, 11 tweets, 3 min read Read on Twitter
Tidak ada jawaban yang sederhana dalam menangani berita-berita palsu. Internet dan kebebasan informasi serta ekspresi yang ada di dalamnya tentu tidak dapat dipisahkan dari masyarakat yang berdemokrasi. ⁣
Meskipun demikian, perlu ada tindakan dan cara-cara yang diterapkan dalam memastikan tanggung jawab pengguna individu. Hal ini dapat dilakukan, baik yang dipandu negara atau oleh jaringan sosial itu sendiri.⁣
Publikasi lengkap terbitan Friedrich Naumann Stiftung für die Freihet Pusat yang berjudul “What Can Be Done to Counter Fake News” dapat diakses pada freiheit.org. Untuk ringkasannya, ikuti penjelasannya pada utas ini 📑📝
Kita tentu pernah menemukan berita palsu di media sosial. Namun, mnrt penelitian, berita palsu di media sosial memiliki potensi ancaman yg kecil, asalkan penggunanya merefleksikan kredibilitas laporan berita yg diterimanya.
Sehubungan dengan itu, nyatanya individu memiliki dua cara dlm pemrosesan informasi baru. Pertama, informasi dpt diproses secara heuristik, artinya hanya ada sedikit upaya kognitif untuk memahami artinya. Kedua, dpt diproses secara sistematis, yg berarti bahwa semua aspek (cont)
dipertimbangkan secara menyeluruh dan kesimpulan yg diambil ditimbang dgn matang.⁣ Metode berpikir yang heuristik, penalaran yg dipintas dan tdk sempurna tetapi mudah dipahami inilah yg seringkali mengakibatkan bias konfirmasi.
Bias konfirmasi adlh suatu kecenderungan bagi orang-orang untuk mencari bukti-bukti yg mendukung pendapat/ kepercayaannya serta mengabaikan bukti-bukti yg menyatakan sebaliknya.
Terlepas dari maraknya berita palsu yg cukup mengkhawatirkan, isu penting kebebasan berekspresi yg bebas &tanpa hambatan haruslah tetap dikedepankan. Kebebasan berekspresi perlu dilindungi, baik dari manipulasi melalui berita digital palsu dan kampanye disinformasi, tapi (cont)
jg dr campur tangan pemerintah, bisnis atau aktor masyarakat lainnya. Di publikasi “What Can Be Done to Counter Fake News”, penulis memberikan rekomendasi yg jelas, yaitu kita hrs fokus pd tanggung jawab individu warga negara, keterampilan media, dan kemampuan berpikir kritis.
Hal ini harus dimulai di sekolah, tp jg harus dilihat dlm konteks perlunya kepemilikan komptensi terkait di tiap individu yg ada di masyarakat. Akan selalu ada berita palsu dan tidak ada yang memiliki kebenaran seutuhnya. Tetapi mengoreksi informasi yg salah dan (cont)
berinteraksi yg benar satu sama lain bahkan ketika kita tdk setuju adalah tanggung jawab, tdk hanya media, tp jg masyarakat sipil & setiap pengguna. Dalam “marketplace of ideas” (John Stuart Mill) mengemukakan penggunaan yg bertanggung jawab lah yg akan menang pd wacana terbuka.
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to FNF Indonesia
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!