,
7 tweets,
2 min read
Read on Twitter
Saya mungkin tdk sepakat dgn mbah @sudjiwotedjo, framing cukup mudah dikenali kok. Salah satunya dgn memeriksa political leaning dari media tersebut. Soal kenapa yg lebih digencarkan itu melawan hoax, ya karena hoax jauh lebih berbahaya dari pada framing. Saya coba bahas ya
Pertama framing biasanya dilakukan oleh media masa. Dlm memberitakan sesuatu media terkadang melakukan bias, entah sengaja ataupun tdk. Tp tetap ada fakta yg disampaikan disana, hanya angle melihat faktanya saja yg mereka atur. Sementara Hoax ini benar2 bohong alias tdk ada fakta
Penelitian Tim Harford dari Univ of Oxford menjelaskan kenapa kebohongan atau hoax lebih mudah diterima dari pada fakta. Ada beberapa faktor yg menyebabkannya. Pertama fakta itu rumit sementara hoax itu lebih sederhana. Kedua, fakta itu membosankan sementara Hoax itu lbh dramatis
Soal yg pertama, sebuah fakta biasanya akan lebih rumit. Artinya ketika media ingin melakukan framing mereka tetap harus menyajikan faktanya, lalu narasinya yg membuat fakta tsb sesuai keinginan mereka. Tetapi tdk membuatnya jadi lebih simple. Contohnya kasus TKA asal china
Meskipun suatu media mau bikin framing Indonesia diserbu oleh TKA asal china mereka tetap harus menunjukkan ada dimana saja dan jumlahnya berapa, lalu dibuat narasi yg utk framing. Sementara Hoax lebih sederhana karena tdk perlu fakta. Cukup buat narasi dgn angka yg fantastic
Soal fantastis ini juga bagian dari kenapa hoax lebih berbahaya. Karena secara psikologi manusia lebih mudah menerima hal2 yg dramatis. Kita lebih mudah relate ketika informasinya bombastis. Celakanya kebanyakan orang tdk bisa/tdk mau utk melakukan verifikasi thd informasi
Dan yg paling penting Hoax ini pada akhirnya bertujuan utk melakukan framing tanpa didukung oleh data. Dan framing nya jauh lebih mudah diterima dan jangkauannya jg lebih luas
