Cukup seru,
Ingat, jangan baca sendirian, karna terkadang "mereka" gak hanya sekadar hadir dalam cerita.
#memetwit
@InfoMemeTwit
#briikecil
Suara Andi membuyarkan lamunan gw pada siang itu, melamun sambil melayangkan pandangan ke luar jendela, gw duduk di pojok kelas sambil menunggu bel pulang berbunyi.
Waktu itu gw masih kelas lima SD.
Seluruh lingkungan sekolah dikelilingi oleh pagar besi berwarna merah yang tidak terlalu tinggi.
Ada beberapa cerita seram yang berhubungan dengan bangunan TK ini, yang memang bangunan dan lingkungannnya cukup menyeramkan. Nanti kapan-kapan gw ceritain, gak malam ini.
***
"Game apa Ndi?" Tanya gw antusias.
"Balapan Brii, pokoknya seru."
Tapi, gw menjadi gak terlalu semangat, ketika kembali ingat kalau rumah yang Andi dan keluarganya tempati adalah rumah yang gw takuti.
Masih ingat kan dengan rumah yang ada perempuan berambut panjang duduk di teras depan?, Nah rumah inilah yang di tempati oleh Andi dan keluarganya.
***
Layaknya anak baru, waktu itu Andi tampak malu-malu ketika diperkenalkan oleh Pak Wasidi di depan kelas.
Walaupun kulitnya agak gelap tetapi penampilannya terlihat bersih dan rapih, dengan rambut belah pinggir yang dibentuk menggunakan gel.
Kebetulan, di sebelah gw adalah bangku kosong, teman sebangku sebelumnya pindah sekolah, jadilah Andi duduk di bangku itu, gw di bangku kanan Andi di bangku kiri.
Benar tebakan gw, ternyata orang tua Andi memang pejabat yang cukup tinggi, seorang polisi yang dipindah tugaskan ke Cilegon.
Singkatnya, pada suatu hari Andi mengajak gw untuk main ke rumahnya..
***
"Gak jauh dari sekolah kok Brii, di perumahan yang pohonnya banyak dan besar itu loh."
Andi menjawab seraya menggambarkan komplek perumahan tempat dia tinggal.
***
Berboncengan menggunakan BMX silver kesayangan, gw dan Andi berjalan menyusuri jalan perumahan.
Trotoar yang terbilang bersih ada di kanan kiri jalan, di atasnya berdiri lampu penerangan yang tiang cukup tinggi, serta pohon-pohon besar dan rindang tumbuh di belakangnya.
Gw mulai curiga ketika jalan yang kami lalui mulai mengarah ke lokasi satu rumah yang gw takuti, rumah yang pernah memberikan pengalaman menyeramkan.
Gw semakin curiga, jangan-jangan Andi tinggal di rumah itu..
***
Gw terdiam di atas sepeda, ketika kami masih berada di depan pagar rumah.
Kecurigaan gw terbukti benar, Andi tinggal di rumah yang gw takuti, rumah yang pernah memberikan pengalaman seram buat gw.
"Iya Ndi, iya.."
Ajakan Andi membuyarkan lamunan gw.
Lampu taman yang berbentuk bola kaca masih berdiri tegak di tengah-tengah halaman, gw yakin itu masih lampu taman yang sama dengan yang gw lihat dulu.
Setelah itu kami berjalan ke teras rumah yang letak lantainya sedikit lebih tinggi dari garasi.
Bedanya, kali ini gak ada kursi yang biasa diduduki oleh perempuan berambut panjang waktu itu, berganti dengan dua kursi kayu mengapit meja panjang di tengahnya.
Sambil menekan tombol bel, setengah berteriak Andi memanggil seseorang dengan sebutan “Mbak”.
Gak beberapa lama kemudian pintu terbuka, muncul sorang perempuan muda dari dalam rumah, perempuan itu adalah asisten rumah tangga Andi dan keluarganya.
Gw mengangguk setuju.
Masih di ruang tamu, gw melemparkan pandangan ke seluruh isi rumah.
Sofa kulit berwarna kecoklatan tertata rapih di tengah ruang tamu, di tengah sofa ada meja marmer besar dengan vas bunga di atasnya.
Ayahnya berdiri dengan gagah memakai seragam dinas, di sebelahnya berdiri Ibunya Andi yang berkebaya, sedangkan Andi dan kakak perempuannya berdiri di depan.
Gw agak-agak takut dengan guci, Ibu bilang guci adalah tempat setan bersembunyi.
Lampu Kristal besar menggantung di tengah-tengah ruangan. Di sebelah kanan berdiri lemari kayu besar yang di dalamnya ada TV yang ukurannya besar juga, ukuran TV terbesar yang pernah gw lihat saat itu.
Padahal kalau di lihat-lihat, rumahnya sangat bagus dan rapih, tapi tetap saja gw gak nyaman, ada yang aneh. Entahlah..
Kami masuk ke dalam kamar.
Setelah di dalam, gw baru tahu lagi, kalau ternyata rumah ini bertingkat pada bagian belakangnya.
“Besar sekali rumah ini.” Gumam gw dalam hati sambil berdiri manatap ke luar kamar.
Andi menjelaskan keadaan dan situasi rumahnya saat itu.
Singkat cerita, kami akhirnya larut dalam keasikan bermain PS di dalam kamar.
Siapa itu? Pembantunya Andikah? Atau orang lain?
Awalnya gak terlalu memikirkan hal itu, gw terus saja asik bermain PS, mata tertuju ke arah TV.
Gak keburu, kurang cepat gw menolehkan kepala, sosok itu sudah keluar dari sudut pandang dan masuk ke dalam toilet.
Oh iya, gw melihat tubuhnya seperti perempuan dengan rambut terurai.
Tapi ada yang aneh lagi, gak terdengar ada suara pintu kamar mandi yang terbuka dan tertutup
Tanya Andi ketika melihat gelagat aneh yang gw tunjukkan.
"Gak ada apa-apa Ndi.." Jawab gw singkat.
Lalu kami melanjutkan bermain PS, tanpa memusingkan apa pun.
***
Tiba-tiba mbak Yuni, ART Andi, muncul di depan pintu, dia pamit pulang.
Gw memperhatikan Mbak Yuni, dia memakai kaos hitam dan celana biru, gak ada warna merah pada pakaiannya.
Ah, mungkin aja mbak Yuni ganti baju, bisa jadi begitu.
"Tolong kunci pintu depan ya Mas."
Kata mbak Yuni lagi.
Gw mengangguk, namun mata masih terus saja fokus ke layar TV.
Kemudian Andi meninggalkan gw sendirian di dalam kamar, dengan pintu yang masih terbuka lebar.
Dengan pintu kamar yang terbuka, gw dapat melihat ke arah ruang tengah.
Langit semakin gelap padahal masih jam tiga sore, hal ini yang menyebabkan keadaan di dalam rumah menjadi gelap juga, termasuk ruang tengah.
Saat itulah, dalam temaramnya cahaya, gw lihat sosok perempuan berbaju merah dengan rambut sebahu melangkah masuk ke dalam kamar yang letaknya di ujung ruang tengah. Pintu kamar itu langsung tertutup.
"Siapa perempuan itu?"
"Apakah itu ibunya Andi? Atau siapa?"
"Kenapa Brii? Ada apa? Kok kamu kelihatan bingung." Tanya Andi kemudian.
"Itu kamar siapa Ndi?"
Gw menunjuk ke arah pintu kamar yang tadi ada sosok perempuan yang masuk ke dalamnya.
Andi menjawab dengan diakhiri dengan pertanyaan.
"Emang, ibu kamu sudah pulang?" Tanya gw lagi.
"Belum Brii, hanya ada kita aja di rumah ini, ada apa Brii?"
"Gak ada apa-apa Ndi, gak ada."
Andi seperti membaca gelagat aneh yang gw tunjukkan. Mungkin raut wajah gw yang terlihat kebingungan membuat Andi masih saja penasaran.
"Kamu lihat apa Brii? Gak apa-apa, ngomong aja."
Jawabku sambil terus mengelak.
Gw tahu, Andi masih belum puas dengan jawaban yang dia terima, tapi gw masih terus saja gak mau menceritakan yang sebenarnya, belum.
"Iya Brii. kami baru satu minggu tinggal di rumah ini, makanya aku masih takut kalau harus sendirian. Memang tadi kamu melihat apa sih Brii? Gak apa-apa, ngomong aja."
***
Andi langsung berdiri dan berjalan ke luar kamar, berniat untuk membuka pintu depan.
"Ini Brii ma, teman sebangku aku di sekolah."
"Oh ini yang namanya Brii, saya mamanya Andi. Brii tinggal di mana?"
Ibunya Andi memperkenalkan diri sambil mengajak bersalaman.
Gw menjawab sambil cengengesan.
"Baiklah kalau begitu, Tante tinggal dulu ya.."
Lalu Ibunya Andi meninggalkan kami, berjalan menuju kamarnya.
***
"Ndi, sudah sore, aku pulang dulu ya."
"Iya Brii, terima kasih ya sudah mau main ke rumahku."
Ketika gw hendak berpamitan ke Ibunya Andi, Andi bilang ibunya sedang tidur di kamarnya.
Andi mengantar ke luar rumah, sampai ke pagar depan.
Ketika kami sudah berada di pagar, ketika gw sudah duduk di atas sepeda, Andi berbicara dengan suara pelan dan nyaris berbisik.
Gw tersentak kaget, bukan karena mendengar omongan Andi, tetapi ada hal lain yang membuat gw ketakutan.
Gw melihat ada seseorang di balik jendela..
Melihat mata gw yang mengarahkan pandangan ke belakangnya, Andi ikut-ikutan menoleh ke arah jendela kamar..
Tiba-tiba sosok perempuan itu sudah menghilang..
Gw langsung buru-buru mengayuh sepeda, menuju pulang, meninggalkan Andi yang masih diam tanpa kata terbengong-bengong di pagar rumah.
***
Gak hanya siang hari, karna nantinya gw terpaksa harus menginap di sana. Kapan-kapan gw ceritain, gak malam ini.
***
Tunggu minggu depan ya.
Met bobo, semoga mimpi indah.
Salam,
~Brii~