, 53 tweets, 8 min read Read on Twitter
💙 C O M M U N I C A T I O N 💙

Gimana sih pola komunikasi yg bikin hubungan langgeng? Apa aja "warning signs" komunikasi dlm hubungan yg harus diwaspadai?

Scientifically proven, based on psychology.

A thread.
How do you know when things are going wrong or if things are right between you and your partner?

Yak, dengan komunikasi. Salah satu kunci keberhasilan hubungan adl komunikasi. Ada komunikasi aja sesuatu bisa berakhir buruk, apalagi kalau gak ada komunikasi? Ya gak? Hehe.
Kemampuan pasangan dalam berkomunikasi secara jelas, bermakna, dan dapat dipahami menjadi pendorong yang kuat untuk hubungan yang bahagia dan bertahan jangka panjang.

Coba ingat-ingat lagi, cara komunikasi kamu (dan pasangan) begini gak? :))
Kemampuan komunikasi yg baik membantu pasangan utk saling mengekspresikan aspek-aspek positif masing-masing, yg dapat mengarahkan pada good feelings dan pastinya stronger connection juga (Hock, 2016). Mantap!
Paling penting, peran komunikasi itu ketika sedang menghadapi masalah atau emosi negatif. Di sinilah pola komunikasimu dan pasangan dapat dilihat dan dievaluasi. Apakah cara komunikasi kalian berakhir pada kenyamanan dan kebahagiaan masing-masing individunya?
Efektivitas dari pola komunikasi dlm suatu hubungan itu menjadi prediktor paling akurat utk memprediksi kesuksesan atau kegagalan hubungan di masa depan (Clements, Stanley, & Markman, 2004; Gottman & Carrere, 2000; Heyman et al., 2009).

Lalu, gimana pola komunikasi yg efektif?
Sebelumnya, bagi yg belum kenal, gue mau kenalin sama salah satu psikolog & peneliti tentang relasi intim yg kukagumi: John Gottman. Kamu bisa belajar banyak dari bukunya atau webnya di Gottman Institute. Blio ini paling termahsyur di kalangan pakar relasi hingga saat ini!
Nah, Gottman menyatakan bahwa dengan mengetahui pola komunikasi dan gaya konflik, bisa memprediksi hasil akhir dari suatu hubungan dengan tingkat akurasi 90% (Gottman & Carrere, 2000; Gottman & Levenson, 2002)!!1!!1!!1!!

Dari mana perhitungannya?
Prediksi ini berdasarkan dari adanya pola komunikasi (selanjutnya disingkat polkom) yg sehat dibandingkan dgn “warning signs” spesifik yg dilibatkan dlm interaksi yg destruktif pd hubungan.

Ada 3 pola komunikasi efektif dan 4 “warning signs” ala Gottman. Nomor 2 bikin kaget!
Pola komunikasi: 1) VALIDATING

Ini polkom-nya pasangan yg adem ayem. Konflik diselesaikan dengan cara diskusi yg tenang dan kompromi. Saling mendengar dan memahami keresahan, perasaan dan sudut pandang masing-masing. Ada yg polkom-nya begini?
Bahkan ketika bertengkar, pasangan dgn polkom ini ttp melihat & menghormati posisi serta emosi masing-masing. Dgn kata lain, karena adanya mutual respect maka pasangan ini mmg lebih jarang berantem dibandingkan dgn pasangan lain.

Apakah ini polkom ini yg paling bikin bahagia?
Terdengar ideal banget ya? Dan kayaknya polkom inilah yg seharusnya menjadi polkom yg terbaik bagi semua pasangan. Yg jelas, beruntunglah pasangan yg bisa punya polkom begini. Tapi ada yg polkom lain yg gak kalah efektif kok!
Pola komunikasi: 2) VOLATILE

Ada yg suka berantem sampai meledak-ledak? Menurut Gottman & Gottman (2008) istilah meledak-ledak atau ‘passionate’ bisa jadi menggambarkan hubungan yg sebenarnya. Hah? Gimana tuh?
Meledak-ledak di sini adalah cara mengekspresikan perasaan & pikirannya ketika konflik. Misal: “Ngeselin banget! Kamu tuh aku tungguin dari tadi, udah tahu kita mau kondangan! Lama banget ngapain aja sih?!”

Apa yg disampaikan jelas, tapi caranya gak sehalus polkom Validating.
Jadi, polkom di sini BUKAN yang marah-marah gak jelas, memaki-maki, atau bahkan melakukan kekerasan. Beda lagi itu. Kalau cara mengatasi konfliknya dgn menyakiti atau melakukan kekerasan itu tentu bukan polkom yg efektif yah, sahabat.
Inti dari polkom Volatile di sini adl: These couples don’t hold back, and they readily express their feelings in strong terms. Mereka merasa setara dlm hubungan dan merasa memiliki hak yg sama dlm membela perspektif mereka masing-masing.
Pasangan dgn polkom Volatile memecahkan masalah dgn cara ‘fighting them out’ (meskipun mereka menghindari cara berantem yg saling menjatuhkan pasangannya) hingga mencapai keputusan yg bisa diterima oleh keduanya (Gottman, 1998).
Beberapa pasangan dgn polkom Volatile pada akhirnya berpisah, tapi ada juga yg bertahan dlm jangka panjang dan tampaknya bahagia-bahagia aja tuh menikmati ‘combat’-nya. Hehe. Semakin kuat badainya, semakin gesit pula percikan-percikan cinta di antara mereka. Gitchuuu.
Tapi, kenapa polkom Volatile termasuk yg efektif menurut Gottman?

The point is that “peace and quiet” are not prerequisites for relationship success. For some couples, even a seemingly stormy relationship may be strong, loving, and lasting (Hock, 2016).
Pola komunikasi: 3) CONFLICT-AVOIDING

Kebalikan dari yg ke-2 nih. Kalau sebelumnya pasangan blak-blakan, justru pasangan dgn polkom ini gak mau ambil pusing ngebahas konflik. Hmmm… kok yg begini dianggap polkom efektif ya?
Katanya sih, pasangan dgn polkom ini mungkin juga menemukan kebahagian & hubungan jangka panjang yg sukses melalui persamaan persepsi yg kuat antara keduanya. Daaan… mereka sepertinya gak merasa ada hal yg penting utk dibahas saat ada perbedaan/pertentangan. Bisa gitu ya :))
Ketika ada konflik, mereka merasa “It’s not a big deal” dan gak ada keinginan utk mencapai resolusi konflik yg mutual bagi kedua belah pihak. Selow banget ye idupnye hahaha

Tapi apakah jadinya sehat kalau hubungan terus-terusan dgn polkom begini?
Memang, banyak orang yg menganggap polkom ini bikin konflik jadi gak terselesaikan & bikin pasangan seolah-olah cuek dgn masalah. Di suatu waktu mungkin akan mengancam keberlangsungan hubungan.

Tapi pasangan model begini justru nyaman kalau ada masalah ya ‘let it go’ aja gitu~
Itulah tadi ketiga polkom ala Gottman yg diprediksi mampu membuat hubungan jadi lebih langgeng dan sukses jangka panjang. Tapi inget, itu versi Gottman. Banyak peneliti yg merasa konsep ini overestimated polkom. Perdebatan ini masih berlangsung sampai sekarang.
Studi dari Holam & Jarvis (2003) menemukan bahwa polkom Validating menghasilkan hubungan yg lebih sukses daripada polkom Volatile. Semua polkom di atas gak saklek dan masih harus diteliti lebih lanjut ya geng!
Ingat, bahwasannya polkom itu adl pola yg mana terjadi secara terus menerus dan dilakukan kedua belah pihak. Kegagalan dlm hubungan itu gak hanya karena masalah komunikasi, banyak aspek yg bisa menjadi pemicunya.
Sekarang kita bahas 4 “warning signs” dlm komunikasi efektif ala Gottman ya. Keempat tanda bahaya ini juga disebut dgn “four horsemen of the relationship apocalypse” oleh tim Gottman! WKWKWK

Jadi kalau ada 4 tanda ini, artinya hubungan kalian udah deket kiamat! 😂
Karena ini sifatnya prescriptive (bukan descriptive), jadinya ini adl petunjuk yg bisa bantu kamu mengidentifikasi apakah hubunganmu memiliki polkom yg sehat dan membahagiakan.

Tarik napas dulu. Rileks ya bacanya karena mungkin aja ini sering terjadi di kamu hehe
“Warning signs”: 1) CRITICISM

Coba yuk bedain dulu antara complain (mengeluh) sama criticism. Complain itu ekspresi dari kebutuhan yg gak terpenuhi, sesuatu yg diinginkan tapi gak bisa diterima. Kalau criticism itu tujuannya menyerang tindakan/kesalahan orang lain. Hayolooo~
Complaining adl cara yg lebih sehat daripada criticising. Contoh komplen: “Aku pengen deh punya lebih banyak waktu bareng kamu”; contoh kritik: “Kamu tuh gak pernah ada waktu buat aku.” See?

Yg pertama menekankan pada kebutuhan, yg kedua menunjukkan kesalahan pasangan.
Ada konsep unik yg bisa kamu terapin nih. Fighting fairly: Use “I” statement, not “You” statement.

Gampang. Ketika berantem/berdebat, ingat selalu bahwa kata-kata yg dimulai dgn kata “Kamu…” umumnya merupakan tanda bahwa itu bukan lagi komplen, tapi kritik ☺
“Warning signs”: 2) CONTEMPT

Kalau terus-terusan ada kritik dan gak diselesaikan secara sehat maka akan terbentuk contempt. Ini cukup berbahaya mengingat hal ini akan merusak komunikasi yg efektif utk jangka panjang huhuhu
Contempt merupakan perubahan perasaan seseorang thdp pasangannya, dari yg positif (seperti like & love) menjadi disrespect (tidak menghormati) hingga disgust (perasaan jijik), bahkan m e m b e n c i.

Bisa dibilang contempt lebih parah daripada criticism. Hati-hati ya, sahabat.
Contoh: “Kamu tuh ya udah malas, gak bisa apa-apa lagi! Mikir dong, jangan diem aja! Kalau gak sama aku, pasti gak ada yg mau sama orang kayak kamu!”

Gimana? Udah menjiwai belum nih marah-marahnya? HAHAHA. But on serious note, ini bahaya banget! Kenapa?
Karena kalau critic itu kita menyerang tindakan org lain, tapi kalau contempt nyerangnya ke karakter pasangan. Nah, contempt bisa bikin pasanganmu memiliki low self-esteem. Ini lebih pedih lho, dan dampaknya ke mental juga. Ngebekas, susah hilangnya :”)
Apalagi yg termasuk contempt? Mengejek, name-calling, bikin becandaan yg menyakiti, menghina secara fisik & karakter, dan banyak lagi. Mostly memang dekat dgn verbal abuse sih. Boro-boro dah ngasih pujian, ngomong yg enak di telinga aja jarang kalau contempt mah :(
Contempt yg berkembang pesat akan menghilangkan ketertarikan dan rasa cinta. Their focus turns to abusiveness toward each other (Gottman & Notarius, 2002).

Jadi kalau udah ada tanda begini, pikir-pikir lagi deh buat ngelanjutin hubungannya. Komunikasinya gak banget!
“Warning signs”: DEFENSIVENESS

Kalau pasanganmu melakukan critic & contempt, maka besar kemungkinan kamu akan melakukan defensive (pembelaan diri). Sebaiknya ini gak terjadi karena artinya masalah gak kebahas tapi malah nyalah-nyalahin.
Ketika masalah muncul, pasangan yg komunikasinya defensive udah gak peduli siapa yg salah tapi adalah saling menyalahkan (Gottman & Gottman, 2008). Malesin banget gak sih?
Contoh: “Kamu tuh kalau jemput telat melulu.” | “Yaelah telat dikit! Kenapa sih gitu aja sewot?” | “Ya pikir aja sendiri! Emang dasar kamu orangnya lelet!” | “Kamu yg lebay, dikit-dikit ngambek!” and so on…

Mon map contohnya garing, gue gak familiar dgn situasi begini :))
Ini ada beberapa taktik defensive yg sudah serharusnya kamu sadari. Apakah pasanganmu:

Denying responsibility & menyalahkan hal lain ketika ada masalah: “Bukan salah aku telat, bubaran kelasnya yg telat!”
b) making excuse & merasa gak bersalah: “Trus aku harus gimana? Aku juga capek kali!”
c) menyatakan ketidaksetujuan atas statement yg kamu berikan: “Emangnya kamu pikir aku gak peduli sama kamu? HAH? Coba deh kalau ngomong jangan sembarangan!”
d) cross-complaining (membalas dgn cara menyerang): “Kamu tuh ya, dikit-dikit sewot! Gak bisa apa sehari aja gak sewot?”
e) mengulang-ulang pembelaan diri daripada menyelesaikan masalah dan kompromi: “Kan udah aku bilang berkali-kali, aku tuh udah berusaha cepet tapi tadi gak bisa. Ngerti gak sih?”
Kira-kira begitu lah ya tanda-tanda pasangan yg komunikasinya penuh dengan defensiveness. Gue nulis contohnya aja capek banget mikirnya, gimana yg berantem beneran dgn pola komunikasi kacrut kayak gini? 😥
“Warning signs”: 4) STONEWALLING

Ketika pola komunikasi dlm hubungan udah susah bgt utk diselamatkan, akan terbentuk yg namanya stonewalling. Sederhananya: udah bodo amat sama pasangan. Eaaa~
Stonewalling ini berbeda ya sama polkom yg ketiga (hayooo scroll up lagi kalau lupa hehe). Kalau stonewalling itu bentuk power & aggressiveness yg pasif, artinya menghindari perdebatan karena udah gak peduli lagi sama pasangan atau bahkan hubungannya.
Ciri-cirinya banyak, ada yg gak mau denger, gak mau interaksi, bahkan ada yg gak mau bilang ‘hmmm’ atau mengangguk sekalipun saking gak pedulinya. Huhuhuhu. You know how powerful a silence can be, huh? 😥
Menurut Gottman, stonewalling merupakan hasil akhir dari ketiga “warning signs” sebelumnya (Hock, 2016). Mungkin udah kayak mati rasa aja gitu. Bahkan utk ngobrolin hal-hal personal atau penting pun udah gak berminat lagi.

Di tahap ini, berpisah adalah hal yg lazim dilakukan.
TAPI menurut Gottman lagi, hubungan yg lagi karam-karamnya pun masih bisa diperbaiki asal pasangan mau develop & introspeksi. Saling terbuka dan berkomunikasi secara sehat seperti menyatakan perasaan yg sebenernya, punya sikap positif dan memiliki tujuan yg mantap kedepannya.
Salah satunya adl dgn melakukan perbaikan pada cara berinteraksi satu sama lain. Nanti akan gue bahas 5 keys + 5 rules intimate communication ya tapi dgn thread terpisah biar gak kepanjangan.

Sekian dan selamat menerka-nerka polkom dan “warning signs” kamu ya! :p
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Olphi Disya Arinda
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!