Tembok berbahan habel tersusun lurus memanjang menjadi sekat pembatas antara 2 hunian yg berbeda cerita.
Dimana hunian pertama merupakan panggung penuh drama yg saat ini kita jalani, yap hunian dalam arti sebenarnya alias rumah tempat kita berteduh.
Dan hunian ke 2 iya lah tempat bagi mereka bernaung, ketika nafas tidak lagi berhembus.
Entah apa yg ada dipikiran Ayah? hingga beliau mengambil perumahan tepat bersebelah dengan lahan pemakaman umum (TPU), malah rumah yg dipilih pun merupakan rumah yg berbatasan langsung dgn tembok penyekat antara TPU dan lingkungan komplek.
Tak ada sedikit bayangan dlm benak, bawasannya kuburan akan menjadi pemandangan dikala pagi dan malam, belum lagi bayang bayang rupa ujut para dedemit seperti tergambar dengan sendiri, menghadirkan rasa takut di dalam batin.
Hal itulah yg aku (Rizky) dan adik semata wayang ku (Rian) pikirkan di hari pertama kami menempati rumah ini.
Namun apa mau dikata, ayah sudah bersabda, dan rumah ini setidak nya menjadi hunian yg bagus, dari pada kami harus trs mengontrak, begitulah bunda tercinta coba untuk menberitaukan kami.
Walau diakhir cerita ketakutan itu memang tdk berlandas, dan hal mistis tdk pernah bersinggah menyapa kami.
Lambat laun kami pun terpaksa membiasakan diri hidup bersahaja dengan mereka yg tinggal nama.
Singkat cerita, 3 tahun lebih kami mendiami rumah tersebut, dan tdk ada hal aneh yg terjadi, bahkan hamparan pemandangan kuburuan atau prosesi pemakaman sudah menjadi hal yg biasa kami lihat.
Sama seperti sore itu, rmbongan manusia tampak mengotong kranda, sdh pasti ada yg berpulang hari ini.
Langkah mereka trs berjalan, hingga membuat ku terkaget, tatkala baru kali ini lahan yg digunakan, sngat dekat dengan posisi rumah berada, jrk yg mngkin tak lebih dr 3 meter.
Aku sempat heran, karna dalam hemat ku seharusnya sudah ada kuburan lain disana, terlebih TPU itu juga bukan TPU yg baru dibuka.
Dan yg lbh gila lagi, dengan tidak sadar, aku malah mengikuti prosesi pemakaman secara tdk langsung, karna memang antara komplek dan tpu itu hanya berbatas dinding yg tak lebih dari 2 meter, dimana mata ku masih dapat menyaksikan pemakaman jenajah itu dgn sedikit berjinjit.
Aku seperti Terhipnotis, mata ku terus melirik tajam detik demi detik prosesi itu, walau diri ini berada di komplek dan merekan ada Di area TPU, aku malah menjadi org terakhir yg pulang dari pemakaman itu.
Sempat diri ku ini iseng naik ke atas tembok, hanya untuk melihat makam baru itu.
*Anisa Cahya Binti Legiman* spontan nama almarhum ku baca, bawasanya yg baru saja di kebumikan adalah seorang wanita yg berpulang di usia 28 tahun.
Mungkin karna sudah 3 tahun berada disana, tdk ada rasa ngeri terlintas, hanya saja (mohon maaf), bila biasanya kubur baru identik dengan bau serta tebaran bunga bungaan, namun saat itu Aku mencium bau yg sangat busuk seperti berasal dari lahat yg baru ditutup itu.
Lupa menjelaskan sedikit tentang diriku, saat itu aku berstatus pelajar yg baru saja mengenakan seram abu abu, sementara adik ku duduk di bangku kelas 2 smp.
Ayahanda merupakan staf kontraktor, yg tak jarang harus melalang buana tak kala job proyek telah tiba.
Sementara ibunda merupakan wanita karir yg mendedikasikan waktu sepenuhnya untuk merawat serta mendidik ke 2 anaknya.
Saya tidak suka bhasa ibu rumah tangga, karna bagi saya menjadi ibu yg seutuhnya merupak profesi yg paling mulia, dibanding mereka para wanita kurir kantoran.
Balik lagi ke cerita, keesokan hari , kala mentari belum sempurna terbit komplek Citra Heaven (bukan nama sebenarnya), dikejutkan oleh Cerita Kang Udin (scurity komplek tempat kami tinggal).
Pagi itu Kang Udin ditemukan warga tertidur di area makam, tak khayal kala dia terbangun, badanya terasa lemas, suhu badanya tinggi malah beliau langsung di larikan ke Puskesmas, karna dia kembali pingsan.
Kabar burung berhembus cepat dari mulut ke mulut, hingga semua warga komplek di hebohkan dengan cerita penampakan Kuntilanak.
*Iya, Ada cewek minta tolong, tau nya Kuntilanak*
Seperti itulah pembicaraan setiap rumah hangat membahas kejadian yg menimpa kang udin.
Sejak peristiwa itu, Kang Udin enggan melanjutkan kerja sebagai satpam di komplek, malahan cukup susah bagi warga kami, tuk mencari penganti kang udin, sangkin cepat nya kabar mistis itu menyebar. Alhasil untuk shift malam dijaga oleh warga secara bergantian.
Malam itu ayah serta seorang warga lain (Pak Karim) mendapatkan jatah berjaga, karna saat itu bukan malam minggu, tentu saja minim tenaga bantuan yg menemani.
Belum lagi rintik hujan sayu berjatuhan, yg semakin membuat keadaan komplek tak ubahnya mirip dgn keadaan area sebelah.
dari pengakuan ayah, sekitar jam 1 ayah sempat meningalkan Pak karim sendiri, beliau pulang kerumah untuk menunaikan hajat yg sudah tdk dapat ditahan.
Tdk lama hanya 15-20 mnit, ayah sudah kembali ke pos penjagaan, Ayah mndapati keadaan pos kosong, dgn gerbang komplek yg terbuka
Ayah sempat merasa takut, segera diambil nya hp dan menelpon Pak karim.
Kring... Kring....Bunyi Hp itu dkat terdengar, dan ternyata hp pak karim terringal di Pos.
Dalam pikiran ayah, mngkin Pak Karim juga kebelet dan plang kerumah.
Tapi siapa yg membuka Gerbang? Apa ada maling pikir ayah sejenak.
Seorang diri ayah sempat berjalan dan menoleh kesekitar, memastikan tdk ada maling yg bertamu kala itu.
Ayah juga masih berpikir Pak Karim akan kembali, karna Hp nya tertinggal di dalam pos.
Dan ketika Ayah hendak mengunci gerbang itu, satu suara terdegar lembut menyapa nya.
*Pak.. Pak... Jgn di tutup dlu *
Teriak seorang wanita cantik.
Ayah terdiam, karna tdk mengenali wanita itu.
*Mbak siapa? dari mana?*
Tanya ayah padanya.
* Saya Cahya Pak, saudari Pak Karim, maaf mengangu malam malam*
Ucap wanita itu.
Ayah tdk langsung percaya, dan masih memberikan pertanyaan lain, terlebih sudah jam 1 lwat, mau kemana wanita pergi, pikir nya lagi.
*Lah rumah saya cuma di depan situ pak, jalan 2 menit juga sampai*
terang nya.
Ayah mulai mempercayainya, karna memang Pak Karim merupakan warga asli setempat, terlebih lagi ayah mendapatkan penjelasan bahwa wanita itu berkunjung tuk mengantar obat.
Ayah tdk membantah, dibukakannya sedikit gerbang sebagai akses keluar, hanya sekian detik kejadian itu terjadi, sebelum satu teriakan mengagetkan dirinya.
*aaaaaaaaaaaaaaa Setannnn......*
Teriak seorang wanita yg berasal dari salah 1 rumah di komplek.
Beberapa warga tampak keluar, pergi menuju ke arah suara, begitu juga ayah, yg sejenak terlupa akan sosok wanita yg tadi ditemuinya.
Suara itu brsumber dari rumah Pak Karim, Istri Pak karim tergulai pingsan di teras rumah, sementara seorang anaknya menangis sedu tpt dismbpingnya
Sigap mereka bergegas menolong Bu Karim, anak mereka yg masih balita jua tdk dapat memberikan sebab akibat apa yg terjadi.
Malah Ayah yg menjadi sasaran pertanyaan, karna Pak Karim ternyata tdk ada drumah pada saat itu.
Belum lagi cerita ayah prihal sosok wanita yg tadi menemui
Semakin membuat pertanyaan menyerang Ayah malam itu,
Semua menjadi heboh, warga terpaksa harus bangun dari tdur lelapnya, belum lagi sosok wanita tersebut sudah tdk ada di pos, semakin menambah kepanikan akan keberadaan Pak Karim berada.
Tak Khayal komplek kembali heboh dgn cerita mistis, terlebih setelah mereka menemukan Pak Karim ternyata pingsan di salah satu makam (TPU), yg ada disebelah komplek.
Tepat di jam 3 dini hari, keadaan komplek terasa ramai, tdk hanya para lelaki, kaum wanita bahkan anak anak pun tak luput mencari informasi mengenai apa yg menimpa Pak Karim dan keluarga, rumah pak karim sesak menampung warga yg silih berganti datang tuk melihat keadaan.
Menjelang Adzan Subuh berkumandang, baru kondisi Pak Karim dan Istri nya bisa diajak berbicara.
Pak Karim menuturkan tadi ada seorang wanita yg hendak meminta tolong diantarkan pulang, wanita itu terlihat sedih dan gelisah, malah nangis kata Pak Karim menyeritakan.
Pak karim sempat meminta wanita itu menunggu, karna saat itu ayah pulang, dan beliau sendiri di pos.
*Tapi entah kenapa saya manut, ya udah lagian katanya rumahnya cuma diujung depan pengkolan, kalau jalan paling 5 mnitan* ucap Pak karim pada kami.
Ditengah perjalanan lah Pak Karim mulai merasa keanehan, tak kala wanita itu bertanya prihal kuntilanak yg sempat menjadi bahan pembicaraan warga sekitar.
*Wong tadi nangis trs ngomong Saya Takut pak, rumah saya dekat kok disitu, kok tiba tiba nanya itu, hadeh merinding aku pak* seru Pak Karim melanjutkan cerita.
Saat itu malah harum bunga melati kental tercium, tp pak karim tetap menceritakan setau yg dia dengar, bahkan sedikit melebih lebihi hanya untuk bercandaan saja.
Hanya saja tak kala Pak Karim mendeskripsikan bentuk Kuntilanak itu.
Sosok Wanita itu malah berkata padanya.
*Kayak gini dunk wajah nya pak*
Pak Karim terkaku, takut akan apa yg ada di depannya, Teman yg sedari tadi bersamanya merupakan Kuntilanak yg sedang menjadi bahan pembicaraan warga.
Sosok wanita itu sungguh sangat mengerikan, setengah wajah nya gosong dengan daging yg menganga penuh dengan belatung.
Hi...Hi..Hi...
Suara Kuntilanak itu yg membuat Pak Karim lari tungal langang.
*Aku dikejar mas, baju ku kyak ditarik tarik, ampai aku jatuh, wajah nya tepat ada di depan mata ku, nah tau tau aku pingsan, dikuburan lagi* ucap pak Karim.
Beda hal nya Pak Karim, Istri nya malah mengaku rumah di ketuk oleh suaminya, dia sempat bingung karna Pak Karim seharusnya membawa kunci.
*Aku buka tu pintu, bapak mukanya pucat, trs dduk di teras, ya aku ikut, tak pijati tak ajak ngomong,
Tau tau ada org nangis, tak lihat yg tak pijat dah jadi Kuntilanak,takut aku Pak* seru Ibu karim terbatah, dia merinding mengingat kejadian gila yg baru dialaminya.
Exsitensi sosok Kuntilanak tersebut semakin viral, seharian setiap rumah hanya membahas prihal hal terkait, tidak hanya dikomplek kami, bahkan warga diluar kompek pun membicarakan hal yg sama.
Banyak pertanyaan siapa sosok wanita yg menjadi demid tersebut, karna sblmnya tdk ada horor seperti ini terjadi.
Singkat cerita, dalam semingu adanya saja warga yg menjadi korban keusilan kuntilanak itu, pasti setiap harinya 1 warga ditemukan pingsan di area TPU.
Tidak lagi warga komplek, warga diluar komplek pun mendapatkan terror yg sama.
Begitu juga aku, kurang lbh sebulan dari pristiwa terakhir, teror demid bergaun putih itu sedikit menurun, walau masih ada yg melaporkan kejadian serupa.
Malam itu diri ku merasa gerah, dan ingin sejenak bersantai sembari menikmati segelas kopi pahit yg baru ku seduh.
Sendiri aku asik menikmati malam, sembari bermain game dari Handhone, kondisi saat itu hanya ada aku, adik dan ibunda tercinta, Ayahanda kembali berpetualangan seiring proyek yg kembali berjalan, malah kala itu lebih dari 4 bulan kedepan kami hanya tinggal ber 3 dirumah ini.
Malam semakin larut dan aku masih asik dengan Hp yg tergengam ditangan, buat apa takut pikir ku, wong aku juga di berada di rumah sendiri, ku usir ketakutan dan tdk mengacuhkan kabar miring yg nyatanya aku pun tdk pernah melihat.
Tring... Tringg.. terdengar suara nyaring seperti hempasan pasir yg berjatuhan di loteng. Aku terdiam, ku lirik ke atas dan suara itu masih terdengar.
Buss...
Lemparan pasir tetiba menghamtam wajah, aku terkaget dan membuat gelas yg ada disebelah jatuh, ku lihat sekilas siapa yg melakukan itu, namun tiada seorang pun disana.
Ku pastikan kembali, aku menilik lantai dan benar adanya ada pasir yg terlempar kewajah ku, saat itu aku kembali teringat akan sosok Kuntilnak itu, tergesah aku bangun hendak masuk dalam rumah.
Brak .. Brak...
Kunci rumah pun tak dapat, terbuka, aku langsung panik.
* Dek.. Dek.. Buk,.. Pintunya dikunci ya*
Teriak ku dari luar.
Firasat malam itu sungguh sangat tdk mengenakan, belum lagi aroma bangkai sangat busuk kembali tercium, tangan ku kembali gemetar memaksa agar pintu itu dapat terbuka.
Hei... Hei...
Terdengar suara yg memangil,
Hei.. Hei..
Suara itu kembali memangil..
Ku tolehkan pandangan menatap ke arah suara,
*Astagfirullah* Ucap ku keras ,
Aku melihat kuntilanak itu bergelantungan di tembok pembatas TPU dan komplek, wajah itu sama dengan apa yg aku dengar selama ini, dia tersenyum kepada ku, seperti bahagia mlihat ku ketakutan.
Aku tidak memiliki kebaranian untuk saling bertatap dengan kuntilanak itu, tangan ini terus menguncang pedal pintu.
*Dek.. Buk.. Tolong buka pintu*
Seru ku terus menerus yg sudah diselimuti rasa takut yg teramat sangat.
Hi..Hi..Hi...
Tawa itu terdengar sangat dekat, hawa pun tetiba menjadi dingin. Aku terpaku, diam memegangi pedal pintu sembari menutup ke 2 kelopak mata, tatkala kurasakan 1 tangan memegang pundak ku, smbari mengoyangkan jarinya seperti memberikan isyarat tuk menoleh ke arahnya.
Ku buka sedikit Mata ku, melirik kearah tangan itu, tangan yg penuh dengan borok dan luka, kuku nya panjang mengurai berwarna kehitaman.
Melihat itu sontak membuat ku semakin
histeris, Aku berteriak sejadinya sembari
mengedor pintu rumah yg tak kunjung terbuka, dan semakin keras aku berteriak, dia pun semakin tertawa kencang.
Hi....Hi...Hi.....
Kekrisisan akan iman mebuat ku hanya bisa terduduk bersender dipintu itu, mulut seperti sudah berteriak sekencang kencangnya, tapi apa daya hanya kata kata seperti gerangan yg keluar,
*Aaa...aaaaaaaa......*
Seperti semua kata yg ingin ku ucap tertahan di rongga tenggorokan.
Lama terasa kejadian itu berlalu, berkali kali mata tertutup dan ku buka berharap Kuntilanak laknat nan menyeram kan itu segera pergi, namun ttap saja sosok demid ini berada tepat di hadapku ku, dan tak ada yg lebih horor ketika kulihat mulutnya memuntahkan darah dan belatung.
Darah dan belatung itu tak henti bercecer dilantai tepat dimana aku terduduk, badan ku terasa tak bertulang, keringat dingin tak henti mengalir di dahi, menyaksikan peristiwa mengerikan itu.
Tap.. Tap..
Terasa tangan menepuk kembali pundak ku.
*Kak .. Kak.. kamu kenapa*
Teriak ibu dari arah belakang.
*Ada buk, Aku ga bohong, tadi dia pas di depan ku* kata ku kembali.
Aku bangun dari duduk ku, Wajah ku masih pucat dengan jantung yg berdebar kencang, ku lirik segala penjuru, memastikan kejadian yg baru terjadi. benar sosok itu tdk ada.
Ketenangan itu hanya sementara, ternyata itu belum berakhir, dia masih menyiapkan satu kado kejutan bagi ku.
*Iya kamu ga bohong, aku percaya.
Hi.. Hi..Hi...*
Terdengar suara lirih tepat di belakang, bukankah tadi ibu dibelakang?
Kenapa suara itu sangat mengerikan?
Ku putar badan perlahan, dan kembali aku histeris hingga pingsan ketika Kuntilanak itu yg ternyata berada di belakang dan pintu itu nyata nya masih tertutup.
Kepala ku terasa nyeri, perlahan ku coba melihat sekitar dengan pandang yg masih berkunang.
*dimana aku? ini bukan di rumah*
ucap ku dalam hati.
Jauh aku memandang ke arah depan, hanya hamparan kosong yg ku dapati.
Belum juga seutuhnya roh di dalam raga menyatu, satu pandangan ku tertuju menilik sekelabat bayang putih yg sedari tadi seperti bergerak dengan cepat.
Kilasan itu, muncul sesekali, dan seperti sedang mengarah pada ku.
Lagi dan lagi, aroma busuk kembali tercium menyegat di hidung, aku kembali was was, dengan kaki yg terasa linu, tubuh ku gemetar, seakan paham kuntilanak itu masih akan mengangu.
Ketakutan ku kian menjadi nyata tatkala suara tangis terdengar berdengung di hening malam.
*Hikss.. Hiksss...*
Sayu Tangis itu berasal dari seorang wanita yg duduk tak jauh dari tempat ku berdiri.
Hanya 4 meter jarak diantara kami, yg membuat jantung ku kembali berdebar cepat.
Pelan langkah ku berjalan mundur, sembari tetap mengarah ke sosok wanita itu, karna ku yakin wanita itu pasti sosok Kuntilanak yg sedari tadi mempermainkan ku.
Perlahan langkah ku mulai menjauh dari dirinya, Ku atur nafas mengatur strategi akhir untuk berlari sekencangnya.
1... 2...3...
Ku balikan badan da mulai berlari,
Brakkkk.....
Langkah ku langsung terhenti, tbuh ku jatuh akibat membentur sesuatu.
*Anjrit, sakit bgt*
Langsung ku coba berdiri, dan kembali berlari, hanya saja aku tidak mampu, tubuh ku bergedik hebat.
Bukan karna dia kembali muncul dihadapan ku, tetapi karna apa yg tadi membuat diri ini terjungkal.
1 makam ada disana, dan nisan dari makam itu lah yg tadi membuat langkah ku tersandung.
Mata ku tajam menatap Nisan, membuat Aku menyadari siapa sosok Kuntilanak yg selama ini mengangu warga.
Batin ku berkata apakah dia sosok wanita penghuni kuburan baru itu?
* Anisa Cahya Binti Legiman*
Lisan ku membaca tertatih tulisan pada kayu itu.
Dengan sisa tenaga, dan tubuh yg sangat gemetar, ku balik kan badan menghadap ke arah suara tangis yg tak henti sedari tadi.
Sosok itu tak lagi dalam posisi duduk, walau dia masih berada di posisi yg sama, namun penampakannya tdk lg dalam ujud manusia.
Hi....Hi....Hi......
Tawa nya kembali bergema, seiring dengan penjenangan asli dari ujud nya.
Kuntilanak itu kembali ada di hadap ku, menatap tajam dengan sedikit senyum tipis dari wajahnya yg penuh dengan borok luka.
Darah seperti turun dengan cepat, aku kembali terduduk lemas seperti akan pingsan kembali, pandangan ku mulai kabur.
Sekilas ku lihat Kuntilanak itu sudah berada di depan ku.
Hi...Hi...Hi...
Dia kembali tertawa dgn wajah nya yg sdh menempel di muka ku.
Mudah di tebak, aku ditemukan di area pemakaman, hanya saja lebih gila dari kejadian Kang udin dan Pak Karim.
Tdk lama bagi warga menemukan ku, ketika ibu mendapati diri ini tdk ada di rumah, dan jam sudah menunjukan 12 malam.
Sigap ibu meminta bantuan warga untuk mencari, dan belajar dari kejadian sebelumnya TPU menjadi tempat pencarian pertama.
Disana lah tubuh ini terbaring disalah 1 makam yg ada, namun hal yg lebih konyol, ketika aku terbangun.
Aku tersadar menjelang Magrib tiba, dengan kata lain diri ini hampir seharian tidak sadar kan diri.
Tatkala mata terbuka, sudah ada ibu dan ustad serta beberapa warga yg sedang melantunkan doa kala itu.
Dan penjelasan dari ibu selang sehari setelah diri ku tersadar, sedari di temukan aku terus mengigau, serta demam tinggi.
Bukan hanya itu, nama Anisa Cahya binti Legiman acap kali terucap dalam ngigauan ku, ucap ibu pada ku.
Karna Ngigauan itu jua, warga jadi mencari makam terkait dan menghubungi sanak keluarga dari almarhumah, namun agak lama pihak keluarga menangapi keluhan warga tersebut.
Bahkan sempat terjadi cekcok ketika ada pihak kelurga datang memenuhi panggilan tersebut.
Mereka tdk dapat menerima perkataan warga bahwa sosok almarhum gentayangan, bahkan menjadi kuntilanak yg acap kali menebarkan teror.
Terus apakah semua berakhir selang pertemuan itu?
Tentu saja tidak kakanda, tidak semudah itu semua berakhir.
Hanya saja saya ngantuk berat, dan Mbak kunti juga mau rehat dlu.
Bsk kita lanjut sampai end ya sahabat Nyata.
Salam Hi... Hi...Hi...
Jgn lupa RT dan Like
Sebelum bobok silahkan di dengar.
Kali dia ada disamping mu.
Salam Hi...Hi..Hi...
Kisah Teror Kuntilanak semakin intens terjadi yg membuat warga kian resah.
Kunti si Cahya Penghuni Kuburan Baru, begitulah sosok demid itu mendapatkan panggilan dari sekitaran warga TPU, termasuk warga kompleks tempat ku bernaung.
Hujan rintik jatuh membasahi tanah, hari baru saja meranjak menuju malam, Suara Adzan Isya merdu terdengar.
Dari ujung pengkolan satu kendaraan roda 2 pelan melaju, seorang gadis tampak mengendari nya, dia terlihat bingung menilik kanan dan kiri mencoba menemukan rute terbaik menuju rumah sanak saudara nya.
Gerimis kala itu membuat warga malas untuk berkeliaran yg pastinya membuat jalanan terasa sepi, wanita itu tdk tau harus kemana untuk bertanya, hingga pandangannya menatap sosok seorang wanita yg baru keluar dari area pekamanan.
Walau sedikit merasa heran, namun dalam benak si pengendara, mungkin dia baru saja menyekar, dan berharap sosok wanita itu bisa menuntun dia menuju ketempat yg dicari.
Pelan diarahkan nya motor itu melaju hingga menghampiri sosok tersebut.
*Misi Mbak, mau tanya. Kalau alamat komplek ini disebelah mana ya ?* ucap sipengendara sopan.
Wanita itu tdak langsung menjawab, dia terlebih dahulu menatap wajah si pengendara, dan memberikan senyum yg malah membuat pengendara wanita itu bergedi, ada perasaan horor muncul ketika dia melihat sosok wanita itu tersenyum
*Tau mbak, ini komplek rumah saya, disitu* balas nya sembari menunjuk ke satu arah.
*Boleh saya nebeng sekalian mbak, hitung hitunhg ngantari mbak kesana, dekat kok* ucap nya kembali sekaligus meminta kepada pengendara tersebut.
Sebenarnya si pengendara sedikit ragu memberikan tumpangan, tapi karna lagi dan lagi tdk ada pilhan dan wanita itu mengatakan dia juga tinggal dialamat yg sedang dituju, maka dia memperbolehkan sosok itu turut serta bersamanya.
Tak lama perjalanan itu terjadi, kurang dari 5 menit mereka tiba di salah 1 rumah megah bertingkat, sosok wanita yg ditemui si pengendara di TPU, meminta turun tepat di rumah megah itu.
*Stop Mbak, ini rumah saya* Ucap nya.
*Ayok mbak masuk dulu* katanya kembali seraya memegang tangan si pengendara.
Bak terkena sihir, motor itu diarahkan masuk kedalam rumah, pengendara wanita itu sangat terpesona melihat kemegahannya, apalagi saat dia masuk ke dalam rumah. Perabotan kelas 1 menghiasi seisi rumah.
Si pengendara diajak mengitari rumah, hingga langkah mereka terhenti di ruang makan, tertata meja dengan berbagai makanan mewah.
Hnya saja ada hal yg menganjal, untuk rumah seluas dan semegah ini, tidak ada 1 manusia pun yg dijumpai oleh dirinya selain wanita yg sedari td bersma
*Kok sepi ya kak? dari tadi ga ada orang lain selain kita* ucap pengendara itu kepadanya.
*Iya, semenjak kepulangan ku beberapa bulan lalu, rumah ini selalu sepi* katanya dgn wajah yg sedih.
*Maaf, klu kakak tersingung*
*Iya gak apah, kamu belum makan kan? ayo kita makan dulu, nanti selesai makan, kamu saya antar ke sana* seru nya kembali.
Ber 2 mereka duduk, si pengendara tampak menahan ludah, menahan keinginan untuk segera bersantap dengan menu yg pastinya nikmat.
Pengendara wanita itu seperti tdk dapat menahan diri, selang diperbolehkan menikmati makanan, dia mulai mencicipi 1 per satu menu yg tersaji, daging, udang, sayur sayuran.
Tngannya dan mulutnya seperti tdk dapat berhenti padahal sudah sepiring lebih dia melahap
Sembari santap malam itu, mereka semakin akrab, banyak pertanyaan yg dilontarkan si pengendara kepada sosok wanita itu.
Hingga 1 jawaban membuat jantungnya berdetak hebat.
*Maaf kak, kalau boleh tau sebelum pulang kesini memang kakak asli mana? tanya nya.
*Sama seperti kamu* jawab nya singkat.
Pengendara itu seketika merasa aneh, dan tertawa sedikit.
* Ah kakak bisa saja* katanya belum menyadari.
*Iya aku tdk bohong, aku sama seperti kamu manusia*Jawab nya kembali
* ha ha ha. klu dlu manusia sekrang demid dunk kak* jawab pengendara spontan.
*Iya kak* kata wanita itu.
Si pengendara terdiam, makan nya terhenti, jgn bercanda kak, tanya nya.
Hi... Hi.. Hi...
Seketika sosok wanita itu berubah menjadi kuntilanak, dengan penampilan yg sunguh sangat mengerikan.
Rumah mewah itu sirna berganti area pemakan, begitu juga dengan makanan yg ada ditangan si pengendara.
Didapati daging nikmat yg ada ditangan nya berubah menjadi tanah yg dipenuhi belatung dan cacing.
huaaawekkk.... pengendara itu langsung termuntah mengetahui apa yg barusan dia makan.
Wajah nya pucat, dengan tubuh yg sudah tdk dapat dia gerakan, mulutnya seakan terkunci
Seketika itu juga si pengendara pingsan seiring dengan kuntilanak cahya yg berada tepat di wajahya.
Ibu juga mengatakan, menurut penuturan Bu Indah, sosok si pengendara sempat terbangun, dan mendapati diri berhadapan dengan kuntilanak pada ruangan yg hanya berukuran 2 meter, seperti ber 2 dlm 1 lahad,ucapnya.
Aku bergedik, ternyata apa yg ku alami tdk sehoror kejadian itu.
Namun peristiwa akhir itu membawa kabar baik di akhir kisah teror cahya si penghuni kubur baru.
Walau sedikit tidak manusia wi, warga kekeh akan membongkar makam itu bila tdk ada kejelasan dari sanak keluarganya.
Yg akhirnya, sanak saudara almarhumah mengalah dan memugar makam tersebut guna dipindahkan ke tempat lain.
Saat prosesi pemugaran, dari mulut warga pecinta gibah, banyak yg mengatakan kondisi mayat sungguh sangat mengenaskan, dan mengeluarkan aroma yg sangat busuk.
Jangan kan warga yg melihat, malah dari personil keluarga dan pekerja yg membantu saat itu, banyak yg tak dapat menahan diri hingga muntah di sekitaran makam Cahya.
Wallahualam, cukup TUHAN lah yg Maha Mengetahui dan Maha Mengampuni.
Walau rumor itu terus menjadi cerita asupan keseharian, setidaknya semenjak pemugaran makam Cahya, sosok Kuntilanak itu pun tdk pernah lagi meneror warga.
Dan sebagai penutup, semoga Cahya tenang dialam baru nya, dan tdk ada lagi teror dari Kuntilanak Cahya si penghuni makam baru.
2 cangkir kopi panas bertemankan beberapa potong singkong goreng, menjadi teman penghangat 2 pemuda yg sedang bersantai di pos Ronda, sebut saja nama mereka Wido dan Angoro, pemuda berumur 19 tahun warga dusun Giri sekar, salah satu dusun yg ada ada di provinsi Jawa Timur
Keadaan malam itu terasa sepi, kawanan sejabat sepertinya enggan untuk menyusul mengingat gerimis tak kunjung berhenti, hanya mereka ber dua yg menjadi penghuni pos ronda.
Belakangan ini Konten Tawuran lagi hits, banyak narsum yg bercerita kisah yg sebenar nya kelam di masa lalu untuk pembelajaran agar tak terulang buat generasi baru.
Tapi saya kok sedikit pesimis
"bukan meragukan cerita narsum, mau dia bohong apa gak, tidak ada urusan"
yg saya takut kan justru, cerita tersebut malah menginspirasi ke arah yg salah, dan malah justru menciptakan bibit bibit baru dikemudian hari.
kenapa?
yg diambil makna nya justru kerennya menjadi algojo, prajurit perang yg siap mati hanya karna ingin dikata hebat.
itu bukan solidaritas, itu bukan harga diri,
"tapi kesalahan dalam mencari jati diri"
Semoga trend tragedi tawuran saat ini dapat diambil hikmah dari sisi positive, dimana prestasi bukan dari darah yg tertebas tapi menjalankan hakekat sebagai murid yg berguna dikemudian hari.
Ku arahkan pandangan lurus kedepan, menatap tajam singa yang mengaung di ujung sana, satu gerakan yg salah akan membuat ruangan ini menjadi arena pertempuran, pertempuran antara aparat kepolisian dan pasukan siap mati yg berada di pihak Jhony si anjing Gila
Sungguh ironis dan menyedihkan, tapi semua terasa indah dihari yg cerah, diman Kirno menuliskan garis takdir Jhony dalam satu “catatan noda” yg akan mengakhiri era premanisme, pikir ku (Kirno) saat itu.
Tampak kakek tua itu dijamu oleh Pakle (Suami tante Rita) yang kebetulan mengambil posisi duduk diteras, Dia duduk pas disamping Pakle, dan hal yg paling kubenci iyalah tatapan matanya langsung dia tujukan kepada ku.
Sosok itu tersenyum, hal itu membuat aku bergedik, dejavu dengan apa yg ku alami di dalam alam bawah sadar, sungguh aku merasa sangat tak nyaman.
Sesaat setelah kedatangan Sosok tersebut, insiden lain mulai terjadi.