Profile picture
, 18 tweets, 3 min read Read on Twitter
Mumpung menjelang Hari Raya Galungan, dan adanya pandangan miring yg bertubi2 pada Bali, ijinkan mimin membuat Thread bgmn orang Hindu Bali memandang kehidupan. Ini soal nilai, value ya. Bahwa ada yg menyimpang, terjebak dunia hitam, dimana2 pasti ada.

— A Thread —
Di Bali, Umat Hindu memanjatkan doa paling purba dari Weda, 3x sehari. Doa itu diawali “Om Bhur Bwah Swah”. Om adalah panggilan untuk Tuhan. Om berasal dari 3 suku kata : Ang, aksara Brahma, melambangkan penciptaan. Ung, aksara Wisnu, melambangkan pemeliharaan. Mang, aksara Siwa
melambangkan peleburan kembali menjadi unsur2 pembentuknya. Ang Ung Mang mjd AUM, mjd OM. Aksara ini juga umumnya digunakan sbg nada dengung dalam praktek yoga yg murni. OM adalah suara, adalah getaran kosmik. Semua hal yang ada di dunia, hakikat keberadaannya terwakili oleh OM:
semua berawal dari tiada, diciptakan, mjd ada, dan nantinya kembali tiada. Karenanya, Om adalah aksara yang mewakili semua hakikat keberadaan. Karenanya ia adalah aksara Tuhan.

Bhur Bwah Swah. Bhur adl alam bawah, alam kesadaran rendah. Alam mahluk yg msh hidup dlm kegelapan.
Bwah adl alam kesadaran tengah, alam para manusia. Swah adl alam kesadaran atas, alam Brahman. Semua kehidupan berasal dr alam bhur. Mll jutaan kelahiran, berevolusi secara mental, spiritual dan fisik, tiba di alam bwah. Utk berevolusi lagi mll ribuan kelahiran, menuju alam swah.
Karenanya ketiga alam kesadaran itu didoakan, semoga cepat berevolusi, semoga shanti, shanti, shanti. Damai. Mereka tdk dikutuki, diusir, dicampakkan sbg sampah dunia. Mereka sama spt kita: berjuang dlm sebuah proses evolutif menuju keillahian. Moksa. Manunggaling kawula gusti.
Mereka bukan sengaja diciptakan utk menyesatkan manusia. Anak kecil bukan sengaja diciptakan menangis, ngambek dan ngompol di celana. Mereka hanya sedang bertumbuh — sama spt kita semua.

Krn didasari kesadaran itu, orang Hindu Bali cenderung berharmoni dgn sesuatu diluar dirinya
dengan seisi semesta. Batu besar sedikit, dibungkus kain hitam putih. Pohon agak gedean dan serem disamping jalan, dipakaikan kamben kain hitam putih. Diajak bicara, diberikan sesajen — sebuah ajakan persaudaraan. Ditambah konsep ketuhanan Hindu yang pantheisme
—Tuhan meresap dlm segala ciptaan seperti garam yang larut dlm air, maka lengkaplah penghormatan kpd semua keberadaan. Lahirlah konsep Tri Hita Karana. Harmonisasi hubungan manusia-manusia, manusia-alam, manusia-Tuhan. Krn hakikatnya, semua adalah DIA. Sarvam khalvidam Brahman.
Maka pohon2, batu2, gunung2, laut2, danau2, semua diberi sesajen dan diajak bicara. Ada hari2 spesial utk membuat sesajen dan persembahan doa bagi semua peralatan dari besi. Ada hari2 spesial untuk membuat sesajen dan doa bagi semua tumbuhan. Di hari itu tumbuhan diberi "pakaian"
diajak bicara dan berdoa. Ada hari2 spesial untuk membuat sesajen dan doa bagi semua hewan. Di hari itu hewan diperlakukan seperti manusia ulang tahun, diberi makanan terbaik, diajak bicara dan berdoa. Bagi manusia Hindu Bali, itulah esensi persahabatan yang jujur dan setara
antara manusia dengan alam, bahkan antara manusia dengan Tuhannya. Karena dalam pandangan filsafat Tuhan yang pantheistik seperti yang dianut ajarah Hindu, manusia bukanlah hamba sahaya dari Tuhan yang bersemayam di langit. Manusia adalah bagian darNya.
Karena dilakukan konsisten, tulus dan dari lubuk hati terdalam sejak ratusan tahun lalu, maka alampun menangkap getar2 itu dan membalasnya berupa frekuensi harmoni. Frekuensi yang menyebar melalui udara yang kita hirup, daun2 yang kita sentuh, air tempat kita berbasuh.
Alam memang bukan benda mati. Alam adl sesuatu yg hidup. Alam yg hidup inilah menjadi TAKSU, jiwa spiritualnya Bali. Bagi penekun spiritual, mereka akan memahami ini dengan jernih. Dalam Hindu, zat penyusun tubuh tak ada bedanya dengan zat penyusun alam, disebut Panca Maha Butha.
Maka badan disebut bhuana alit (jagat kecil), alam semesta disebut bhuana agung (jagat besar). Karena tersusun atas zat yang sama, maka keduanya sangat mudah saling mempengaruhi, baik dalam hal positif maupun dalam hal negatif.
Ketika manusia mengetuk pintu2 alam itu dengan ketulusan, alampun membuka dirinya dengan menebarkan frekuensi harmoni. Itulah TAKSUnya Bali.

Karena TAKSU itu, orang2 yang datang ke Bali merasakan sensasi kenyamanan, ketenangan. Sebagian dari mereka datang berkali-kali,
menekuni meditasi, belajar yoga, bahkan 7 tamu dari Jepang belajar kepanditaan dan mengikuti dwijadi, menjadi pendeta Hindu.

Lalu apakah Bali begitu suci dan sempurna ? Sekali lagi, tidak. Penjara penuh, pelacuran ada. Sama seperti tempat-tempat lain di dunia manapun.
Tapi TAKSU itu, tidak ada di semua tempat. TAKSU itu adalah respon alam atas nilai, value dan perilaku manusia terhadapNya. Ia muncul saat manusia merawatnya. Dengan persembahan, dengan doa, dan dengan cinta. Mungkin itulah ispirasi Julia Robert dalam filmnya: Eat, Pray and Love.
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to HinduGL
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!