Profile picture
Dragono Halim @DragonoHalim
, 36 tweets, 11 min read Read on Twitter
Interesting! It’s all about transactional act with god.
... dan menarik, ketika tuhan “menggunakan” kaum kafir sebagai instrumen untuk menghukum dan mengazab. Ehehehe...
Pekerjaan macam apa ini? When they put “sacred” and “male prostitute” together. 😅 orang zaman dulu ya, bener-bener...
The real anarchist, or if I may say ... anachrist. ✊🏽
“Woi! Ngapain lu pada mau nyanyi? Ga lihat apa ada yg baru mati kelelep?”

😂

Even the death of the Pharaoh and his army, was considered not as a true act of god. Rebuked by one of his most prominent prophet (in all 3 religious traditions).
Ini gokil sih. Ketika Alexander Akimetes (Alexander yang tidak pernah tidur, Uskup Gereja Timur Suriah) diadang gerombolan pagan yg ingin membunuh dia, mereka malah dikhotbahi dan langsung pindah agama rame-rame di tempat. 😅
... militancy brought in new converts.

In that quote of Aurelius Augustine, you can change the word “Christ” with any name of god, but then, the next main question would be: “Why you have to increase conversion?” Not alone with militancy and violence. Destructive approach.
“... muruwah, a term that is difficult to translate ... Muruwah had a violent core.”
Another perspectives.
Oh... some called it “a battle”, but some also called it “a raid”, and therefore, with economical purpose.

Bisa ditebak ini perang apa?
Here you read.
Langsung membayangkan, ada prajurit dan pendoa dalam perang, jadi semacam Palladin dan Healer/Wizard.

Bedanya, ini perang benaran. Doa dan kidungnya juga benaran. Makanya gampang dipelesetkan jadi perang agama.

“... attracted by the intensity and excitement of the battlefield”
Kemarin baru baca soal Abdurrahman bin Muljam, orang saleh yg membunuh Ali bin Abi Thalib sebagai bentuk radikalisme.

... dan sikap begitu bisa terus menurus ada, terlestarikan sepanjang era peradaban, karena anggapan: “Ini benar, itu salah. Karena itu salah, hancurkan!”
Next to it, if god knows who is who, why kill, then? Absurd and ridiculous. 😅
Convivencia.

Quantity over quality.
Reading this in my way back home.

Even president of these two prestigious colleges were cloud-minded back then. 😅
Lebih dari 200 tahun lalu, konstitusi AS yg masih “belia” bahkan sudah melihat pentingnya memisahkan politik dan agama. Bukan melekat, bukan pula menjadi penghalang.
Senjata api ditemukan orang Eropa, dan pada awalnya mereka agak ... tidak mau menggunakannya kepada sesama Eropa.

Di level paling sederhana, ini sama saja seperti enggak suka tempatnya kotor karena sampah, tetapi malah santai buang sampah sembarangan di tempat orang lain.
Bawa-bawa atau dikaitkan dengan agama itu memang mudah, ya. Bisa menyuntikkan “semangat” berbeda. 😅
Kubu yg satu merasa yakin sangat “diberkati”, sedangkan kubu yg lainnya merasa berjuang di sisi tuhan (dan pasti dilimpahi rahmat).
Hanya segelintir fundamentalis yg terjun melakukan aksi teror, itu pun lantaran mereka merasa SELURUH DUNIA tengah menyerang keyakinan mereka.
Lalu, makin paranoid.

Kalau sudah begini, malah bikin lingkaran setan. Semua argumentasi sanggahan yg ditujukan kepada mereka, akan “menyemangati”.

“Tuh, kan! Kita sedang diserang. Kita harus berjuang. Kita harus melawan.”
😂😂😂

Secara tidak langsung; “Para fundamentalis (apalagi yg melakukan aksi teror) adalah termasuk orang-orang yg ... to whom learning is too heavy a burden for their minds to carry...”
Secuplik sejarah tentang bagaimana Pakistan sebagai negara baru yg berdiri atas dasar agama (berbeda dengan “saudaranya”: India) mengalami gelombang konservatisme, dan memengaruhi arah politik di masa depan.

Penanaman pandangan, penguatan kelompok, pencekalan pandangan lain.
“Militansi” menjadi kata kunci, dan diperlukan proses yg bertahap untuk mencapai kondisi tersebut.

Tidak aneh jika kelompok Deobandi di Pakistan saat itu menggawangi strategi dengan “pendidikan” dan sekolah.

“Mendidik” dengan mengisolasi, mengukuhkan nilai-nilai.
Sebuah pernyataan menarik Abul al Maududi, pendiri Jamaat e Islami Pakistan, menjelang pengujung usianya.

Menunjukkan bahwa dia sendiri tidak setuju agama dijadikan figura untuk memaksakan pranata hidup.
Ada aksi maka ada reaksi, dan radikalisme bisa terjadi di dua sisi.

Sebelum menjadi negara muslim konservatif, ada pemaksaan gaya hidup “modern” dan sekular di Iran. Sekularisme yg radikal tadi akhirnya mendorong massa untuk merapat ke sisi ultra-kanan.
Itulah pentingnya moderasi, dan keugaharian beridealisme.
Berlanjut ke “drama” pendudukan Israel di wilayahnya saat ini, dan upaya ekspansi untuk menguasai keseluruhan kawasan.

Macam babak catur ya. Dari posisi Yahudi pasca Hitler yg membuat mereka tergolong “endangered group of people”, sampai interpretasi tentang Tanah Harapan.
Nah, ini akar masalahnya. Ilusi merasa superior, lebih baik dibanding lainnya. Padahal ajaran serumpun.

Ibrahim, Ishak, dan Yakub adalah nabi bagi Yahudi maupun muslim. Kok malah klaim ekslusif?

Sayangnya, pertikaian meruncing karena “... when a Palestinian finally threw ...”
Ilusi superioritas kelompok dan umat agama tertentu: “Holy People”

Kalau beragama ini, pasti termasuk golongan orang-orang yg begini. Begitu pula sebaliknya. 😅 Pasti enggak akan nyambung.

Ditambah lagi, sejak zaman Firaun sampai tahun 70-an, Yahudi jago aksi massa yg ngeselin.
“Squats” tuh, ya, mereka berjongkok. Melakukan blokade hanya dengan berjongkok. Aksi massa yg sebenarnya sepele, tetapi bikin gerah. Njelehi... 😅
Langkah diplomatis Anwar Sadat. Dipuji internasional, dicela lingkar muslim. Bayangkan saja, barternya adalah ketersediaan lokasi tinggal dan pengakuan politik.
Melanjutkan bacaan.

Pra era Ayatollah, Iran dipimpin dalam rezim sekular yg ekstrem. Di satu sisi, sekularisme membawa hal-hal positif, yg sayangnya condong menguntungkan pihak kaya.

Karena itu, mungkin untuk pertama kalinya Marxis dan kelompok Islam bisa “bersatu”.
Dengan narasi agama, Ayatollah menjadi ulama pemimpin negara di Iran.

Kenapa?
• Konsisten bersuara
• Menggunakan “cerita” yg lebih diakrabi orang banyak
• Kebetulan, pemimpin sebelumnya, radikal juga.

Masalahnya, cara seperti ini bisa banget diduplikasi. Dicocok-cocokkan.
Nah, lagi-lagi, power tends to corrupt, entah mau diperoleh dengan narasi agama atau apa lah.

Demi nilai-nilai ideal, dibentuklah Majelis Penjaga agar memastikan tidak ada langkah politik yg bertentangan dengan agama. Eh, setali tiga uang, Khomeini tetap bisa veto. 🤷🏻‍♂️
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Dragono Halim
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member and get exclusive features!

Premium member ($3.00/month or $30.00/year)

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!