,
5 tweets,
2 min read
Read on Twitter
Rekam jejak kebijakannya memang tak terstruktur. Proyek sawah sejuta hektar di Papua disebut begitu saja, tanpa kajian matang. Akhirnya gagal.
Peremajaan sawit dicanangkan di mana-mana, tapi beberapa bulan kemudian minta petani beralih tanam jengkol atau durian.
Jokowinomics.
Peremajaan sawit dicanangkan di mana-mana, tapi beberapa bulan kemudian minta petani beralih tanam jengkol atau durian.
Jokowinomics.
Pernyataan Presiden mau cetak sawah sejuta hektar dalam 3 tahun, mengejutkan petugas pertanian/pengairan.
Sebombastis permintaan Dayang Sumbi ke Sangkuriang. Belum lagi warga adat yang khawatir tanahnya akan dirampas. Dan proyek itu memang gagal total.
Sebombastis permintaan Dayang Sumbi ke Sangkuriang. Belum lagi warga adat yang khawatir tanahnya akan dirampas. Dan proyek itu memang gagal total.
Ada lagi program peremajaan sawit yang dimulai di Sumatera Selatan tahun 2017. Rekaman ini juga menunjukkan semangat Presiden mendorong monokulturisme. Petani harus seproduktif perusahaan.
Tak lama kemudian, harga anjlok. Ia minta petani ganti tanaman.
Tak lama kemudian, harga anjlok. Ia minta petani ganti tanaman.
Sama dengan program bombastis lainnya: mencetak 10 Bali baru dalam 4 tahun untuk target 20 juta wisman di 2019. Dari Toba sampai Mandalika. Lalu dikoreksi sendiri karena realisasi baru sampai Toba dan Borobudur.
Konsep mass tourism yang sarat masalah.
Konsep mass tourism yang sarat masalah.
Kini, muncul gagasan random yang lain, mau memindahkan ibukota. Untuk mendapat simpati publik, diwacanakan tak akan menggunakan APBN.
Gagasan yang justru berbahaya. Infrastruktur publik mau didanai dari sumber-sumber privat yang tidak gratis dan dianggap steril kepentingan?
Gagasan yang justru berbahaya. Infrastruktur publik mau didanai dari sumber-sumber privat yang tidak gratis dan dianggap steril kepentingan?
