Semua kenangan indah tentang Laksmi teringat dengan jelas di pikiranku ketika melihat senyumnya lagi.
Perlahan Laksmi berjalan di depanku , air dari sendang banyu ireng mulai menutupi hingga ke pinggangku. Namun sampai di tengah sendang, aku melepaskan tangan Laksmi.
Sebuah Gong tua dengan akar pohon beringin yang membatu berada di hadapanku. Sebelum Laksmi sempat menoleh aku membacakan ajian penguat raga dan memukul sekeras-kerasnya ke arah batu itu hingga hancur berkeping-keping.
Melihat reaksiku semua tercengang, Setan itu membalikan badanya.. wajahnya terlihat sangat kesal.
“ Kamu menipuku!!” Ucap setan yang bersemayam dalam tubuh Laksmi.
Aku mengambil bongkahan besar waturingin yang tercerai berai ,
bersamaan dengan itu terlihat gong tua yang sebelumnya berada di atas batu ini.
Sebuah tulisan terukir di benda tua itu…
"Ing sangisore wit ringin iki manggon layone sang prabu"
(Dibawah pohon beringin ini bersemayam jasad sang raja)
-Ki Rusman Basukarna
“Cahyo… Ki Rusman Basukarna! Jangan-jangan… Mbah rusman yang membuat gong ini? “ Teriaku dari tengah sendang.
Belum sempat mendengar jawaban Cahyo , Setan Laksmi memerintahkan anak buahnya untuk menyerangku .
Namun semua setan itu terbakar oleh Ayat suci yang dibacakan Pak Sardi yang mencoba mendekat ke arahku.
“ Benar Mas Danan… jika nama itu terukir di sana, berarti itu penginggalan beliau saat mengalahkan kutukan gending alas mayit dulu “ Ucap Pak Sardi.
Waturingin sudah ditanganku , namun apakah akan bekerja jika aku memukulkanya tanpa menggunakan kayu sebagai peganganya. Tapi sepertinya tidak ada pilihan lain selain mencobanya…
Aku mengangkat tanganku tinggi-tinggi dan bersiap memukulkanya ke gong itu.
Laksmi mendekat kali ini wajah mengerikanya telah menghilang
“ Mas Danan.. Jangan, Aku ga mau berpisah lagi” Sekali lagi pesona Laksmi mencoba mengganggu keteguhan hatiku,
Namun aku tetap menjatuhkan tanganku dan memukulkan sekeras mungkin gong tua yang sudah membatu di tengah sendang.
Suara mendengung terdengar ke seluruh hutan , sebuah distorsi besar terjadi antara alas mayit dan dimensi alam ghaib.
“Dengerin setan laknat! Walaupun kamu bawa puluhan wanita sepertimu ke sini, Semua itu tidak akan bisa membeli kesetiaanku pada Sang Gusti Maha Pencipta! “ Aku memperingatkan setan yang bersemayam dalam tubuh Laksmi.
Sekali lagi tanganku menggenggam waturingin dan memukulkanya sekeras mungkin , kali ini aku melakukanya dengan mantra penguat raga agar suaranya bisa menggema hingga ke desa.
Suara gamelan terhenti , suara mendengung itu menyiksa setan-setan pengikut roh penari itu.
Tak sanggup menahan siksaanya , Setan itu keluar dari tubuh Laksmi . Makhluk-makhluk itu tak mampu menahan kekuatan besar yang muncul dari suara ini hingga mereka memilih untuk mundur ke ruang distorsi dan kembali ke alam ghaib.
Sebelum meninggalkan Alas mayit , demit dari tubuh Laksmi melepaskan kekuatan hitam dan mengirimkanya kepada Iblis Andaka yang sedang bertarung dengan Eyang Widarpa.
“ Andaka! Kuberikan kekuatan patih Gardapati padamu.. habisi mereka dan bangkitkan aku lagi! “ Perintah makhluk itu sebelum meninggalkan Alas mayit.
Suara Gong mendengung sangat lama , warga terlepas dari kutukan dan segera meninggalkan alas mayit dengan bantuan sekar.
Setan-setan alas mayitpun tidak lagi mengikuti perintah Andaka, mereka meninggalkan sendang banyu ireng dan menjauh dari medan pertempuran ini.
“ Sudah, Hentikan perbuatanmu Andaka!” Ucap Cahyo yang mencoba membantu Eyang Widarpa.
Setan itu masih diselimuti kekuatan hitam , Eyang Widarpapun belum berani menyentuhnya.
“ Jangan sombong! Kekuatanku ini cukup untuk menghabisi kalian semua!” Ucap Andaka.
Cahyo tidak sabar, ia memukulkan lenganya yang telah diperkuat dengan roh wanasura dan memukulkanya ke Andaka .
Hanya dengan satu tanganya Andaka menahan serangan Cahyo yang seharusnya dapat menghancurkan batu yang besar dengan sekali serang.
Sebuah tendangan diarahkan kepada Cahyo , ia mencoba menahanya, namun terpental hingga tersungkur di tanah.
“ Gila… kekuatan macam apa itu?” Ucap Cahyo dengan gelisah.
“ Itu adalah kekuatan Andaka dan Gardapati , kedua patih kerajaan yang terkena tipu muslihat setan itu” Ucap Eyang Widarpa.
Merasa bahaya yang lebih besar, aku mendekat dan mencoba membantu Eyang Widarpa.
“ Eyang.. apa kita harus menyatukan kekuatan lagi seperti saat melawan Brakaraswana?” Ucapku pada eyang.
“ Bocah asu.. itu di alam ghaib , yang bergabung denganku itu sukmamu, kalau kita menggunakan kekuatan itu sekarang, kamu tidak akan bisa kembali lagi ke ragamu” Jelas Eyang Widarpa.
Ia maju mendekat ke Andaka seolah bersiap melawanya.
“ Biar aku sendiri yang menghadapi dia , ini urusanku yang belum terselesaikan”
Tidak mungkin, Walaupun Eyang Widarpa sangat kuat.. tapi aku tahu kekuatan ia saat ini masih jauh dari Andaka sekarang.
“ Kami akan membantu… “ Cahyo berdiri dan mendekat ke Eyang Widarpa.
Namun sebuah tendangan dari Eyang Widarpa menyapu tubuh Cahyo dan membuatnya terpental lagi.
“ Itu bayaran karna sudah menyebutku demit tua gila… Kalian tidak usah ikut campur “ Eyang Widarpa memaksa.
Cahyo menggaruk-garuk kepalanya dan mencoba berdiri menghampirinya lagi.
“ nyimpen dendam itu ga baik lho mbah… “Ucapnya
Aku mengerti dengan maksud Eyang Widarpa, dan mencoba menahan Cahyo.
“ Eyang… paling ngga ,gunakan ini”
Sebuah Keris Ragasukma peninggalan leluhurku kulemparkan pada Eyang Widarpa.
Tanpa berbicara sepatah katapun Eyang Widarpa menangkap keris itu dan memulai pertarungan.
Sebuah tusukan dihujamkan ke tubuh Andaka, namun dihindari dengan mudah.
Eyang melompat mundur dan mengerjang kembali dengan lincah.
Terlihat sebisa mungkin Eyang Widarpa menghindari pukulan dari Andaka yang mungkin mampu memeberikan serangan yang fatal.
“Hentikan Widarpa… tak ada satu seranganmu yang akan melukaiku “ Ucap Andaka dengan sombong.
“ Kalau tidak akan melukaimu , tidak mungkin kamu menghindari serangan ini kan?” Eyang Widarpa menerjang sekali lagi dan kali ini tusukanya tepat di jantung Andaka.
Berhasil.. akhirnya keris ragasukma menembus tubuh Andaka. Namun Andaka terlihat tidak bergeming,
saat keris dicabut lukanya kembali menutup.
“ Aku sudah bilang… semua seranganmu tidak ada gunanya!” Setan itu berkata dengan sombong di hadapan kami.
Eyang Widarpa terlihat gentar, semua seranganya benar-benar tidak ada artinya.
Tanpa melewatkan kesempatan Andaka memberikan serangan bertubi-tubi pada Eyang Widarpa . Cakaran hingga pukulan tanpa henti membuat Eyang Widarpa tak berdaya.
Aku bersiap menolongnya , namun Eyang Widarpa tetap menahanku
“ Mundur! “ Eyang Widarpa tetap bersikeras menahan kami.
“ Tapi.. Eyang” aku mencoba melawan.
“ Aku iki demit , wis ora nduwe rogo “ (Aku ini demit.. sudah tidak punya raga)
Ucapnya pada kami.
“ Nanging kowe… ojo nganti mati neng kene“ (tapi kalian , jangasn sampai mati disini)
Benar kata eyang, dengan sedikit serangan dari Andaka saja kami bisa langsung kehilangan nyawa. Tapi aku juga tidak bisa jadi penonton saja.
Aku mengingat mantra penyembuh yang diajarkan pak lek dan membacakanya untuk memulihkan kondisi Eyang Widarpa.
Tampaknya Cahyo juga mengerti, iya melakukan hal yang sama .. semoga saja ini dapat membantu.
Mendadak , muncul api putih dari tubuh Andaka .. terlihat terjadi pemisahan kekuatan dari tubuhnya.
Itu perbuatan Pak Sardi,
ia juga mencoba membantu Eyang Widarpa dengan mengirimpan api geni baraloka ke tubuh Andaka.
Melihat hal itu , Eyang Widarpa menyadari sesuatu..
“Bocah asu… apa benar jasad raja dikuburkan disana?” Eyang Widarpa bertanya sambil menolehkan wajahnya ke arang waturingin.
“ I.. itu yang tertulis di gong itu eyang..” Jawabku .
Sekali lagi hantaman keras diarahkan kepada eyang, namun iya menghindar dan melompat sejauh mungkin. Nampaknya mantra penyembuh dari pak lek bekerja juga pada Eyang Widarpa.
Secepat mungkin eyang melompat menghampiri ke tengah sendang dan berdiri diatas waturingin yang telah terpecah.
Segera keris ragasukma ditusukan ke tengah –tengah batu itu , eyang berlutut layaknya seorang patih yang memohon kepada rajanya.
“Kulo nyuwun idin kanggo nyilih kekuwatan Sang Prabu ” (saya meminta ijin meminjam kekuatan Sang Raja)
Seolah menyambut perbuatan Eyang Widarpa , tanah mulai bergetar.. air disendang banyu ireng surut masuk ke dalam tanah..
terlihat akar pohon beringin yang lebih besar di bawah kaki Eyang Widarpa.
Sebuah kekuatan merasuki keris ragasukma yang ditancapkan oleh Eyang Widarpa.
Merasa akan adanya bahaya, Andaka mengejar Eyang Widarpa dan menyerangnya.
Namun Cahyo cukup cepat untuk memukulnya sekuat tenaga. Walapun tidak bisa melukai Andaka ,setidaknya Cahyo bisa memberi waktu.
“ Gunakan Api Baraloka sekali lagi sebesar yang kalian bisa! ” Perintah Eyang Widarpa.
Aku dan Pak Sardi membacakan mantra pembakar menggunakan api Geni Baraloka yang sudah membesar. Sekali lagi tubuh aswangga terlihat menolak kekuatan kedua demit patih dari tubuhnya.
Eyang Widarpa menarik keris ragasukma yang telah diselimuti kekuatan dan menghujamkan ke jantung setan itu.
Keris itu benar-benar menusuk dalam ke jantungnya,
kekuatan dari dalam keris melemahkan kekuatan kedua setan patih kerajaan itu dan kekuatan geni baraloka berhasil melepaskan tubuh aswangga dari roh Andaka .
Tak melewatkan kesempatan ,
Eyang widarpa menarik roh iblis itu mencabik-cabiknya dan menghabisinya dengan keris ragasuka yang tergenggam ditanganya.
Suarang mengerang terdengar di seluruh alas mayit, seolah menAndakan kekalahan setan itu dari pertempuran ini.
…
…
Keheningan yang cukup lama terasa di tengah hutan yang gelap ini. hampir tidak ada sisa kekuatan di tubuh kami setelah serangan terakhir tadi. Eyang Widarpa masih terduduk diatas waturungin tepat diamana jasad sang raja dikubut.
Kami mencoba berdiri dan menghampiri eyang.
Dan Ia mencoba berdiri sambil menatapku.
“Danan.. saiki wis rampung “ (Danan.. Sekarang sudah selesai) Ucap Eyang Widarpa padaku.
Tunggu… kali ini eyang memanggilku dengan nama , bukan lagi bocah asu!
“ Iya mbah.. kita bisa kembali sekarang ” aku membalas ucapan Eyang Widarpa.
“ Tidak… urusanku sudah selesai di alam ini “ Lanjut Eyang Widarpa.
“ Maksud eyang …. Apa?” Aku tidak mengerti dengan apa yang Dikatakan Eyang Widarpa.
“ Jasad sang raja sudah ditemukan , kekuatan kedua patih sudah sirna.. sudah tidak ada lagi yang bisa membangkitkan kutukan Gending alas mayit, Nyai suratmi juga sudah tenang di alam sana… aku sudah tidak ada urusan lagi di alam ini” Jelas Eyang Widarpa pada kami.
“ Berarti saat ini eyang sudah tenang?” Cahyo mencoba memperjelas maksud Eyang Widarpa.
Eyang hanya mengangguk , sebenarnya aku cukup sedih walaupun eyang kadang kasar dan tak terkendali, tapi ia sudah menyelamatkanku berkali-kali.
“ Danan mengerti eyang.. rasa terima kasih Danan ga akan cukup, tapi saat tau eyang sudah bisa pergi.. Danan ikut senang” Ucapku pada Eyang Widarpa
Sebuah kekuatan besar akan sirna dariku , entah nanti apa aku sanggup saat menghadapi musuh seperti Andaka maupun brakaraswana.
“ Simpan lagi keris ragasukma kedalam sukmamu… lafalkan mantra leluhur itu itu saat kamu dalam bahaya” Eyang widapa memberikan keris ragasukma kembali padaku.
“Apa Eyang Widarpa akan datang saat aku membaca mantra itu?” Tanyaku
Ia hanya menggeleng.
“ Keris Ragasukma itu adalah hadiah sang raja saat aku menyelamatkanya keluar dari kerajaan , dan mantra itu kubuat untuk melindungi keturunanku “ jelas Eyang Widarpa.
“ Saat kamu membaca mantra itu dengan keris raga sukma digenggamanmun, leluhurmu yang lain akan datang membantu”
Sepertinya aku mengerti dengan yang dimaksud Eyang Widarpa , namun aku khawatir … makhluk apa yang akan datang saat aku menggunakan mantra itu lagi.
Eyang Widarpa menoleh ke arah Pak Sardi.
“ Jaga desa windualit , jadilah kepala desa dan gunakan api geni baraloka untuk membersihkan seluruh hutan ini” Pesan Eyang kepada Pak Sardi.
“ sampaikan salamku pada Pakdemu…. “
Eyang berpaling dan berjalan meninggalkan kami, rohnya menghilang bersama rintikan hujan yang mulai reda
..
..
Pagi mulai datang , kami kembali ke desa, terlihat sekar masih sibuk mengurus warga desa yang terluka tapi sepertinya cukup banyak warga desa yang sudah sehat dan ikut membantu.
Kami memutuskan tinggal beberapa hari sambil sedikit membantu memulihkan kondisi desa setelah hilangnya kutukan gending alas mayit.
Di sisa waktu kami disana, kami saling bertukar ilmu dengan Pak Sardi dan menikmati keindahan alam di desa windualit yang sebelumnya tertutup oleh kutukan.
“ Mas Danan , Mas Cahyo.. yakin udah mau pulang? Tinggal disini lebih lama juga ga masalah kok”
Ucap Pak Sardi saat kami bersiap untuk kembali.
“ tuh Cahyo.. mau tinggal disini ga? Tar kangen lagi sama sekar” Ujarku sambil meledek Cahyo.
“Enak aja… kalo kangen kan tinggal main ke sini lagi, iya kan sekar?” Ucap Cahyo sambil melirik ke arah sekar.
“ Iya.. mas Cahyo bisa kesini kapan aja kok , langsung ngajak orangtua juga ga papa” Sekar menjawab ucapan Cahyo dengan tersipu malu.
Aku tertawa kecil , tapi rupanya tidak dengan Cahyo.. iya termenung saat sekar berkata mengenai orang tua Cahyo.
“ Heh… lampu ijo tuh! “ aku menepuk bahu Cahyo menyadarkanya dari lamunanya.
“ Eh.. iya, ya udah… kami ijin pamit ya , sekar jaga baik-baik kedua orangtuamu ya” Ucap Cahyo pada sekar dan segera kami meninggalkan desa windualit, desa terpencil di kaki gunung merapi yang menyimpan banyak misteri.
*** Selesai ***
EPILOG
“ Radio tengah malam , masih bersama saya Ardian penyiar favorit kalian..
Ada kabar baik nih dari temen kita yang bernama Cahyo, kabarnya dia sudah berhasil menyelesaikan permasalahan kutukan Gending Alas Mayit..
Selamat ya buat kalian dan desa windualit , Kalian memang orang-orang hebat!
Oke.. karna sudah tiga cerita kita bacain , saatnya kita pamit, selamat beristirahat, radio tengah malam undur diri…”
“Oke bungkus!” Teriak Dika dari luar ruangan.
Secangkir kopi sudah disiapkan oleh Dika di ruang tunggu .
“Lu emang partner terbaik Dik , hujan-hujan gini emang paling enak ngopi” Ucapku pada Dika yang hanya dibalas dengan jempol di tanganya.
Aku menyeruput kopi buatan Dika dan merebahkan tubuhku di sofa.
Namun aku merasa ada yang aneh. Sayup sayup terdengar suara gamelan mengalun di ruangan ini.
“ Dik.. Dika! Kamu denger itu ga?” ucapku pada Dika
“Denger apaan? Gw masih ngebuat playlist nih…. “ Jawab Dika dengan santai.
“ I… Itu… ada suara gamelan “ Aku menghampiri Dika dan membuka headsetnya.
Ia berdiri menghampiri jendela dan menajamkan telinganya.
“ Oooh… itu di komplek sebelah lagi ada hajatan , katanya nanggep wayang kulit.. kita juga diundang kok , tuh undanganya”
Ucap Dika sambil menunjukan undangan yang tergeletak di meja.
“ owalah , gua kira itu kutukan masih nyangkut di kita… “ lanjutku yang segera melanjutkan menyeruput kopi sekali lagi.
Setelahnya kami hanya sibuk dengan kesibukan masing masih sebelum bersiap untuk pulang.
Namun tak seperti biasanya suara pintu diketuk dengan lambat…
“Dik ada yang ketok pintu? “Tanyaku pada Dika.
“Iya kayaknya… lu bukain dulu dah, gua dikit lagi selesai “ perintah Dika padaku.
“ wokey.. lu kelarin aja dulu” aku segera berdiri dari sofa dan mencoba mendekati pintu. Namun lampu tiba-tiba berkedip dengan tidak wajar dan angin dingin berhembus di leherku.
“… Jangan dibuka… “ Suara berbisik terdengar dari belakang punggungku.
Aku tidak menghiraukan,namun kedipan lampu menjadi semakin cepat dan mengerikan. Saat langkah kakiku mendekat menuju pintu , muncull sesosok makhluk pria seumuranku dengan wajah yang hancur..
Itu hantu nandar , seharusnya ia tidak akan muncul bila aku tidak menyalakan korek dari paklek…
Aku heran dengan apa yang terjadi , Hantu nandar hanya menatapku dan kali ini berbicara dengan berteriak di hadapan wajahku
“ JANGAN DIBUKA!!!”
….
….
( Tamat)
Catatan Penulis :
Sebelumnya saya ucapkan terima kasih buat supportnya buat semua pembaca dan akun2 horror lainya
Di catatan ini saya sedikit menjawab pertanyaan dari sobat horor mengenai kisah ini..
Mengenai Gending Alas Mayit ini merupakan cerita yang saya dapat dari seseorang warga desa (Nama desa sudah disamarkan) , konon kutukan gending alas mayit ini pernah terjadi di antara tahun 80 an..
Tapi untuk tokoh dan alur cerita merupakan pengembangan untuk melengkapi kisah ini.
Mengenai desa windualit sendiri saat ini sudah lebih modern dan mulai terbuka dengan wisatawan ,
pemerintahpun sudah melihat potensi wisata di sana. Walaupun terkadang katanya warga masih sering mendengar suara gamelan, namun bukan suara kutukan seperti dulu.
Kalau kalian suka travelling , saat desa ini sudah semakin berkembang , mungkin kalian akan sampai ke desa ini. walaupun mungkin kalian tidak akan sadar tempat yang kalian datangi adalah lokasi terjadinya kutukan gending alas mayit…
Terakhir dari saya , mohon maaf apa bila dari cerita saya ada yang menyinggung dan sampai ketemu di cerita berikutnya.
Suara alunan gamelan yang mendayu-dayu terdengar dengan sangat indah , tetesan air yang jatuh ke sendang membuat suara itu menjadi terlalu nyaman untuk didengar. Namun sayangnya suara ini berasal dari demit-demit di alas mayit.
Indahnya suara gamelan itu memancing seluruh penghuni alas mayit untuk berkumpul di tempat ini, mulai dari pocong, makhluk raksasa bertubuh besar, hingga mayat-mayat dengan tubuh yang tak berbentuk menyaksikan kami dari seluruh penjuru hutan, seolah menyaksikan suatu pertunjukan.
Hari ini sebenarnya bukan hari yang kutunggu-tunggu , Karna… mulai hari ini aku akan pindah sekolah dari ibu kota ke sebuah sekolah di daerah pegunungan lengkap dengan asrama tempat aku akan tinggal nanti.
Sepanjang perjalanan aku hanya menikmati pemandangan sambil memikirkan bagaimana kehidupanku di sana saat berpisah pada kedua orang tuaku. Tinggal di asrama sama sekali tidak pernah kubayangkan , apalagi aku sering mendengar mengenai kenakalan anak-anak asrama.
Disclaimer : Nama desa dan tokoh bukan nama sebenarnya
Kejadian ini terjadi di suatu desa perbatasan jawa tengah dan jawa timur , tepatnya di era 80an ketika pembangunan belum menyeluruh hingga ke kepelosok pelosok desa.
Sebuah desa , sebut saja namanya desa Jatialas merupakan sebuah desa yang dikenal dengan hasil kerajinan tangan yang menjadi komoditas desa.
Perkenalkan , aku Rani .. salah satu warga desa Jatialas yang hidup sangat berkecukupan di desa ini.
“Nggak… Jasad itu harus kita kuburkan di suatu tempat,gua ga mau masuk penjara” Ucap rifki pada teman-temanya yang sedang panik.
“Gua gak setuju , kita harus bawa ke rumah sakit.. siapa tau dia masih bisa diselamatin” Kali ini aku memberi pendapat, namun ditolak mentah mentah oleh kedua rekanku.
“Gila! Lu sendiri udah ngecek kan? Nafasnya udah ga ada…
Sudah satu minggu aku tinggal di kampung ini , Kampung Sukmaraya yang terlelak di kaki gunung Gede. Sebenarnya tujuanku ke sini adalah untuk mengurus berkas-berkas, untuk persiapanku melamar kerja di kota asalku di jogja.
Dulu aku sempat tinggal cukup lama di sini, sampai akhirnya, aku Pulang kejogja dan belum sempat merubah berkas kependudukanku.
Perkenalkan namaku Dananjaya Sambara , panggil Danan saja. Setelah lulus , aku bekerja di pabrik gula pamanku di area klaten ,
Desa Windualit , Sebuah desa terpencil yang jauh dari sosok hiruk pikuk Perkotaan. Pemandangan indah gunung merapi selalu setia menemani pagi setiap warga di desa ini. #ceritahorror#bacahorror@bacahorror#gendingalasmayit
Sama sekali tidak ada yang istimewa di tempat ini, bahkan desa ini masih jauh dari kesan modern. Rumah-rumah disini masih dibangun dari kayu , bahkan listrikpun baru masuk beberapa tahun yang lalu itupun hanya cukup untuk lampu-lampu rumah.
Wajar saja , untuk keluar atau masuk Desa Windualit kami harus melalui jurang sejauh ratusan meter. Kendaraan bermotor hampir mustahil mencapai desa kami. Namun warga desa ini sudah terbiasa memenuhi kebutuhan hidup dari hasil bercocok tanam.