,
6 tweets,
1 min read
Read on Twitter
WAYANG : EDUKASI DAN KRITIK
— a thread
Wayang sampai kini masih menjadi tontonan favorit bagi masy Bali, bahkan bagi kaum milenial sekalipun. Berita baiknya, wayang adl media penyampai pesan yg sangat efektif.
— a thread
Wayang sampai kini masih menjadi tontonan favorit bagi masy Bali, bahkan bagi kaum milenial sekalipun. Berita baiknya, wayang adl media penyampai pesan yg sangat efektif.
Dengan wayang, petuah bahkan kritik pedas bisa disambut sbg lelucon yang mengocok perut, terutama bila disampaikan oleh tokoh Delem - Sangut, utamanya lagi saat disampaikan oleh Jero Dalang "Ceng Blong" Nardayana. Simaklah salah satu percakapan "sekaha tuak versus sekaha betara"
Bagaimana tokoh Delem mengejek orang2 Hindu yang aktif di Pura, orang yang sembahyang, orang2 yang memuja Tuhan dengan khusuk. Bagi Delem, jauh lebih baik bergaul dengan orang2 penggemar tuak (minuman keras khas Bali) dibanding bergaul dengan orang2 religius.
Dengan sangat meyakinkan Delem menyajikan "fakta2 kebaikan" orang2 penggemar tuak, disandingkan secara kontras dengan "fakta2 keburukan" orang2 religius. Lalu sang Dalang mengubah lakonnya menjadi tokoh Sangut yang memberi nasihat, menguak fakta dari sudut pandang lain.
Dialog mengalir penuh gelak tawa, padahal kalau mau mencari kata2 harfiah, akan ditemukan banyak "penghinaan" pada Pretima (symbol Tuhan Hindu Bali). Tapi, lagi2, dialog itu justru dianggap mencerahkan.
Dan, itu membuat saya cukup bahagia, bahwa masy masih memiliki sisi humoris yg cukup baik. Artinya, mereka cukup dewasa utk menerima kritik sambil tertawa.
Kadang kita memang perlu mentertawakan diri sendiri. Setidaknya itu lebih baik, ketimbang ditertawakan oleh orang lain.
Kadang kita memang perlu mentertawakan diri sendiri. Setidaknya itu lebih baik, ketimbang ditertawakan oleh orang lain.
