Nyata Profile picture
23 Oct, 128 tweets, 16 min read
*Tolongi Bulek cah ayu, tolong* jawab bu lika riuh sembari menangis memegang erat tangan Anna.

Kondisi yg minim penerangan, membuat anna tidak dapat melihat jelas wajah Bu Lika, hanya saja tangan bu Lika terasa sangat dingin menyentuh dirinya, bak batu es yg diletakan ditubuh
*Iya bulek, tenang dulu, ada apa ?*tanya nya kembali.

Bu lika terdiam, dia berhenti menangis,

*Tolong aku, Aku dibunuh* jawabnya sembari ketawa cekikikan.

Samar terlihat diwajah Bu lika berubah putih, dengan pakaian yg sudah berubah menjadi kafan, wajah itu pucat
bahkan sangat pucat, dari hidungnya tampak darah mengalir, belum lagi sesuatu seperti tali melingkar di lehernya.

Anna bergedik, bulu kuduknya merinding, badannya terasa lemas, dia pingsan di heningnya malam sesaat setelah Bu lika, menampakan wajah mengerikan itu.
Pagi hari sebelum kejadian Anna masih bertegur sapa dengan Bu Lika. Cah Ayu atau ayu, begitulah beliau selalu memangil dirinya bila mereka bertemu.
Sama seperti pagi itu, anna masih berpapasan dan seperti biasa bulek (Bu Lika) mengoda dirinya dengan ucapan yg sama.

*Mangkat gawe cah ayu?* Tanyanya pada anna.

*enje bulek, arep negal bulek?*
Bu Lika sendiri masih memiliki hubungan saudara dengan keluarga anna, dimana ibunda anna dan beliau memiliki Mbah yg sama.
Sosok beliau dikenal ramah, dan merupakan pribadi yg ulet, Bu lika memiliki 2 orang anak, dimana anak sulung (Mira) merupakan seorang wanita yg sudah berumah tangga, dan si bungsu (Mantri) merupakan lelaki muda sepantaran dengan anna.
Walau sudah menyandang status janda sejak beberapa tahun lalu, keluarga itu masih dapat dikategorikan berada, terlebih lahan garapan peninggalan suaminya yg masih cukup untuk menjadi jalur nafkah keluarga tersebut.
Dapat dikatakan keluarga Bu lika, merupakan keluarga idaman yg patut dijadikan panutan di kampung tempat ku bernaung, tak sekalipun pernah terdengar kabar miring menaungi para personil keluarga itu.
Maka tak heran bila warga kampung tetiba gempar, kala mendengar kabar Bu Lika tewas tragis dengan cara gantung diri di dalam rumahnya.
Semua warga saling bertanya soal masalah yg sedang merundung keluarga itu, hingga membuat Bu Lika memilih jalan pintas mengantung dirinya.

Namun jauh dari apa yg ada dipikiran warga, kematian Bu Lika hanya lembar pembuka kisah horor mencekam dari mereka yg sesat akan harta.
Apa yg menimpa Anna pada saat itu, seperti mendapat umpan balik dari warga, tidak ada orang yg meragukan pristiwa tersebut, >>>
<<<terlebih ketika Pak heri, warga yg tinggal bersebalahan dgn almarhumah menimpali apa yg dialami Anna dengan cerita horor melihat bola api terbang dia atas rumah beliau 2 hari berturut turut di kala malam semakin larut.
Sempat dia ingin memberitaukan hal tersebut dihari sebelum pristiwa naas itu terjadi, namun aktivitas bu Lika yg selalu berangkat negal (berladang) di pagi hari, membuat kejadian itu seperti terlambat untuk tersampaikan.
Siang hari hujan turun dengan deras, air turun membuat jejalanan licin, mengingat beberapa jalan menuju ke ladang warga masih berbentuk tanah dengan sedikit bebatuan sebagai akses.
Tampak beberapa wanita tua, berjalan menerjang derasnya hujan, pulang ke rumah mengakhiri aktivitas berladang kala itu.

Dan saat itu lah Bu Lika terakhir dilihat oleh warga masih hidup sebagai manusia.
Tidak ada tanda mencurigakan dia akan berpulang, pembawaannya yg ramah, acap kali membuat warga sedih dan seolah tdk dapat menera kenyataan bahwa dia telah tiada.
Semua berjalan singkat, dan seolah membuat 1000 pertanyaan, terlebih posisi kaki almarhumah juga hanya berjarak tak lebih dari 5 cm dari tanah, kakinya masih terlihat sedikit menyentuh tanah
Apa mungkin dia di bunuh? begitulah asumsi liar tak berdasar yg menjadi perbincangan hangat warga saat itu.
Keadan saat itu seperti membenarkan apa yg ada di benak warga sukar sari, terlebih tatkala pihak almarhumah menolak untuk melakukan otopsi dan yg lebih mencengangkan, >>>>.
<<<< selang 3 hari kematian Bu Lika, anak sulungnya Mira beserta suami dan buah hati mereka juga pindah tetiba tanpa ada alasan yg jelas, >>>>
hampir 3 bulan lamanya mereka lenyap bak di telan bumi, bahkan adik semata wayangnya pun bingung menjelaskan ketika ada pertanyaan Mira tinggal dimana saat ini?
Disisi lain Almarhum Bu Lika kerap muncul menebar teror, silih berganti ada saja cerita warga yg mengatakan bertemu sosok terkait dengan penampakan yg sangat mengerikan, namun satu yg membuat mereka selalu bergedik.

Kata Kata dari sosok Almarhum yg selalu sama.
*TOLONG AKU, AKU DIBUNUH*
Malam kian mencekam paska kematian bu Lika, bola api yg entah sedari mana asalnya selalu berseliuran, berterbangan di langit langit desa sukar sari.
Kehadiran bola api itu bak petanda buruk, kurun waktu 8 bulan selang kematian Bu Lika ada 2 orang korban lagi yg berpulang dengan cara sama, ke 2 nya tewas gantung diri tanpa ada sebab yg jelas.
Namun ada 1 kesamaan dari 2 korban tersebut, ke 2 nya tewas hanya selang beberapa hari dari hajatan yg mereka lakukan.
Sebut saja Pak Dirman tewas gantung diri 4 hari pasca menikahkan anaknya, sementara Bu nina tewas tak kurang dari seminggu pasca mengadakan acara khitanan bagi putranya.
dan kesamaan lain dari berpulangnya ke 2 orang tersebut yg semakin membuat warga bergeleng kepala iyalah sumber dana acara merupakan hasil meminjam dari anak Bu lika, (Mira)>>>>>
<<<<Yg kembali pulang dengan harta melimpah 3 bulan pasca dari tewasnya sang ibu.
Dan disinilah, Awal mula cerita itu mulai mengusik lini kehidupan keluarga Anna, dimana Mira sore itu bertamu kerumah mereka.

Kedatangannya spontan, tanpa arah melintang dan undangan yg kami berikan.
Santun dia mencari Bulek Dwi, adik ayahanda yg jua tinggal bersama kami di rumah itu, dengan maksud dan tujuan ingin membantu atau meminjamkan uang guna mengelar hajatan pernikahan sepupu anna yg bernama melan.
*Kulo nyuwun bulek mboten terpengaruh kalih gosip2 murah keluargo kulo. Anggap Mawon kulo namung rewang, nerusaken tradisi jowo* Tutur mira kala itu pada Bulek Dwi.
Sedikit asa kembali bersinar di hati bulek Dwi, kehadiran Mira bagai jawaban atas doa nya kepada Tuhan, dalam relung hatinya dia ingin memberikan yg terbaik untuk pernikahan melan kelak.
*Coba dipikirkan lagi Dek?, Kan kamu sudah tau rumor cerita tentang keluarga mereka, lagian Mas cukup aneh, ada org datang tetiba nawari pinjaman tanpa syarat pula!!* Ujar Pak Andi (Ayah anna/Mas bulek Dwi).
*Entah lah Mas, aku bimbang, yo kalau gak begitu, aku mau dapat dari mana lagi, uang kamu aja sudah banyak tak pinjam mas, lagian apa iya masih ada yg begitu begitu, kalaupun iya, aku ikhlas ga apah* Jawab bulek penuh dengan kepasrahan.
Percakapan malam itu sedikit mengusik perasaan Melan, dia merasa kasian terhadap ibunya, Melan sebenarnya tdk mempermasalahkan bila mana acara pernikahan diadakan seadanya, tetapi sedari awal Ibunda nya kekah untuk membuat acara itu meriah, dengan alasan hanya kamu yg ibu punya.
Pernah melan menyampaikan hal tersebut kepada calon suaminya, tapi apa daya, Mas Mirzo jua hanyalah pekerja biasa, dan berlatar belakang keluarga yg jua tdk mampu, jadi hanya dana sekedar yg dapat diberikan oleh pihak mereka.
Dan sesuai dengan adat tradisi yg ada, dimana biasanya hajatan akan dilakukan oleh keluarga mempelai wanita, sudah pasti biaya akan lebih diberatkan kepada Keluarga melan, terlebih Ibunda masih berharap dapat mengelar pesta besar untuk anak semata wayangnya itu.
Melan = Aku.

Tak tega aku melihat ibu, hari lepas hari hanya mencari orang yg rela uangnya untuk dipinjamkan, apalagi ibu mengiming akan membayar selesai hajatan selesai, batin ku terasa tersiksa melihat nya, belum tentu juga uang saweran pasca menikah akan cukup untuk melunasi.
Wajah nya selalu tampak bersedih, dengan cerita yg menyayat hati.

*Ini biaya nya segini, ini belum, ini juga, pasti nanti akan meriah nak* ucapnya hari lepas hari.

*Iya buk* jawab ku singkat,menahan sedih akan usahanya yg begitu luar biasa mencoba membahagiakan ku.
Hingga akhirnya di sore nan cerah, kehadiran Mas Mirjo ke rumah membuat senyum ibu lebar, dan aku hanya pura pura turut hanyut dalam kesenangan, walau ku tau uang 25 juta yg diantarkan Mas Mirjo kala itu merupakan uang hasil meminjam dari Mba Mira.
Ada ketakutan kecil juga di dalam jiwa, akan rumor yg acap kali diperbincangkan warga mengenai sosok keluarga Mba Mira, entah aku salah atau tidak memberitaukan hal itu kepada Mas Mirjo.
Namun Mas Mirjo tdk banyak bertanya prihal keanehan org yg dibantu Mba Mira, mendengar uang itu bisa dibayar kapan pun dan tanpa bunga, membuat dia malah yg lebih getol dan memasang diri untuk menjadi jaminan meminjam ke Mba Mira.
*Udah kamu tenang aja dek, biar Mas yg jadi jaminan, dan sekalian buktiin kalau ga ada hal Goib* ucapnya saat kami berbalas pesan Wa.
H min 7, sebelum acara resepsi pernikahan, semua sudah siap dan hanya menungu acara di hari yg telah ditentukan, tdk ada hal aneh, >>>>>
<<<malah sejenak aku hanyut dalam pikiran akan menjadi ratu sesaat di hari nanti, prihal utang, semoga dana saweran tetangga cukup, dan sehari setelah selesai acara, kami akan jujur ke ibu serta langsung memulangkan uang dari mbak Mira.
Dan sesuatu yg tdk menyenangkan terjadi, pesan singkat dari Mas Mirjo membuat batin ini tidak tenang, pesan itu terkirim 2 hari sebelum acara pernikahan kami digelar, disaat banyak tetanga datang merewang guna mempersiapkan segala sesuatu di hari H nanti.
Masih tersimpan didalam ponsel ku, akan pesan horor yg kerap mengangu tidur, pesan itu bak petanda buruk yg sedang menuju cepat kearah kami.

#imagejustilustrasi Image
Min 1 sebelum acara, firasaat aneh kian terasa, malam itu sekitar jam 7 malam, badan ku terasa remuk, menyiapkan keperluan akhir sebelum semuanya besok akan selesai.
Malam hari di ruang tengah, aku terduduk hembusan angin yg entah dari mana asalnya seperti bertiup terus menerus ke arah ku, bulu kuduk ku merinding, merasa dingin yg sedari tadi menyertai.
Lama aku terduduk di kursi yg berada di ruangan, pikiran kosong seperti terwakili oleh tatapan yg sedari tadi tidak berkedip, aku hanya memandang satu arah tanpa ada hal yg pasti, dan entah mengapa aku merasa seperti ada yg berdiri disana, di tempat yg sedari tadi aku tatapin.
*Plak* Anak perawan ibu melamun, Famalih, malam malam melamun* ucap ibu pada ku yg membuat diri ku terkaget.

*i.. endak kok buk* jawab ku singkat, yg terkaget akan panggilan ibu tadi.
Ku paksakan tubuh, untuk beranjak, dengan tujuan beristirahat sejenak di kamar, besok subuh aku sudah harus bersiap, mengingat akad akan diadakan jam 8 pagi, bisa jadi jam 4 aku sudah di rias.
Aku mencoba berdiri, beranjak dari kursi itu, namun kaki ku seperi kaku, sama sekali tdk dapar ku gerakan, berkali ku mencoba sampai membuat aku terjatuh, dan membuat keluarga di rumah histeris, kwatir akan keadaan ku.

*Kamu kenapa Nak?* tanya ibu yg langsung menangis.
*Kaki Melan ga bisa digerakan* kata ku kepada mereka semua, aku menangis sejadinya dan langsung terpikir akan rumor tumbal dari keluarga mba mira.
Paman, ibu, bude, Anna dan saudara lainnya membopong tubuh ini masuk ke dalam kamar, dan tarkala mereka membawa aku masuk ke dalam kamar ku, diri ini semakin panik, aku histeris, menjerit sejadinya menyaksikan di depan Mata, ku dapati sosok Mas Mirjo sudah tewas gantung diri.
*Engak... gak... jgn tingalin melan * teriak ku pada kala itu yg membuat semua orang aneh, aku seperti kerasukan terus berteriak, jgn mati mas, maafkan Melan dah mengantarkan Mas ke Mba Mira kata ku terus merulang ulang.
*Mira!!!! Ciloko iki, Angel.. wes Angek* Tutur pak de yg seperti menangkap signal kuat dari perkataan ku.
Taburan bunga menutup acara dipagi itu, ucapan selamat yg dinanti berubah menjadi turut berbelasungkawa atas berpulangnya Mas Mirjo tepat dihari pernikahan kami, sama seperti rumor yang beredar dirinya juga ditemukan tewas dengan cara gantung diri, tanpa sebab alasan yang pasti
Siapapun tidak akan kuat hatinya bila pelaminan indah yang sudah ditata rapi, berubah menjadi kibaran bendera kuning, mengantarkan keranda jenajah menuju ke rumah terakhir, lama ku peluk nisan itu, sampai aku mungkin bertingkah diluar batas kewajaran.
Simpang siur kabar berpulangnya Mas Mirjo sangat cepat terendus, yang lagi lagi mengaitkan Keluarga itu semakin kental di cap sebagai penganut pesugihan, terlebih di hari berpulangnya Mas Mirjo, Mba Mira dan keluarganya juga tida ada dirumah.
Hanya adik semata wayang nya yg saat itu tampak serta memberikan informasi bawasanya mereka sedang liburan ke luar kota.
*LAKNAT* Hati ku menyumpah serapah akan apa yg terjadi kepada Mas Mirjo, sekalipun aku juga tidak mengetahui apakah beliau memang telah dijadikan tumbal oleh keluarga terkutuk itu.
Berbeda dengan kasus lainnya, bola api pasca kematian mas mirzo tidak semerta merta menghilang, pristiwa ganjil tersebut kerap terjadi beberapa hari lamanya di kala malam semakin larut.

Bola api itu terbang mengitari rumah dimana Melan dan keluarganya bernaung.
Tak kala bola itu terlihat, keadaan kampung itu kian riuh berisik dengan bunyi bunyian kelontong, wajan yg dipukulkan warga.

*Buk...bukkkkk.. tinggg.. tinggg* alunan barang barang yg dipukulka. itu seperti pemberi tanda, bawasannya ada marabahaya yg datang mengunjungi.
Besar harapan bunyi itu akan membuat siapa pun siaga, dan saling menjaga satu dan lainnya, hingga tdk akan ada lagi org yg gantung diri karna sebab yg tdk jelas, itulah yg warga harapkan kala itu.
Bapak dari alm Mas miharjo, nampak berjalan mendekat ke salah satu pohon nangka yg ada di halaman rumah nya, dari arah seberang rumah beliau, terlihat beberapa remaja setempat sedang duduk di pos, sembari menikmati wedangan panas.
Gilang salah satu anak beliau ada disana, membaur dengan remaja lain malam itu.

"Bapak mu lagi ngapai itu Gil?" tanya marno kepada gilang,

"Ambil nangka kali" Jawabnya kepada yg lain.
Sekitar 40 menit berlalu, namun Pak Mirjo, seakan tidak ada perubahan gerak, masih berdiri disisi kiri pohon itu, yg pastinya mengundang pertanyaan bagi gilang dan teman teman nya.
"Gilang, lihat bapak mu gak" teriak seorang wanita dari depan rumah kepadanya.

"itu buk, dkat pohon nangka"jawab gilang sembari mengarahkan tangannya menunjuk ke pohon nangka itu.
Gilang beranjak, ber 2 dia dengan ibundanya menuju menyampari sang ayah, ada rasa penasaran pada diri mereka, terlebih gilang, terhadap apa yg sedang dilakukan beliau selama itu di pohon itu.
Sekitar 4 meter jarak mereka, gilang lari terkejar, bergerak cepat ke arah beliau, sementara ibu nya teriak histeris kala melihat kejadian yg baru beberapa hari lalu terjadi di rumahnya.
Tubuh pria tua itu terbujur kaku, dengan lidah yg menjulur, dilehernya terlilit tali yg tergantung kencang di batang pohon nangka, malam itu pak mirjo tewas gantung diri dengan posisi yg sama dengan Mas Mirjo, dimana kakinya hanya berjarak tak lebih 5 cm dari tanah.
"Begitu lah kabar duka yg kembali terdengar meredung kehidupan keluarga mas mirzo,
diri ini (melan) sampai tidak dapat berpikir apakah kematian beliau ada sangkut paut nya dengan dana rewang yg kami pinjam pada Mba mira" tanyanya didalam hati.
Kejanggalan akan meningalnya Ayah mas mirjo membuat aku kian kwatir akan nasib buruk yg mungkin saja mengintai, terlebih sehari sebelum berita itu sampai di telinga ada hal ganjil yang sebenarnya terjadi kepada ku.
Mas Mirjo datang didalam mimpi ku, dengan pakaian putih, wajahnya pucat dan sangat memelas.

“Dek, Tolong selamatkan keluarga ku” ucapnya memohon di dalam mimpi itu.
Saat itu pula aku langsung terbangun dari tidur,dengan penuh keringat yg bercucur di dahi, belum lagi sesaat bayang mas mirjo seakan nyata ada di depan mata, semakin membuat firasaat ini seperti sudah menerawang hal buruk yg akan segera terjadi.
Sempat di pagiharinya aku menghubungi keluarga Mas Mirjo, untuk memastikan mimpi itu tak lebih dari bunga tidur, namun akupun sangat menyesal karna jujur tidak ku utarakan apa yg sebenarnya ingin ku sampaikan, bawasannya Rewang itu masih mencari tumbal,>>
>>> bukan aku tidak ingin, tapi aku pun tak akan kuat mengatakan kebenaran sesungguhnya, terlebih aku juga yg mengantarkan anak mereka kejalan yg seharunya tidak kami tapaki.
Tangis penyesalan yg ujungnya kembali dapat ku lakukan, menceritakan secara utuh prihal kejadian tersebut kepada keluarga ku, ku ulang kisah itu dari saat aku dan Mas mirjo pergi kerumah Mba Mira, dan memulai awal tragedy ini, kala itu Mba mira sejatinya tidak ada dirumah >>
>>> karna memang semenjak berita miring banyak berseliuran tentang dirinya, hanya sesekali warga disini melihat dia berada disana.

Adiknya menjadi satu satu orang yg berada disana, dan dari dirinya pula kami mendapatkan akses untuk menjumpai mba mira.
“70 Juta buk, dana yg kami pinjam” Ucapku menangis memohon maaf kepada seluruh keluarga yg ada disana.
Saat itu dana yg dipinjam memang mlebihi dari estimasi biaya pernikahan, ada pikiran dari mas mirjo tuk sekalian meminjam buat mdal usaha, yg nanti akan ku kelola pasca hajatan
“Mumpung ada orang baik dek, kapan lagi bisa minjam bayar sesuai pinjaman” Ucap ku mengulang perkataan Mas Mirjo kala itu.
Namun prihal kemana uang itu saat ini, aku pun tidak mengetahui, karna dana yg diserahkan ke Ibu memang hanya untuk pernikahan kami, sementara sisanya masih di pegang oleh Mas Mirjo.
Mendengar itu sontak membuat Ibu menangis sejadinya, bingung bagaimana membalikan uang Rewang tersebut, begitu juga dengan Pakde dan keluarga lainnya, kami sekeluarga kwatir akan ada korban lain karna pada saat >>
>>peminjaman sekalipun tidak ada perjanjian jelas namun aku dan Mas Mirjo sama sama menjaminkan diri ini sebagai orang yg bertanggung jawab akan membayar hutang tersebut.
“Ya ndak Apah, itu malah bagus 2-2 nya tangung jawab, jadi bisa ku tagih ke 2 nya” ucap ku kembali  mengatakan apa yg dikatakan Mba Mira saat itu.
Raut heran terlintas diwajah mereka semua terhadap kekonyolan yg telah kuperbuat bersama Mas Mirjo,

“Sebaiknya segera dibayarkan” ucap pakde seperti kecewa akan pengakuan jujur yg terlontar dari mulut ku.
“saat ini, walau sudah ada yg mati, ngefek ataupun tidak, Namanya utang ya harus dibayar, lebih baik kita selesaikan, jangan sampai uang itu masih mencari tumbal” seru Pakde kembali berbicara.
Singkat kisah, karna hal tersebut, Pakde terpaksa mengadaikan mobil pribadinya demi mendapatkan uang guna melepaskan aku dari ikatan perjanjian tersebut, dan 2 hari pasca kematian ayahanda Mas Mirjo, aku  beserta ibu & pakde kembali kerumah itu guna mngembalikan uang pinjaman itu
Dan disini satu kisah kelam kembali terjadi, seperti biasa Mba Mira tidak ada dirumah,dan hanya adik semata wayang nya yg berada disana, sempat sibungsu itu harus mendapatkan introgasi dari Pakde >>
>>yg mungkin kesal dan mulai menuding frontal terhadap kabar yg menerpa kehidupan keluarga mereka,bermacam pertanyaan terlontar dari mulut pakde seolah meminta dirinya untuk membongkar apa yg dilakukan oleh Mira kakaknya.
“Kamu jangan marahi Putra Ku, Dia ngak tau apa apa, Hanya orang bodoh yg menghakimi seseorang yg tidak bersalah, sekalipun ada ikatan darah yg mengalir diantara mereka” Ucap ibu dengan suara yg sangat familiar, yg langsung membuat Pakde bergedik pucat ketakutan menatap ibu.
Mantri adik semata wayang Mbak mira berlutut, dengan tangan memegang erat kaki ibu.

"Mbok Kula sampun mboten saget matur mbakyu, nyuwun pangapunten" ucapnya bersimpuh air mata sembari memohon maaf
Pakle menarik tangan ku, menjauh dari sana, aku sempat heran dengan apa yg terjadi, ibu hanya menatapi mantri yg berlutut dikakinya, sementara Pakle terlihat gugup, wajahnya pucat.
Dalam keheningan itu kulihat ibu mengelus rambut Mantri, memperlakukan mantri layaknya putra sendiri.

"Menapa ingkang panjenengan tindakaken dumateng Kula?" Ucap ibu padanya yg semakin membuat mantri terisak tangis, menjerit sejadinya.
"Nyuwun pangapunten, nyuwun pangalunten buk" berkali kali ucapan itu keluar dari mulut adik bungsu mbak mira saat itu, yg membuat aku semakin kebingungan.
Suara riuh yg terjadi dari tempat itu, membuat beberapa tetangga datang, mendekat menjumpai kami, sama seperti aku, riak wajah mereka terlihat bingung menatap mantri yg berlutut sembari menangis di kaki ibu ku.
Tak lama selang mulai berkumpul nya warga, ibu tetiba terjatuh pingsan, dan semakin membuat keadaan kian heboh, tanpa ada izin dari mantri selaku tuan rumah, beberapa warga mengotong tubuh ibu, membawa masuk beliau ke dalam rumah tersebut, dan membalingkannya di sofa.
Aku panik, dan turut masuk ke dalam rumah, ku pegangi erat tangannya, sembari menangis.

"Oleskan di kepala ibu mu" ucap wanita paruh baya sembari memberikan minyak kayu putih kepada ku.
Saat itu ada beberapa wanita yg menemani ku disana, mereka merupakan tetangga yg notabane ku kenal, karna bagi kami masyarakat desa merupakan hal penting mengenal warga sedusun.
"ini kenapa lan?" Tanya salah 1 dari mereka kepada ku.

"Melan ga tau bude, tadi niat nya mau bayar hutang ke mbak mira, tau tau mantri nangis dan ibu jatuh pingsan." jawab ku jujur mendetail kronologi saat itu.
Saat aku dan beberapa warga lain menjaga ibu dirumah, kejadian di luar rumah ternyata lebih menghebohkan, ada saja orang yg membuat atau menjadikan kejadian ini menjadi pemantik emosi.

Samar aku mendapat kabar, anak dari Alm Pak Dirman lepas kendali dan coba menganiaya Mantri.
Aku tidak tau pasti kelanjutan kisah itu, info yg ku dapat mantri sudah diamankan ke rumah kepala desa, karna pada dasarnya banyak warga yg mengangap keluarga ini (mbak mira) sebagai penyebab teror di desa sukar sari.
Dan info yg ku terima ibu sadar menjelang Adzan Maghrib berkumandang, dan aku terbangun di jam 10 malam sudah diatas ranjang ku, dengan kondisi kamar penuh dengan sanak keluarga.

Ibu, Paklek, Bude, Anna dan saudara lainnya terlihat menangis kala aku tersadar malam itu .
Kepala ku masih sedikit pusing dengan napas yg sesak, bahkan sangat sesak, kala ku ingat hal terakhir yg ku lihat dirumah itu sewaktu aku menjaga ibu.

"Pak Dirrman, Bu Nina, Bule Lika, dan banyak lainnya, ada di sudut sudut rumah itu.
Mereka meronta, mengelinjang, mencoba melepaskan jeratan tali yg melingkar di leher.

Aku melihat bagaimana mereka mati, dengan mata melotot dan lidah yg terjulur, dan seketika itu juga tubuh ini lepas, dan aku tak sanggup melihat penderitaan yg dialami Mas Mirjo.
Malam itu aku tidur ditemani oleh ibu, isi kepala sedari tadi ingin menumpahkan segala unek kepada beliau tentang apa yg terjadi saat aku menjaga dirinya didalam rumah Mbak Rina,>>
>> kembali lagi aku menjadi Wanita cengeng kala mengisahkan prihal penglihatan bagaimana mereka semua mati menjadi tumbal, termasuk soal Mas Mirjo yg pastinya membuat aku belinang air mata.
Ibu hanya mendengarkan aku bercerita, tidak banyak perkataan yg dilontarkannya, dia membaringkan kepala ini  di pangkuan “Ikhlas ya nak” ucapnya sembari menghapus air mata yg membasahi wajah ku.
Singkat peristiwa, utang piutang antara aku dan Mbak Mira akhirnya berakhir,walau tidak secara langung uang itu diterima oleh Nya, namun komunikasi via Hp sudah cukup bagi kami, sebagai bukti uang itu sudah dikembalikan dan akan diterima oleh adik nya Mantri.
Kurang lebih 2 minggu dari kejadian yg keluarga ini alami, Mantri selaku orang yg tinggal sendiri dirumah itu, akhirnya juga angkat kaki, bukan karna diusir, walau memang ada rasa terjadi pengucilan oleh warga sukar sari terhadap keluarga itu.
Rumah itu dibiarkan kosong tak terawat, dan tak jarang banyak laporan dari warga melihat penampakan yg berasal dari rumah itu, baik empunya rumah itu (Bu lika) maupun korban lain yg terindikasi menjadi tumbal Mbak Mira.
Teror bola api serta peristiwa gantung diri mereda, keadaan Desa membaik seperti sedia kala, dan ada 1 peristiwa menarik lainnya yg terjadi pada ku, kurang lebih 1 tahun dari kejadian tersebut, >>
>>Pakde sempat jatuh sakit dan membutuhkan biaya, saat itu keadaan ekonomi beliau maupun keluarga memang lagi surut.
Butuh biaya besar untuk pengobatan beliau yg kami pun tidak tau harus mencari dimana, terlebih bagi aku dan ibu yg memang memiliki utang kepada Pakle>>
>>> nah cukup menyentuh jiwa, disuatu malam Mas Mirjo datang kedalam mimpi ku, dan mengatakan jangan Kwatir besok coba aku membantu, begitulah ucapan yg dia katakana di alam bawah sadar ku.
Hingga pagi tiba, dan Mentari kembali bersinar, Ibu Alm Mas Mirjo datang di pagi itu, memberikan amplop berisikan uang yg lumayan banyak, >>>
>>>dari penuturan beliau, dirinya menemukan uang itu setelah sebelumnya Almarhum datang kepadanya, menitipkan pesan agar mengambil uang tersebut dan memberikannya kepada ku, sontak kami semua menangis mendengar apa yg dikatakan beliau.
Dan itu merupakan Hal terakhir yg menjadi kisah horor bagi diri ku (melan).

“Tamat- Rewang”
Dan bagi pembaca pasti merasa kentang, dengan sejuta pertanyaan, Bagaimana nasib Mira? Apa pesugihan yg dijalankannya? Dan lain sebagainya.
Sama seperti cerita Narsum (Anna), bawasannya Bu Lika itu masih ada hubungan saudara dengan Ibunya Anna, dan pastinya Anna pun mengisahkan detail pristiwa itu kepada saya (@nyata), prihal kejadian yg benar benar membuat Mira akhirnya menerima ganjaran atas segala perbuataannya.
Terus ceritanya mana? Untuk sementara sampai bait ini saja kisahnya, namun pasti akan dituntaskan dilain kesempatan.
Kenapa ? Mbuh, hanya saja sudah beberapa minggu ini saya merasa seperti ada yg sedang menemani, entah tersugest dari cerita atau memang ada sesuatu yg lain, hingga membuat saya pribadi tidak nyaman untuk update mengupdate cerita Horor belakagan ini.
Dan moga hanya tersugest karna sering nulis horor, ga ada kepikiran menjadi indohome dan lekat ke hal begono begini..

Hatur Tq

Salam Hi..Hi..Hi...

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Nyata

Nyata Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @nyata74042956

9 Dec
Hari ini Kirno aja ya....... udah lama ga nulis nyeleneh.

xi...xi....xi.....
tambahan sedikit bagi pembaca tarba.

saya mau mengakhiri kisah nyata nya saja, karna di vol 2 sampai ga tau nanti kelar di vol berapa cerita ini hanya fantasi saya semata.

tapi ga serta merta jua ini kisah fiksi,
Jhony merupakan kepala preman disalah 1 kawasan yg ada pada pulau sumatra era 80 an smpai 90 awal.

benar adanya dia kebal dari sajam, karna memiliki ajian taring babi.

benar adanya dia menikah dengan saudara sedarahnya sendiri.

dan benar di akhir hayatnya beliau buta.
Read 5 tweets
4 Dec
"Nomor buntut berujung teror"
Kuntilanak itu menagih Janji.
@IDN_Horor
@Penikmathorror @threadhororr #nyata Image
“2003”

2 cangkir kopi panas bertemankan beberapa potong singkong goreng, menjadi teman penghangat 2 pemuda yg sedang bersantai di pos Ronda, sebut saja nama mereka Wido dan Angoro, pemuda berumur 19 tahun warga dusun Giri sekar, salah satu dusun yg ada ada di provinsi Jawa Timur
Keadaan malam itu terasa sepi, kawanan sejabat sepertinya enggan untuk menyusul mengingat gerimis tak kunjung berhenti, hanya mereka ber dua yg menjadi penghuni pos ronda.
Read 152 tweets
19 Nov
"Begu Ganjang"
Mejuah juah Man banta Kerina

Urban legend dan Kejadian Nyata.

@IDN_Horor
@Penikmathorror @HorrorTweetID @ayuwidypramono @bacahorror @BacahorrorCom

#penikmathoror
#bacahorror
#horor
#nyata
Photo by @Google

Dilarang Comot tanpa Izin.
Jgn lupa RT dan Likes. Image
Tok.. Tok… Tok..

“Woiiii Begindu !!! (Oiii Kau dengar)” Teriak seseorang dari luar rumah yg mengangu tidur nyenyak pak Bukit di malam tersebut.

Pak bukit beranjak, berjalan kearah yg sedari tadi berteriak serta mengedor rumahnya,

“Ise? (siapa)” Ucap dirinya.
“Aku, Buka lebe (aku, buka dulu), jawab sosok misterius yg ada di depan rumah tersebut.

“Josep” ucap pak bukit spontan, mengenali suara tersebut, sembari mempercepat langkahnya guna membuka pintu.
Read 272 tweets
19 Nov
Belakangan ini Konten Tawuran lagi hits, banyak narsum yg bercerita kisah yg sebenar nya kelam di masa lalu untuk pembelajaran agar tak terulang buat generasi baru.

Tapi saya kok sedikit pesimis

"bukan meragukan cerita narsum, mau dia bohong apa gak, tidak ada urusan"
yg saya takut kan justru, cerita tersebut malah menginspirasi ke arah yg salah, dan malah justru menciptakan bibit bibit baru dikemudian hari.

kenapa?

yg diambil makna nya justru kerennya menjadi algojo, prajurit perang yg siap mati hanya karna ingin dikata hebat.
itu bukan solidaritas, itu bukan harga diri,

"tapi kesalahan dalam mencari jati diri"

Semoga trend tragedi tawuran saat ini dapat diambil hikmah dari sisi positive, dimana prestasi bukan dari darah yg tertebas tapi menjalankan hakekat sebagai murid yg berguna dikemudian hari.
Read 5 tweets
31 Oct
"Catatan Noda"

Tarba III.

#cover by covermaker apk.

No comot comot tanpa izin.
#threadhorror #bacahorror
#horror #Action #Halloween
@IDN_Horor @Penikmathorror

#Salamhihihi Image
Ku arahkan pandangan lurus kedepan, menatap tajam singa yang mengaung di ujung sana, satu gerakan yg salah akan membuat ruangan ini menjadi arena pertempuran, pertempuran antara aparat kepolisian dan pasukan siap mati yg berada di pihak Jhony si anjing Gila
Sungguh ironis dan menyedihkan, tapi semua terasa indah dihari yg cerah, diman Kirno menuliskan garis takdir Jhony dalam satu “catatan noda” yg akan mengakhiri era premanisme, pikir ku (Kirno) saat itu.
Read 112 tweets
30 Oct
Tampak kakek tua itu dijamu oleh Pakle (Suami tante Rita) yang kebetulan mengambil posisi duduk diteras, Dia duduk pas disamping Pakle, dan hal yg paling kubenci iyalah tatapan matanya langsung dia tujukan kepada ku.
Sosok itu tersenyum, hal itu membuat aku bergedik, dejavu dengan apa yg ku alami di dalam alam bawah sadar, sungguh aku merasa sangat tak nyaman.
Sesaat setelah kedatangan Sosok tersebut, insiden lain mulai terjadi.
Read 336 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(