,
11 tweets,
3 min read
Read on Twitter
Kasus surat suara di Malaysia ini kemungkinan besar bagian dari strategi firehose of falsehood. Karena plotnya terlalu kentara (obvious lies). Hal ini sangat mudah dipahami sih.. karena semakin dekat dgn hari-H pemilu. #semburandusta cc @hariadhi , @budimandjatmiko
Sepertinya pola ini akan lebih di intensif kan hingga hari H Pemilu. Merujuk penggunaan FoF oleh Trump dan Bolsonaro, false and misleading accusations semakin gencar menjelang pemungutan suara. Di Brazil, video mengenai pembunuhan seorang wanita disebar beberapa hari sblm hari-H
Dalam pemilu di Brazil, video pembunuhan yg disebarkan melalui whatsapp dinarasikan sebagai pembunuhan yg dilakukan oleh anggota partai pekerja (PT) partainya Fernando Haddad, capres yg diusulkan oleh Lula da Silva, mantan presiden Brasil yg masih punya pengaruh kuat.
Video tsb kemudian viral, dan cukup sukses membangun ketakutan di masyarakat Brazil. Disisi lainnya, agak sulit juga memeriksa kebenaran video tersebut karena hari-H pemilu yg semakin mendekat. Para petinggi Partai Pekerja juga luput utk mengklarifikasi video tersebut
Baru setelah Pemilu baru diketahui kalau Video tersebut adalah kejadian di Venezuela dan tidak ada kaitannya dgn Pemilu di Brazil. Bagi yg tdk tau, muka orang Brazil dan Venezuela ini agak mirip2, sama seperti wajah orang Indonesia dan Malaysia.
Yah seperti yg kita ketahui, kebenaran tersebut terlambat diungkap. Brazil keburu punya Presiden yg dikenal juga sebagai Tropical Trump. Meskipun WA skrng sampai mem-ban anaknya Bolsonaro karena melakukan kampanye dgn kebohongan theguardian.com/world/2018/oct…
Nah untuk kasus di Malaysia ini, kenapa ini bisa dikatakan sebagai salah satu obvious lies. Karena jumlah suara di Seluruh TPS diluar negri ini tidak significant terhadap kemenangan capres manapun. Data 2014 menunjukkan kalau seluruh suara luar negri itu hanya sekitar 677 ribu
Sementara total suara nasional itu ada 133 juta suara. Jadi suara di TPS luar negri ini kalaupuan mau dicurangi hingga 100% pun, hanya akan menambah 0.01% suara bagi pasangan capres yg melakukan kecurangan. Artinya, terlalu bodoh kalau kecurangan mau dilakukan di TPS luar negri
Jadi patut diduga kasus di Malaysia ini memang sengaja dibuat utk mempengaruhi masyarakat Indonesia. Karena jika dipikir2 memang kasus ini berpotensi untuk bisa diperbesar hingga hari-H pemilu. Karena kasusnya berada diluar wilayah yurisdiksi kepolisian Indonesia.
Ingat kasus Ratna Sarumpaet atau kasus 7 kontainer surat suara yg sebelumnya juga heboh? kebohongan2 tersebut dapat diredam karena gerak cepat aparat keamanan dan KPU. Nah seperti agak sulit hal yg sama diterapkan di Malaysia, sulit bagi Polri utk bergerak cepat
Artinya, jika benar kasus ini bagian dari FoF. Siapapun perencana kasus di Malaysia ini tentunya sudah melakukan perhitungan yg matang. Mereka tau klo mereka membuat berita bohong di tanah air, akan dpt dibongkar dgn cepat. Meskipun kebohongan tsb sefantastis yg terjadi di Brazil
