sama seperti usia tidak bisa jadi ukuran kedewasaan, demikian juga siap menikah tidak bisa jadi tanda siap punya anak..

nikah ya nikah, punya anak ya punya anak. itu perlu dua kematangan dan skillset yang berbeda. mereka tidak sama-dengan ataupun harus berdekatan jaraknya. 😊
sama seperti saya rekomen pacaran setidaknya dua tahun dulu sebelum nikah, demikian juga saya rekomen kosong setidaknya setahun pertama dulu sebelum memutuskan coba hamil..

belajar hidup harmonis serumah berdua dulu, jangan langsung lompat munculin anak (baca: masalah baru).
itu angkanya sudah saya kurang-kurangin lho, kayak the mininum required time spy sempet dapet basic lessons-nya.

my default recommendation is 3 years of dating (pacaran) before getting married and 3 years of just-the-two-of-us marriage before trying to get pregnant.. 😊
"Tiga tahun blum bikin anak apa ga kelamaan, Lex?" biasanya itu pertanyaan couples saat sesi premarital coaching.

jujur, itu kelamaan. tapi mengingat BANYAKNYA struggles & adaptations yg kita bakal temui setelah tinggal bersama, itu waktu yg NYAMAN utk ga nambah masalah baru. 😊
"Kita pacarannya kan dah lama, dah tau satu sama lain luar dalem. Masa perlu lama adaptasi lagi setelah nikah?"

tau dan mengalami adl dua hal berbeda. sama kayak ngerti saat nonton tutorial masak di youtube dan saat coba praktekin sendiri.. it won't be as easy/expected. 😊
semasa pacaran, kalau ada masalah kita pulang ke rumah masing². kita bisa easily take space and regain composure sebelum coba diskusi.

setelah nikah, kita ga bisa gitu.. bakal KETEMU 'SI BRENGSEK' sepulang kerja, trus TIDUR DI SAMPING DIA LAGI! 😅
once married, we kinda lost that very important psychological space needed for our own sanity.

minggu² awal sih berasa seneng nempel berduaan terus. tapi pas ada masalah, ketiadaan jarak itu akan trigger the worst out of us.. make us crazy. 😵

yg udah merit, ada amin? 😉😁
tujuan pacaran 2-3 tahun itu juga sama: nunggu momen² kita meledak 'pecah', menyadari kebusukan/keburukan diri sendiri, lalu lihat apakah kita KOMPATIBEL dan KOMPETEN memperbaiki ledakannya.

kalau engga bisa, ya jangan dilanjutin merit. 😊
apapun kebusukan/keburukan diri sendiri yg sudah kita SADARI+PERBAIKI semasa pacaran itu, mesti diuji lagi nanti setelah merit.. karena biasanya sih MASIH ADAAAAA BEBERAPA MONSTER YANG BELUM KELUAR. 😅

kalau kita terburu hamil sebelum monster²nya diatasi, waduuuh.. bahaya. 😫
pas pacaran UDAH TAU pasangan agak males/jorok itu beda banget rasanya dengan pas merit TIAP HARI MESTI NGEBERESIN BERANTAKANNYA BARANG² DIA, APALAGI KETIKA DIA NGEBERANTAKIN BARANG² KITA.. 😁

yg pertama cuma kesel greget aja,
yg kedua bikin naik darah kepala mau pecah.
hal² yg saat pacaran dulu bikin kita ketawa gemes, "Aaaaaw loetjoenya, kasian dia," kemungkinan besar akan bikin darah kita mendidih dan mulut berbusa pas terulang sehari² dlm pernikahan..

s/he's just being a typical him/her, but we would be triggered in the opposite way. 😉
mis. pasangan rada anak mami, polos clueless, people-pleasing. pas pacaran kita menikmati itu sbg keunikan+kemanjaan yg menggemaskan.

setelah nikah, kita bakal jadi MAKAN ATI dan DARAH TINGGIAN krn dia ga bs decisive, ga bs ngerjain apa², udah diminta pun lambat ga kelar². 😊
contoh lain: pas pacaran kita bangga dg pasangan yg entrepreneur bgt, terbukti bs kerja keras tanggungjawab.

setelah nikah, kita MAKAN ATI KESEPIAN URUS RUMAH(TANGGA) SENDIRI krn dia cuma peduli cari duit, ga ada waktu/tenaga sisa, dan ga bs ngomong hal lain di luar bisnis. 😊
KALAUPUN semenjak pacaran kita udah tau dan expect hal² yg akan jadi masalah setelah nikah, bukan berarti KITANYA AKAN BISA BEREAKSI SECERDAS/SEBIJAK/SEDEWASA DUGAAN KITA pas akhirnya kejadian..

no no no, tidak semudah itu, Ferguso. 😁
kenapa kita biasanya keliru menduga bgmn reaksi kita saat hadapi masalah rumah tangga?

salah satunya krn loss of psychological space tadi. saat kita BERJARAK dg pasangan, kita bisa mudah leluasa kalemin diri; saat udah serumah seranjang, kita kehilangan ruang+waktu tenang itu.
sekecil apapun perbedaan pendapat, ketidakpuasan, kekecewaan, ketidaknyamanan, kesalahan yg terjadi, kita merasa terkunci di dalamnya.

semua SEOLAH terkonek jadi satu, berasa invaded, distressed, suffocated.

makanya reaksi kita bisa jadi beda/gasante dibanding sebelum nikah.
sebelum nikah, rumah/kamar kita masing² adalah safe space utk being expressive and vulnerable.

setelah nikah, ruang itu jadi milik bersama, bahkan berubah jadi 'daerah konflik' yg melelahkan. it's difficult to be ourselves there, jadinya defensive ataupun merasa bagai korban.
sering liat ortu atau teman yg seolah jadi orang yang emosian/kecut/tertekan/berbeda setelah nikah? bingung knp mereka cepet banget naik/ngegasnya pdhl masalahnya sederhana?

yah itu yang saya bilang dari tadi, efek samping proses adaptasi tinggal bersama yang kurang sehat..
yg saya bahas drtd baru konflik akibat perbedaan gaya/cara/selera/prinsip/pendapat dg pasangan, belum akibat luka batin/warisan dari ortu atau hubungan sebelumnya..

waaaaah, rame deh. monster² terluka itu bakal bergiliran keluar setelah merit/tinggalbareng.. kaiju unleashed! 😁
saat couples bertengkar, masing² yakin dirinya diserang duluan, masing² merasa cuma balas nyerang.

pdhl srgkali sebenarnya ga ada yg menyerang. itu cuma luka lama yg ga disadari/diselesaikan.. makanya kembali meradang, berasa (di)sakit(i) saat casually tersentuh oleh pasangan.
tinggal serumah akan perbesar frekuensi pasangan (sengaja atau tidak) nyentuh area luka kita. setiap kali perih, kita MERASA DISAKITI oleh pasangan dan kita jd KAIJU yg nuntut/nyerang dia. bila aksi kita itu nyentuh area luka dia, dia jadi KAIJU juga yg nyerang balik. 😊
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Lex dePraxis | Follow IG for LIVEVIDEO+STORIES!
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!