Belakangan ini Konten Tawuran lagi hits, banyak narsum yg bercerita kisah yg sebenar nya kelam di masa lalu untuk pembelajaran agar tak terulang buat generasi baru.
Tapi saya kok sedikit pesimis
"bukan meragukan cerita narsum, mau dia bohong apa gak, tidak ada urusan"
yg saya takut kan justru, cerita tersebut malah menginspirasi ke arah yg salah, dan malah justru menciptakan bibit bibit baru dikemudian hari.
kenapa?
yg diambil makna nya justru kerennya menjadi algojo, prajurit perang yg siap mati hanya karna ingin dikata hebat.
itu bukan solidaritas, itu bukan harga diri,
"tapi kesalahan dalam mencari jati diri"
Semoga trend tragedi tawuran saat ini dapat diambil hikmah dari sisi positive, dimana prestasi bukan dari darah yg tertebas tapi menjalankan hakekat sebagai murid yg berguna dikemudian hari.
Yakin lah banyak dari mereka yg mengangap narsum itu keren
karna =>>
" Pernah menjadi panglima perang, ribut sana sini, bantai sana sini, disegani, dihargai, bernyali, setia kawan dan lain hal nya"
dan minim yg mengangap mereka keren karna sudah menjadi org yg lebih baik.
Dan diakhir tulisan singkat ini.
Tidak ada maksud apa apa, atau menyudutkan pihak mana pun.
Hanya asumsi awam saya menterjemahkan pandangan akan ucapan yg sering disebut khalayak luas dengan nama
"Tawuran"
-end-
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Ku arahkan pandangan lurus kedepan, menatap tajam singa yang mengaung di ujung sana, satu gerakan yg salah akan membuat ruangan ini menjadi arena pertempuran, pertempuran antara aparat kepolisian dan pasukan siap mati yg berada di pihak Jhony si anjing Gila
Sungguh ironis dan menyedihkan, tapi semua terasa indah dihari yg cerah, diman Kirno menuliskan garis takdir Jhony dalam satu “catatan noda” yg akan mengakhiri era premanisme, pikir ku (Kirno) saat itu.
Tampak kakek tua itu dijamu oleh Pakle (Suami tante Rita) yang kebetulan mengambil posisi duduk diteras, Dia duduk pas disamping Pakle, dan hal yg paling kubenci iyalah tatapan matanya langsung dia tujukan kepada ku.
Sosok itu tersenyum, hal itu membuat aku bergedik, dejavu dengan apa yg ku alami di dalam alam bawah sadar, sungguh aku merasa sangat tak nyaman.
Sesaat setelah kedatangan Sosok tersebut, insiden lain mulai terjadi.
“Tau enggak pak!!! tu si susan nangis terkejar, teriak teriak mangilin Jefri” cerita andi mengisahkan pengalaman horor mendaki gunung dengan ketinggian 2.249 mdpl di tahun 2007 silam.
GUNTUR, begitulah nama yg diberikan masyarakat setempat untuk mendeskripsikan gemuruh dari gunung terkait yg sangata mirip dengan suara Guntur dikala hujan.
Sebagai seorang IT pulang larut malam atau menginap dikantor sudah pasti sering dijalani Anton, sama seperti saat ini, jam sudah menunjukan jam 10 Malam, namun dia masih sibuk dengan laptop yang ada didepannya, Jarinya ceketan menekan keyboard, >>>