

Perlahan semakin dekat Rido dan Meli seperti dikepung oleh makhluk2 mengerikan.

Mereka berdua pasrah dengan keadaan yang menimpanya. Menangis pun percuma.
Sebelum sosok-sosok itu menyentuh Rido dan Meli, entah dari arah mana terdengar suara lengkingan kambing.

Dan samar-samar terlihat dibelakang Meli dan Rido muncul sosok seperti ulama berkain sorban dengan membawa seekor kambing hitam yang memakai kalung.
Setelah kejadian itu, kampung yang semula terlihat menyeramkan dan angker dengan penghuni makhuk2 aneh berubah menjadi hutan dengan pagar yang mengelilinginya.

Meli mendengar ada yang memanggil namanya dan berusaha sekuat tenaga untuk menghampiri sumber suara itu.
Benar saja, saat meli mengikuti sumber suaranya ia bertemu dengan Diki dan rombongan tim SAR.

"Rido kemana mel? Rido kemana?" Begitulah yang sempat Meli dengar dari Diki sebelum lelah dan pingsan menghantam raga Meli.
Back to basecamp tim SAR.

Mendengar cerita yang dialami Meli, kuncen gunung itu segera bergegas untuk melakukan ritual khusus.

Ia mengajak Meli dan pak kades untuk menuju ke pemakaman yang ada di desa sebelah dengan jarak tempuh sekitar setengah jam menggunakan roda empat.
Dua orang tim SAR yang masih dipuncak gunung menanti dengan cemas kabar dari bawah karena sebelumnya sudah membawa HT (alat komunikasi jarak jauh) satelit.

Pada saat itu memang suasana menegangkan baik yang diatas gunung ataupun di basecamp.
Ritual darah ayam hitam dilakukan oleh kuncen itu di makam keramat demi mengembalikan Rido yang masih terjebak dalam kampung gaib itu.

Entah apa yang terjadi pada Rido saat itu, suara teriakan2 terdengar cukup keras baik oleh tim SAR ataupun kami yang sedang ritual di makam.
Tiba-tiba.

DUAARR! terdengar suara ledakan yang sangat keras dari balik pagar hutan puncak gunung dan suara jerit kesakitan mengelilingi makam keramat tempat ritual dilakukan.

Tak lama berselang, kami yang berada di area pemakaman disuruh untuk menyingkir sebentar oleh kuncen.
Mungkin ada sebuah perjanjian khusus yang dilakukan oleh juru kuncen itu dengan dedemit yang ada dibalik pagar hutan puncak gunung. Juru kuncen pun keluar makam keramat tersebut namun terdapat bekas luka pada pergelangan tangannya seperti sayatan.
Kami kembali menuju rumah tim SAR dengan harap-harap cemas mendapatkan kabar baik dari puncak gunung. Waktu demi waktu kami menunggu, dan setelah hampir 5 jam kami mendapatkan kabar dari tim SAR bahwa Rido telah ditemukan di pos 4 gunung lawu tepat disebelah makam.
Tubuh Rido ditemukan terkapar dengan luka sayatan disekujur tubuhnya dan tim SAR pun segera membawa Rido turun gunung untuk mendapatkan pertolongan.
Kami semua berkumpul dalam 1 ruangan untuk mendengarkan penjelasan dari kuncen itu dan rupanya beliau telah melakukan perjanjian khusus dengan penghuni hutan tiap malam jumat kliwon harus disediakan sesajen berupa 7 ekor ayam hitam yang dikirimkan lewat media makam keramat itu.
"Ras, itu kalung yang melekat pada leher Mila bukannya yang kita kalungkan pada kambing tadi ya?" Tanya Diki kepada Laras.

"Eh iya ya Dik, Ras bawa sini kalungmu" pinta Laras kepada Mila.

Rupanya Mila tidak menyadari bahwa ada kalung yang melekat di lehernya.
Mila pun memberikan kalung itu kepada Laras dan mengembalikan ke kuncen yang telah menolong teman2nya. Tak ada lagi ungkapan yang bisa tertuang selain berterima kasih sebesar besarnya kepada kuncen, tim SAR dan segenap warga yang terlibat.
Diki pun menepati janjinya untuk mengganti kambing milik petani tadi yang telah diberikan kepadanya & mengganti biaya ritual yang ditanggung oleh kuncen selama 3 bulan kedepan. Mereka berempat memutuskan untuk tinggal beberapa hari di desa itu untuk memulihkan keadaan Rido.
Sebuah pengalaman yang mengerikan dan mengancam nyawa. Lebih2 jika singgah ketempat yang sekiranya asing memang lebih baik untuk menjaga sikap karena kita semua hanyalah tamu.

TAMAT.
Kalo ada yang kebolak balik namanya dan penggunaan sudut pandang aku, kami, mereka yang berubah ubah mohon maaf yeee... Semoga para pembaca memahami alurnya Ngetiknya spontan dan jempolnya ga ada akhlak.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Hakuna Matata

Hakuna Matata Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @penjahatklausa

29 Jun
"Kampung Gaib part 1"

Thread

Jangan melanggar pantangan apapun saat berkunjung di suatu tempat jika tidak mau celaka.

Kisah sekelompok pendaki yang ingin menikmati liburan namun rasa penasaran membuat mereka mengalami kejadian mengerikan. Image
Hayy, selamat siang dan selamat bertemu kembali denganku. Sesuai request kalian dan berbagai DM. Aku akan sajikan cerita horor untuk menemani siangmu. Selamat menikmati.
Read 78 tweets
19 Jun
Selamat malam dan berjumpa lagi denganku malam ini. Aku suguhkan cerita horror untuk menemani kalian dimalam minggu ini. Mungkin beberapa dari kalian pernah mendengar bahkan mengalami kisah ini dalam sebuah perjalanan. Selamat membaca.
WARUNG GAIB TEPI JALAN

Aku adalah mahasiswa disalah satu perguruan tinggi yang ada Jawa Tengah. Tiap hari kalo dari kampus selalu pulang larut malam. Bukan ada mata kuliah tambahan, melainkan nongkrong nongkrong gak jelas untuk refreshing dengan teman teman.
Read 42 tweets
18 Jun
Haiii,,, aku kembali dengan cerita hororku. Mumpung lagi libur semoga bacaan ini bisa menghibur.
Alangkah lebih baik jika membaca sambil diimajikan kejadiannya yaaaa.. jangan baca sendirian, "mereka" sedang menemanimu saat membaca.

Langsung saja pada inti ceritanya.
"Wah wah wah, asik banget ngobrolnya! Ngga pada kerja yaa! Lanjut sana".
Kataku saat itu kepada para pekerja ketika dipercaya menjadi mandor proyek pembangunan perumahan di kota Semarang. Awalnya aku bekerja sebagai staf kantor di perusahaan itu. Yapss, perusahaan kontraktor.
Read 34 tweets
12 Mar
Ada Sesuatu Dirumahku

Thread

Hello aku akan bercerita kembali ya!! Ini adalah thread pengembangan cerita. Semoga kalian terhibur.

@IDN_Horor @bacahorror @ceritaht
#hororthread #bacahoror #bacahorror #ceritahoror Image
Kali ini aku menjadi Ridwan. aku baru pindah dari Ibukota karena orang tuaku dipindah tugaskan Dinas di kota ini. Aku baru 1 bulan tinggal di kota ini. Btw, rumahku cukup besar dan banyak yang bilang bekas peninggalan Belanda.
Rumah ini sengaja dibeli oleh ayahku sebagai kado ulang tahun pernikahannya dan sekalian perayaan atas naik jabatan beliau.
Ada beberapa bagian rumah yang perlu diperbaiki karena lapuk termakan usia.
Read 31 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(