, 11 tweets, 2 min read Read on Twitter
HTI sebagai ormas dinyatakan terlarang, tapi gagasannya tentu tak hilang. Menjadi keyakinan orang per orang. Ada yang jadi penceramah, pegawai negeri, atau guru.

Lalu yang beda pandangan mengira, kalau organisasi sudah dilarang, gagasan lantas ikut mati atau wajib ditinggalkan?
Gagasan tak bisa mati. Ia hanya akan ditinggalkan jika ada gagasan baru yang dianggap lebih kuat. Maka sepanjang tak ada kekerasan atau ujaran kebencian, orang dan gagasannya tak bisa dianggap kriminal atau "musuh negara".

Ini dasar demokrasi. Kalau dasar saja gagal, ya repot.
Berlawanan dengan "ideologi negara" bukan berarti kriminal sepanjang tak ada kekerasan atau ujaran kebencian. Sebaliknya, mengapa negara yang dilengkapi instrumen-instrumen "dakwah ideologi" seperti 300 ribu sekolah, izin frekuensi TV/radio, justru takut pada gagasan tanding?
Pilar terbesar ideologi atau gagasan itu adalah integritas. Kalau NKRI ini Pancasila, maka orang harus melihat dan merasakan bagaimana Pancasila bekerja: keadilan sosial, melindungi minoritas, demokrasi perwakilan yang substansial, bukan dibajak oligarki dll.
Kalau Pancasila hanya jadi jargon dan doktrin, merontokkannya tinggal dilawan dengan jargon dan doktrin lain seperti khilafah. Meski gagasan ini tidak/belum terlembaga, dia akan pakai referensi sejarah. Tapi itu juga gak penting, sebab gagasan yang dilawan juga tak implementatif.
Mengapa takut Felix? Karena dia punya pengaruh. Mengapa punya pengaruh? Karena strategi kampanye dan kontennya memikat sebagian orang.

Bagaimana melawannya?

Di sini demokrasi diuji. Cara paling gampang ya melarang. Cara yang susah adalah mendesain argumen dan kampanye tanding.
Dalam sejarah di mana pun, kita tahu homo sapiens cenderung memilih cara yang pertama. Apalagi jika ia punya kuasa.

Cara paling mudah menjelaskan keberadaan alam semesta atau makhluk hidup bukan dengan tekun mengumpulkan kepingan pengetahuan, tapi melompat ke gagasan penciptaan.
Felix atau pendakwah-pendakwah HTI punya pengaruh barangkali karena mereka lebih "berkeringat" menggarap audience.

Sementara pendakwah lain sibuk dengan sertifikasi halal-haram korporasi atau jadi komisaris pabrik semen yang dalam prosesnya justru bergesekan dengan "umat".
FPI terjun ke lokasi-lokasi bencana, mengambil momen di mana manusia merasa paling tidak berdaya, dan siapapun yang datang menolong pada hari itu akan sulit dilupakan.

Melawan FPI dengan petisi agar dilarang, adalah cara paling mudah. Yang sulit itu mendahului FPI sampai lokasi.
Hal yang sama juga berlaku bagi pengikut FPI. Membubarkan diskusi buku atau nobar film itu gampang. Yang susah itu nulis buku atau bikin film sendiri.
Melihat FPI dan Banser adalah contoh bagaimana gagasan bukan ditentukan oleh kekuatan gagasan, tapi pada akhirnya oleh kekuatan fisik/massa.

Benarkah kita ingin Indonesia yang seperti ini?

Seperti Louis XVI menulis "Argumen Terakhir Raja" di ujung meriamnya.
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Dandhy Laksono
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!