"KELAS YANG TERBAKAR"
- berbeda bukan berarti harus kalian acuhkan. Aku sama seperti kalian, aku teman kalian -

Sebuah kisah seorang murid yang pernah berinteraksi dengan salah satu penghuni bekas kelas yang pernah terbakar, sekitar tahun 80-an.

@bacahorror #bacahorror
@bacahorror Cerita ini saya dengar sekitar awal tahun 2009, saat saya masih duduk di bangku SMA. Cerita dari adik kelas yang pernah berinteraksi dengan salah satu murid tak terlihat di sekolah saya, dulu.

Seperti sebelumnya, nama dan tempat akan disamarkan. Bagi yang tau tentang cerita itu-
@bacahorror -ini adalah versi dari seorang murid, yang mungkin saja ada perbedaan atau kesamaan dengan cerita versi orang lain yang pernah mendengarnya.
@bacahorror Sore itu, seperti biasa, sepulang sekolah saya nongkrong di sanggar pramuka yang letaknya di bagian belakang sekolah.

Dekat dengan sanggar pramuka, terdapat jembatan penghubung, antara bagian sekolah utama dengan area tambahan yang entah bagaimana ceritanya lokasinya terpisah.
@bacahorror Dibawah jembatan itu bukan sungai, melainkan jalan kecil yang merupakan akses dari beberapa rumah warga perkampungan yang lokasinya dibelakang sekolah.

Area di seberang jembatan, saat itu masih terdapat beberapa bangunan yang belum di rehab.
@bacahorror Ada Perpustakaan sekolah yang tepat disamping jembatan. Didepannya ada 2 ruangan, ruang Lab Fisika dan Lab Kimia. Disamping Lab Fisika terdapat dua kamar mandi yang kondisinya bisa dikatakan tidak layak, cat nya sudah terkelupas, dan dindingnya sudah hampir dipenuhi lumut.
@bacahorror Kamar mandi itu berada tepat dibawah tangga jembatan. "Jembatan merah", sebutan yang dulu sering dipakai oleh murid sekolah itu di tahun 2000-an.

Disamping perpustakaan, ada sebuah ruangan kosong, yang sempat digunakan sebagai ruang kelas, dan kemudian diubah menjadi -
@bacahorror - Ruang serba guna.

Ada dua bangunan lain yang letaknya di ujung paling belakang, yang saat itu masih dipakai untuk ruang kelas.

Dan narasumber cerita ini, saat itu merupakan salah satu murid di kelas itu.
@bacahorror Ada satu ruangan lain yang letaknya mungkin tidak disadari oleh sebagian murid sekolah itu. Karena pintu ruangan itu tidak terlihat dari luar bangunan.

Ruangan itu adalah gudang perpustakaan. Pintunya berada di dalam area perpustakaan, dan lokasinya berada diantara perpustakaan-
@bacahorror - dan ruang serba guna.

Bagi yang pernah menyadari keberadaan tempat itu, mungkin akan ngeri dengan keadaan di dalamnya.
Ruangan yang gelap, dimana lampu ruangan sangat jarang dinyalakan.
Tumpukan buku-buku, tertata rapih namun berdebu.
@bacahorror Sejak saya berada di sekolah itu, area belakang sekolah itu memang penuh dengan cerita-cerita misteri. Dan beberapa cerita, mungkin akan ikut tersampaikan dalam kisah ini.
@bacahorror Sekelompok siswa sedang berkumpul sambil duduk lesehan diatas tikar yang dibentangkan di depan sanggar pramuka. Suasana disana hanya berisi anak-anak pramuka yang sedang mempersiapkan suatu kegiatan.

saya berjalan mendekat kearah sanggar, dan disapa oleh salah satu dari mereka.
@bacahorror warung disebelah sanggar pramuka ternyata masih buka. Dan saya memutuskan untuk masuk ke warung, nongkrong disana.

Saat masuk ke dalam warung itu, dua orang siswi yang sebelumnya sedang membicarakan sesuatu, tiba-tiba menghentikan interaksinya.
@bacahorror Tidak lama kemudian, salah satu dari dua siswi itu pergi meninggalkan temannya.

"Wis, ora opo-opo. Tenangke disik pikiranmu. Ojo mikir sing ora-ora", sedikit saya dengar pesan terakhir sebelum temannya itu pergi.
(sudah, tak apa-apa. Tenangkan dulu pikiranmu-
@bacahorror - jangan berpikir yang tidak-tidak)

setelah temannya pergi, saya memperhatikan gerak-gerik siswi itu. Saya mengenalnya, karena dia adalah adik kelas yang juga satu organisasi dengan saya. Sesekali, saya pun berinteraksi dengannya.
@bacahorror Saat itu, tiba-tiba dia mendekat duduk di kursi yang berada di depan saya, kami hanya terpisahkan oleh meja warung yang sudah dibersihkan.

Dan dia menanyakan sesuatu yang tidak saya duga.
@bacahorror "Mas, wes meh lulus toh." (mas, sebentar lagi lulus kan)
dia memberi jeda, sebelum meneruskan kata-katanya.
"Selama ning SM***A, pernah ora, krungu-krungu cerito tentang sekolah iki?"
(selama di sekolah, pernah tidak mendengar cerita di sekolah ini?)
"Hah? Cerita apa nih?"

Ya, memang, banyak cerita yang saya dengar tentang sekolah ini. Tapi, berhubung penasaran dengan ceritanya, saya coba menunggu dia meneruskan.

"Pernah denger cerita kalau ada kelas yang terbakar? Dulu banget mas kejadiane"
Jujur, perihal kelas yang terbakar, baru kali ini saya mendengar cerita itu. Dan saya jadi merasa tertarik dengan lanjutan ceritanya.

"Belum sih. Kalau Bu War, mungkin tau".
Bu War adalah yang mengelola warung dalam sekolah ini. Jika ditanya sejak kapan jualan di sekolah-
- jawabannya sudah sejak jamannya guru disekolah itu masih jadi murid. Bisa dikatakan sudah puluhan tahun bu War jualan di dalam area sekolah.

"Wah, kalau kamu belum pernah denger, yaudah, mas"
Raut wajahnya berubah, dan seperti tidak berniat meneruskan ceritanya.
"Sek sek, kenapa sih kok kamu tiba-tiba nanyain cerita itu?"

Dari belakang siswi itu, saya bisa melihat bu War yang sedang senyum-senyum sendiri. Seakan ikut mendengar pembicaraan kami, dan senyum itu, seakan menyiratkan kelucuan karena saya dianggap kurang tau masalah ini.
Akhirnya, saya berhasil mendapatkan perihal cerita kelas yang terbakar dari siswi itu, yang di cerita ini akan saya sebut sebagai Risma.

---

Sore itu, keadaan sekolah sudah sepi. Risma dan salah seorang temannya, masih bertahan di kelas belakang sekolah.
Risma baru menyadari bahwa hari sudah sore, ketika ia memperhatikan ke arah jendela.

Tak hanya cahaya di luar kelas yang sudah tampak meredup, ada sesuatu yang lain tiba-tiba membuat pandangan Risma berhenti terpaku.
Teman sebangkunya sudah bersiap-siap untuk meninggalkan kelas, sebelum ia menyadari bahwa Risma tiba-tiba terdiam dan pandangannya seakan kosong menatap kearah jendela.

Terheran, apa yang diperhatikan Risma, karena temannya tidak melihat sesuatu yang aneh di luar kelas.
Risma masih terdiam, pandangannya tertuju pada sesuatu yang berada di depan ruang serba guna, terlihat dari jendela kelas yang memang masih berbentuk jendela lebar, dengan kaca yang sudah ada retakan di sudutnya.

Seorang anak perempuan, dengan seragam sekolah, duduk sendiri-
-dengan wajah tertunduk kebawah, rambutnya pun ikut tersibak kebawah menutup bagian samping mukanya.

Sayang, hanya Risma yang merasakan kengerian saat itu, karena temannya sama sekali tidak melihat ada murid lain selain mereka berdua di tempat itu.
Tiba-tiba pandangan risma gelap, namun rasanya hanya seperti mengedipkan mata, dan Risma tidak melihat teman yang bersamanya tadi.

Aneh, saat itu Risma tidak sedikit pun panik. Dengan santai, ia mengambil tas nya dan keluar dari kelas.

Melewati depan ruang serba guna-
- Risma kembali melihat sosok berseragam sekolah yang sempat dilihatnya dari jendela.

Penasaran, akhirnya ia putuskan untuk mendekati anak perempuan itu.
Risma merasa belum pernah melihat anak ini, baik dari kakak kelas ataupun teman setingkatnya.
"Kak, masih apa disini? Sudah sore lho."
Sapa Risma.

"Masih menunggu, dek. Aku belum dijemput", jawab anak berseragam itu.
"Loh, nunggu jemputan di luar saja kak. Disini kalau sudah sore gelap lho."

"Aku biasa dijemput disini, dek".

" Oh, berarti nanti masih akan ada yang datang kesini buat jemput kakak ya? Yaudah, kalau begitu, saya temenin kakak nunggu".
Risma duduk di selasar depan lab Kimia yang berhadapan dengan ruang serba guna

Sesekali ia mengamati anak itu, yang dikiranya sebagai kakak kelasnya.
Memang terasa aneh, seharusnya kalau dia kakak kelasnya, ruangannya ada di bagian tengah, dan harusnya menunggu di depan kelasnya
"Di dalam agak panas dek, makanya aku nunggu disini"
Tiba-tiba anak itu memulai perbincangan.

Risma tertegun, pandangannya tertuju ke arah pintu ruang serba guna, agak terbuka hanya secelah.

"Loh, emang barusan ada kegiatan didalam ya kak?"
Anak itu hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya, tanpa suara.

Risma semakin penasaran, tapi ia tidak berani menatap ke arah anak itu.
Risma hanya berusaha memperhatikan ke arah pintu ruang serba guna.
Tiba-tiba Risma merasakan keanehan.

Dari celah pintu ruang aula, dapat dilihatnya seperti ada beberapa bangku mirip yang ada di kelasnya.
Seolah, ruangan itu digunakan lagi untuk ruang kelas.

Tapi, sejak kapan?
Risma sendiri tidak pernah melihat ruangan itu kembali ditata-
-kembali menjadi ruang kelas.

"Ibumu, gimana kabarnya?"

Risma tertegun, mendengar ucapan anak itu. Kenapa tiba-tiba ia menanyakan perihal keadaan orangtua Risma?

"Hehe, ibuk? Alhamdulillah, ibukku sehat. Kenapa toh kak?"
"Ora opo-opo nduk, salam yo, nggo ibukmu. Matur mawon, diparingi salam saking Riyanti. Rencang e."

Risma merinding, namun perasaannya mulai tak karuan. Tiba-tiba hawa panas terasa dari ruang serba guna itu.

Angin tiba-tiba bertiup kencang, dan pintu kelas tergebrak terbuka.
Kobaran api menyala-nyala dari dalam kelas. Panik, Risma pun seketika berdiri dari duduknya dan hampir berlari.

Kibasan angin dari dalam ruang serba guna menerpa ke arah anak yang masih duduk di depan ruangan.

Dan saat rambutnya yang terurai kebawah tersibak -
- wajahnya tampak mengerikan, dengan luka bakar yang hampir 100 persen menghancurkan wajah itu.

Risma berlari menuju jembatan merah, dan disitulah ia bertemu dengan temannya.

Panik, Risma pun berteriak minta tolong, karena ada ruangan yang terbakar.
Saat itulah Risma tiba-tiba tersadar dari pingsannya, sudah berada di sanggar pramuka, ditemani oleh beberapa temannya.

Begitu kronologi awal cerita Risma, tentang kelas yang terbakar.

Cerita risma masih berlanjut, setelah ia menceritakan kisah tersebut pada orang tuanya.
"Riyanti? Riyanti sopo dek?" Tanya ibuk setelah risma membuka cerita pada orang tuanya. Risma menyampaikan salam dari anak yang ditemui entah melalui mimpi atau nyata di depan ruang serba guna sekolah, dan menanyakan pada ibunya tentang nama Riyanti.

Ibuk juga salah satu alumni-
- di sekolah itu.

Ketika mendengar nama Riyanti, dan mendengar cerita Risma, ibuk mulai bisa memahami siapa Riyanti yang dimaksud oleh Risma.

Riyanti, adalah nama salah satu murid di sekolah itu. Namun, untuk angkatan yang seharusnya sudah tamat sekolah sejak puluhan tahun lalu
Kisah tentang Riyanti adalah sebuah cerita rekaan, saya maksudkan untuk menjadi pelajaran bagi para pelajar.

Ambil hal positif dari cerita ini.

Di akhir cerita tentang Riyanti, akan ada kejadian bagaimana kelas di sekolah itu bisa terbakar.
Riyanti adalah salah satu murid kelas 2 di sekolah itu. Salah satu murid berprestasi dan berparas manis.
Namun, dibalik kelebihannya, ada kekurangan yang tidak bisa dilihat sebelum berinteraksi dengannya.

Adalah kesulitan berbicara.
Setiap berbicara dengan orang lain, perkataannya mungkin akan tidak mudah dimengerti. Nada bicaranya seperti orang dengan kekurangan, bibir sumbing.

Namun, Riyanti adalah seorang gadis yang ceria dibalik sifatnya yang pendiam.
Mungkin, sifat pendiamnya itu karena kekurangan yang dimilikinya. Sehingga jarang berinteraksi dengan teman seangkatannya.

Kelebihan Riyanti ada di pelajaran matematika dan menggambar. Gambar Riyanti bisa dikatakan punya nilai seni yang diatas rata-rata.
Salah satu teman sekelas yang sering memuji gambar Riyanti adalah teman sebangkunya. Menurutnya, gambar Riyanti selalu punya makna tersirat.

Teman sebangku Riyanti itu, bisa dikatakan salah satu murid yang bisa menerima kekurangan Riyanti.

Pasalnya, Riyanti sendiri sering kali-
-mendapat bulyan dari beberapa teman sekelasnya.

Salah satu pelajaran yang tidak disukai Riyanti adalah pelajaran bahasa. Pernah suatu ketika, saat pelajaran Bahasa Indonesia, setiap siswa diharuskan membuat puisi dan membacakannya di depan kelas.
Bisa ditebak?
Sudah pasti, kekurangan Riyanti adalah penyebab kenapa ia tidak menyukai pelajaran bahasa.

Riyanti sampai menangis setelah membacakan puisinya di depan kelas. Melihat reaksi teman-temannya yang kebanyakan menertawainya, saat ia memeragakan suatu penghayatan.
Meski terkadang, gurunya sering menghimbau teman-temannya agar menghargai setiap usaha dan kegigihan Riyanti, namun memang kejadian bullying seakan susah dihindarkan dari kebiasaan di sekolah.

Kejadian saat pembacaan puisi itu, sering menjadi bahan bullying oleh teman sekelasnya
Siang itu, saat jam istirahat sekolah, Riyanti dan teman sebangkunya sedang berada di dalam kelas. Temannya itu sedang sibuk mengerjakan tugas yang harus dikumpulkan hari itu. Sedangkan Riyanti asik mencorat coret diatas secarik kertas.

Dari bangku lainnya, beberapa kali-
- terdengar suara anak laki-laki yang sedang bercanda dengan temannya, yang sesekali dikeraskan suaranya saat menirukan suara Riyanti dalam candaannya.

Riyanti pun hanya melirik siapa yang masih asik membully nya. Dengan sorot mata yang tajam.
Ingin rasanya Riyanti membentak mereka. Namun, berusaha ia redam amarahnya.

Teringat, jika dia melampiaskan kemarahannya, hanya akan menjadi bahan bullying lain untuk mereka.
Akhirnya teman sebangku Riyanti menyelesaikan tugasnya.

"Rampooong" Kata temannya itu, dengan nada yang hampir seperti berteriak.

"Nyoh, makasih yo. Untung temenku satu ini pinter matematika. Jadi bisa tak contoh tugase. Hehe"
Riyanti hanya menanggapi dengan tawa.

"Heh, nggambar opo si? Kok kayak e asik temen" tanya temannya itu.

Riyanti tidak menjawab. Hanya menyodorkan secarik kertas yang sedari tadi dicoret coretnya.
Di kertas itu terlihat gambar Riyanti yang berbentuk sketsa. Yang membuat temannya itu penasaran adalah sketsa itu seperti gambaran kelasnya.
Posisi mereka berdua berada di bagian belakang, dekat dengan jendela.
Dan terlihat beberapa anak yang sedang melakukan kebiasaannya.
Yang jadi perhatian temannya itu adalah gambar salah satu anak yang sedang berlari.

"Lah, kenapa ini bocah? Kok kamu gambar masih lari kayak gini". Tanya temannya penasaran.

Riyanti sedikit tertawa mendengar pertanyaan temannya itu.
"Hehe, dia kaget, gara-gara dikerjain"
Jawab Riyanti, dengan suara khasnya.

"Nih, lihat bagian bawah celananya. Ada api kan?" Riyanti tertawa setelah menjelaskan maksud gambarnya itu.

Tawa Riyanti seakan merupakan ekspresi kepuasan.
Gambar itu adalah gambar anak laki-laki yang baru saja membully nya.
Sengaja ia gambar sebagai bentuk luapan kemarahannya.

Bagi Riyanti, membalas bullyan dengan mengekspresikannya melalui gambar, adalah caranya untuk menenangkan diri.
Tapi, tak disangka, gambar itu seakan menjadi pertanda buruk untuk kejadian yang akan terjadi beberapa hari setelahnya.

"Yan, hari ini aku ada rapat osis, nanti kamu pulangnya nunggu aku ya. Depan kelas aja biar gampang aku cari". Kata teman sebangku Riyanti.
Riyanti hanya mengangguk.
"Kayaknya aku gak bisa ikut jam terakhir. Dapet tugas keluar sekolah nih dari kakak kelas."

Perkataan itu sedikit meresahkan Riyanti. Pasalnya, jam terakhir nanti, adalah pelajaran bahasa. Terlebih, akan ada praktek di ruang sebelah. (Lab bahasa).
Lab Bahasa berada tepat disebelah ruang kelas Riyanti. Masih terbilang ruangan baru di sekolah ini.

Riyanti yang biasanya bersama dengan teman sebangkunya, kali ini harus menghadapi pelajaran bahasa sendirian.
Saat itu, teman-teman sekelasnya terlihat begitu antusias. Hanya Riyanti yang sepertinya tidak nyaman dengan kegiatan itu.

Teman-teman yang lain, saling berebut tempat. Sehingga, Riyanti yang jadi terabaikan, akhirnya menempati sisa tempat yang masih kosong, di sudut ruangan.
Perasaan Riyanti benar-benar tidak nyaman, dan sesekali firasat buruk seakan bolak balik menghantuinya.

Tak terasa, hampir setengah jam mereka berada ditempat itu. Riyanti yang memang sudah tidak nyaman, tiba-tiba merasakan hawa panas dari atas ruangan.
Tidak lama, hawa panas itu pun disadari oleh yang lain, dan suasana dalam ruangan pun mulai ricuh.

Gurunya coba menenangkan semua muridnya. Dan berniat memeriksa keluar ruangan.

Semua yang ada dalam kelas itu pun hampir bergegas menyusul gurunya keluar -
- termasuk Riyanti yang mulai panik mengikuti teman-temannya yang lain.

Tiba-tiba suara gemuruh terdengar dari langit-langit, dan semua yang ada dalam ruangan berlari berdesakan satu sama lain.

Namun terlambat -
Dari bagian atas ruangan mulai terlihat ada api yang menyala. Riyanti yang sesekali melihat keatas disela kepanikannya, melihat langit-langit ruangan itu hampir berubah warna, menghitam.

Beberapa anak perempuan berteriak, saat akhirnya beberapa bagian langit-langit berjatuhan.
Riyanti menyaksikan beberapa temannya yang terkena jatuhan penutup langit-langit. Kepanikan telah membuat pintu keluar sulit dilewati karena semua anak saling berdesakan.

Namun Riyanti terjebak ditengah ruangan, tanpa semua menyadari. Hanya beberapa anak yang berhasil selamat
- keluar dari ruangan itu. Sisanya, terjebak dalam ruangan yang pada akhirnya hangus terlahap api yang seakan tak terkendali, membakar seisi ruangan, dan merembet ke kelas disebelahnya. Kelas Riyanti.
Selain bersumber awal dari cerita adik kelas saya yang pernah ditemui oleh sosok murid tak terlihat itu, cerita ini juga dirangkum dari beberapa warga sekolah. Baik penjaga sekolah yang lama, penjaga perpustakaan, tukang bersih-bersih sekolah, ibu penjual warung, dan alumni.
Kabarnya, sejak peristiwa kebakaran kelas itu, di sekolah mulai sering muncul cerita mistis tentang murid-murid sekolah yang terbakar.

Termasuk hadirnya makhluk makhluk lain yang tak kasat mata.
Beberapa tahun setelahnya, dua ruangan yang terbakar itu dibangun kembali, dan difungsikan untuk dua ruangan yang berbeda.
Lab Bahasa yang terbakar, dibangun jadi ruang perpustakaan, dan ruang kelas disebelahnya kembali menjadi ruang kelas. Dan akhirnya entah kenapa -
-pada akhirnya kembali dikosongkan.

Saya sendiri saat awal duduk di kelas 2, sempat menempati kelas itu sebagai kelas sementara.

Ruang kelas yang bersebelahan dengan perpustakaan, jadi salah satu nilai tersendiri bagi saya, yang dulu masih tertarik dengan dunia literasi.
Kisah yang masih berkaitan dengan cerita mistis kelas yang terbakar, terjadi di ruang perpustakaan.

Bersumber dari cerita penjaga perpustakaan, saat saya duduk di kelas 3.

Jam terakhir hampir selesai, ruang perpustakaan itu baru saja dipakai untuk jam pelajaran bahasa.
Mengingat sudah hampir saatnya pulang, guru bahasa di sekolah itu menghimbau muridnya untuk kembali ke kelas.

Pada akhirnya satu persatu para murid bergegas meninggalkan ruang perpustakaan.
Bu Utari, penjaga perpustakaan saat itu memantau murid-murid yang meninggalkan ruangan itu dari mejanya.

Sampai sesaat sebelum tiba waktunya pulang. Bu Utari kembali memeriksa ruangan. Merapihkan kursi-kursi yang cukup berantakan.

Hal itu kurang disukai olehnya.
Menurut bu Utari, seharusnya murid-murid sadar diri, sadar tempat. Perpustakaan harusnya menjadi tempat yang nyaman, dan harusnya setiap yang meninggalkan ruangan itu perlu memperhatikan kenyamanan ditempat yang akan ditinggalkan.
Saat menuju salah satu sudut ruangan, tepatnya di lokasi pintu gudang yang letaknya hampir tak terlihat karena terhalang lemari tempat kumpulan surat kabar, Bu Utari menjumpai seorang murid yang sedang berdiri membelakanginya.

Tidak curiga, karena disangkanya murid itu sedang-
-menyelesaikan tugas yang mendesak.

Bu utari terus melanjutkan bersih-bersih. Dalam hati, bu Utari justru bersyukur ada yang menemaninya.

Sebelum meninggalkan area itu, bu Utari sempat berpesan,
"Sudah hampir pulang dek, buruan. Jangan lupa tempatnya dirapihkan".

Lalu kembali-
-ke Meja kerja nya.

Bel sekolah akhirnya berbunyi, namun bu Utari tidak juga melihat si murid yang tadi keluar dari perpustakaan.

Dengan agak jengkel, bu utari kembali mendatangi tempat itu.

Dan bu Utari dikejutkan dengan kejadian yang tak terduga.
*Coba scrol kembali ke tweet saat saya menjelaskan tentang ruang perpustakaan, disitu saya sudah menjelaskan tentang posisi gudang perpustakaan.

Bu Utari tidak menemukan keberadaan anak itu, namun melihat pintu gudang terbuka.
Saat itu, bu utari agak jengkel, karena mengira murid itu sembarangan membuka dan masuk kedalam gudang.

Dengan cepat, bu utari berjalan ke arah pintu gudang, bermaksud akan memarahi murid itu.

Namun, apa yang dilihat bu Utari saat menengok masuk kedalam gudang?
Bu Utari melihat anak perempuan berada di sudut paling dalam gudang, dan saat bu Utari hampir mengeluarkan perkataannya, anak itu menoleh, sambil menyeringai, menampakkan wajah dan senyumannya yang pucat dengan luka yang menyayat lebar di bagian pipinya.
Bu Utari pun kaget dan berteriak sekeras ia bisa.

Suara teriakannya sampai ke arah warung sebelah sanggar pramuka, bahkan mungkin sampai ke arah kelas yang berada disamping jembatan.

Berduyun-duyunlah orang lain yang mendengar suara bu Utari.
Termasuk, pak moko yang sedang menunggu jam pulang di warung bu War.

Bu utari berjalan tertatih ke arah meja kerjanya saat pak moko datang.

"Kenopo mbak? Ono opo?" tanya pak Moko.
"Ono sing ngatok. Ono sing ngatok"
(Ada yang menampakkan diri)

Bu utari masih memejamkan matanya, berusaha melupakan kejadian yang baru saja menimpanya, dan tentu ingin menghilangkan bayangan raut wajah yang baru saja dilihatnya.

Setelah agak tenang, bu Utari langsung diajak -
- meninggalkan tempat itu. Dan menceritakan kejadian itu pada beberapa orang yang menanyakan.

Sejak saat itu, bu Utari dan penjaga perpustakaan yang lain, tidak lagi menutup perpustakaan di akhir jam sekolah. Dan beliau tidak bersedia menutup perpustakaan sendirian.
Seingat saya, kejadian ini terjadi saat saya duduk di kelas 2.
Ke esokan harinya berita kejadian itu langsung jadi pembicaraan warga sekolah.

Saya sendiri awalnya mendengar kabar saat di kantin, saat ibu kantin sempat menanyakan apakah saya sudah mendengar kabar tentang bu Utari
-tapi, untuk detail ceritanya, baru saat kelas 3 saya dengarkan detailnya dari bu Utari.

Ada satu cerita terakhir, yang akan menjadi penutup thread ini.

Siap-siap.
Setiap sekolah mempunyai sejarah dan cerita yang berkembang di lingkungannya masing masing. Termasuk Cerita Misteri yang sering membuat ngeri siapa pun yang mendengarnya.

Tapi, setiap cerita pasti selalu punya makna yang tersirat, yang perlu dijadikan Introspeksi dan pelajaran.
Saya agak lupa-lupa-ingat, cerita terakhir yang akan saya ceritakan, yang masih berkaitan dengan Kelas yang Terbakar ini. Kejadiannya antara saat kegiatan KBO atau saat kegiatan Pramuka.

Yang pasti saat itu masih ada kegiatan kesiswaan di sekolah.
Kegiatan yang dulu masih sering diadakan di sekolah sampai waktu malam hari.

Cerita itu tepatnya dimulai saat kegiatan malam.

Susunan acaranya, kalau tidak salah adalah pemantapan mental, yang dulu seakan seperti kegiatan uji nyali.
Cerita ini saya dapatkan dari salah satu senior saya di organisasi sekolah, dimana cerita itu merupakan pengalamannya saat acara itu. Terjadi sekitar 2 tahun sebelum saya masuk ke sekolah itu.
Malam itu panitia yang berasal dari kelas 2 dan beberapa diantaranya kelas 3, sedang persiapan acara pemantapan dimulai.

Peserta yang berasal dari kelas 1, dibuat berkelompok, yang masing-masing beranggotakan 3 orang.
Setiap kelompok yang sudah disusun, dihimbau agar berbaris di lapangan.
Namun, sebelum acara dimulai, salah seorang anak tiba-tiba merasa pusing dan akhirnya diminta untuk beristirahat, tidak mengikuti kegiatan.

Dan, dari semua kelompok, hanya satu kelompok yang berisi 2 anak.
Kedua anak itu, sebut saja namanya Tiar dan Bagus, sedangkan satu anak yang batal ikut kegiatan, sebut saja namanya hilman.

Dikarenakan kelompok mereka hanya ada 2 anak, urutan keberangkatannya digiliran pertengahan.
Tiba saatnya kelompok Tiar dan Bagus mendapat giliran jalan, keduanya berjalan menyusuri tiap lorong kelas, menuju beberapa pos yang ditentukan.

Disetiap pos itulah peserta kegiatan itu mendapat tes wawancara dan pemantapan.
Saat menuju pos pertama, bagus merasakan sesuatu yang agak ganjil, setiap langkah mereka, seakan diikuti oleh seseorang.
Awalnya, mereka mengira yang mengikutinya adalah kakak kelas yang berniat ngerjain, jadi keduanya masih nampak santai melanjutkan perjalanan.
Tiba lah mereka di pos pertama, dan menjalani tes pertama. Di pos pertama itu, masih belum ada kejanggalan dan dilalui dengan lancar.

Namun, saat menuju pos kedua dan selanjutnya, Bagus masih saja merasa ada yang mengikuti mereka berdua.
Hingga tiba di pos terakhir, yang letaknya di bagian belakang sekolah, sebelum sampai di jembatan merah, tepatnya di depan warung bu War, Bagus dan Tiar dikagetkan oleh suara Hilman yang entah darimana datangnya, sudah berada di belakang mereka berdua.
Bagus merasa aneh, pasalnya sebelum mulai acara, Hilman sudah disuruh istirahat oleh kakak kelas.

"Man, lah kamu tadi katanya pusing, ngapain nyusul? Kamu gak bareng sama kakak kelas kesininya?"

Hilman menjawab pertanyaan Bagus hanya dengan mengelengkan kepala.
Sebenarnya Tiar pun sudah merasakan keanehan saat itu. Sampai-sampai Tiar menatap Bagus dengan perasaan ngeri dan Was-was.

Tapi, dari balik jembatan, suara kakak kelas terdengar memanggil mereka, di ikuti sorotan lampu senter ke arah mereka.

"Dek, cepet dek, ingat waktunya"
Tak peduli lagi perasaan ngeri yang dirasakan, keduanya di ikuti oleh sosok Hilman pun berjalan menghampiri kakak kelas yang memanggil itu.

"Kalian bertiga ngapain berdiri diatas jembatan?"

Mendengar pernyataan kakak kelas itu, Bagus dan Tiar agak lega.
Pasalnya, berarti kakak kelas pun melihat Hilman yang tiba-tiba menyusul mereka berdua.

Di pos terakhir itu, ketiganya melakukan tes dengan kakak kelas secara terpisah.

Saat menjalani tes itu, sesekali Bagus mendengar kakak kelas yang menguji Hilman berkata dengan suara keras
"Dek, kamu sebenernya serius gak sih ikut kegiatan ini?" Bagus sedikit mendengar perkataan kakak kelas itu dengan suara yang agak membentak.

"Dari tadi ditanya tidak menjawab! Maksudmu apa?"

Mendengar itu, Bagus sempat tertawa kecil, merasa lucu dengan apa yang didengarnya.
"Kamu kenapa ketawa-ketawa?" Tegur kakak kelas yang sedang menguji bagus.

"Konsen dek, kamu masih bareng kakak disini. Apa kamu mau gantian sama kakak yang disana?"

"Eh, maaf kak, maaf."
Sebenarnya Bagus sudah beruntung, karena diuji oleh kakak kelas yang ramah. Tidak seperti temannya Hilman yang terdengar sering dibentak oleh kakak kelas yang mengujinya.

Selain itu, tempat hilman di uji pun agak tidak nyaman, karena berada diantara ruang perpustakaan dan kelas
Rumor cerita yang sempat ia dengar tentang Ruang kelas yang terbakar di lokasi itu, sedikit terlintas dibenaknya.

Dan akhirnya, ujian di pos terakhir pun selesai. Bagus, Tiar dan Hilman pun kembali ke area lapangan melewati jembatan merah.

Disitu Bagus mendengar dari belakang-
Suara Kakak kelas yang baru menguji Hilman menggerutu. Bagus dan Tiar kembali tertawa dengan menahan suaranya agar tidak terdengar oleh kakak kelas.

Saat menaiki tangga jembatan merah, Bagus dan Tiar dengan Hilman di belakang mereka, terlihat agak buru-buru.
Disitulah Bagus kembali merasakan keanehan. Dari posisi hilman, terdengar langkah kaki yang diseret, yang setiap menginjakkan kaki di anak tangga terdengar suara "Tek... Tek... Tek" Seperti suara gagang sapu yang diseret menyentuh anak tangga.

Tiar pun mendengarnya...
Karena merasa ngeri, Bagus dan Tiar berlari begitu saja, mengabaikan Hilman yang berada di belakang mereka.

Sampai lah di depan aula, Bagus dan Tiar dikagetkan oleh dua orang kakak kelas yang menepuk pundak mereka.

"Heh, dek. Kenapa kalian berdua lari?"
"Eh, gapapa kak." Sahut Bagus dengan suara yang masih agak ngos-ngosan.

"Yar, Hilman dimana?" tanyan Bagus.
Tapi, yang menjawab pertanyaan itu justru salah satu dari kakak kelas yang ditemui mereka itu.

"Lho, kan temanmu dari tadi di UKS"
"Hah, nggak kak, barusan Hilman ikut ujian bareng kita di pos terakhir"

Mendengar perkataan Bagus, kedua kakak kelas itu merasa heran bercampur ngeri.

Keduanya berusaha mengendalikan diri agar tidak panik. Menyuruh Bagus dan Tiar segera ke Lapangan -
Sementara kedua kakak kelas itu dengan tergesa-gesa menemui panitia yang lain dan menyusul rekan yang lainnya ke pos terakhir, mempertanyakan perihal kelompok yang baru saja mendatangi pos mereka.
Benar saja, saat itu kakak kelas yang tadi menguji Hilman pun gemetaran dan terkejut tak percaya.

Pos terakhir itu pun akhirnya dipindahkan lokasinya ke depan sanggar pramuka, untuk mengantisipasi hal-hal lain yang tidak di inginkan.
Cerita ini, cukup trending di kalangan siwa sekolah sekitar tahun 2006 - 2007.
Tentang peserta kegiatan yang bertambah, saat acara yang diadakan oleh salah satu organisasi di sekolah.

Versi ini saya dengar dari kakak kelas. Kalau pun ada versi lain, atau mungkin-
- alumni yang saat itu masih menjadi siswa, dan yang mengalami kejadian tersebut, membaca thread ini, silakan reply untuk memberi konfirmasi.

Hehe...
Akhir kata sebelum threat ini saya tutup. Saya ingin memberikan sebuah kesimpulan.

Kisah-kisah misteri yang terjadi di sekolah itu, khususnya di bagian belakang sekolah, bisa jadi berkaitan dengan kejadian Kelas yang Terbakar, dulu.

Sosok yang nampak di area belakang-
Memang lebih sering berwujud sosok murid sekolah, dari yang masih berseragam, berwajah penuh luka bakar, siswa dengan kaki terseret, dan sepengetahuan saya, ada juga yang berwujud tengkorak.

Sosok lain yang kadang muncul adalah sosok sikecil gundul, dari area kamar mandi-
- Bawah Tangga jembatan merah. Juga sosok mbak Kun-kun, di area samping utara perpustakaan.

Saya sendiri, sejak masa sekolah sampai dengan lulus sekolah sering kali berkunjung ke sekolah, baik saat siang, sore, bahkan ketika ada kegiatan organisasi saat malam di sekolah.
Hampir setiap sudut sekolah, sudah menjadi hal biasa bagi saya saat itu.
😁

Terakhir saya berada di sekolah itu tahun 2012. Setelah itu, saya tidak lagi mengikuti perkembangan cerita di sekolah itu.
Kabarnya, bagian belakang sekolah, sekarang sudah dirubah menjadi lapangan.

Artinya, bangunan bekas kelas yang terbakar, ruang perpustakaan, lab kimia dan fisika, semua sudah tidak ada di belakang.

Dan satu pertanyaan saya.

Kemana perginya sosok Riyanti?
😱😱😱
Ada yang tau, dimana ini?
Ditempat anak-anak berdiri itu berdiri dan berkumpul itulah, lokasi bekas kelas yang terbakar.

Yang sekarang sudah berubah fungsi jadi lapangan.

Eh, ada yang lihat sosok Riyanti? 😱

Sumber foto : FB guru sekolah...

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Agustino Pratama

Agustino Pratama Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @agustinopratama

Jun 29, 2021
"Di tempat itu nak, ada sebuah makam salah seorang warga." Tutur Pak Erte, sambil menunjukkan sebuah tempat tak jauh dari lokasi kami berdiri.

#bacahorror #threadmisteri #ceritahoror #ceritamisteri Image Image
"Loh, kok bisa ada makam ditempat itu pak?" tanyaku, penasaran.

"Ya, karena dulunya, lokasi itu ya masih milik keluarganya. Kalau bisa dibilang sih, pemakamannya agak kurang wajar, jadi dimakamkan di pekarangan milik sendiri", jelas Pak Erte.
"Nggak wajar gimana pak?" rasa penasaranku pun mulai muncul mendengar penuturan Pak Erte tentang lokasi itu.

"Orang yang dikubur itu," Pak Erte sedikit memberi jeda. "Bisa dibilang, dikubur hidup-hidup disana".

Bulu kudukku pun mulai berdiri mendengar penjelasan Pak Erte.
Read 15 tweets
Jun 27, 2021
Orang tuaku, sejak dulu sering mengingatkan untuk pulang, masuk kedalam rumah saat waktu sudah mendekati maghrib. Karena konon, saat menjelang maghrib merupakan saat "Tengangi", saat "cadek olo" keluar.

#bacahorror #threadmisteri #ceritahoror #ceritamisteri Image
Saat beraktifitas pun, jika sudah mendekati waktu tengangi diusahakan untuk berhenti sejenak, menunggu saat itu usai.

Menurut kepercayaan dari masyarakat, menghindari aktifitas diwaktu tengangi akan menghindarkan kita dari hal-hal negatif yang bisa saja terjadi saat itu.
Seharusnya, perkataan orang tuaku itu yang saat itu kuingat.
Read 105 tweets
Jul 14, 2020
"Sosok Pesepeda Tua di Jalanan. Eks-Area Hutan"

Sebuah cerita pengalaman, saat melintas di jalanan yang dulunya merupakan kawasan Hutan.

-a thread by @agustinopratama
#bacahorror #threadhorror #ceritahorror @bacahorror
Pengalaman ini saya alami sekitar 2 tahun yang lalu, sepulang dari gudang tempat kerja yang pada waktu itu belum lama difungsikan oleh kepala tukang yang bekerja sama dengan saya untuk tempat kerja kami.

Sebenarnya lokasi gudang itu, masih berada di wilayah kota.
Tapi, jarak gudang dengan rumah saya bisa dibilang cukup jauh. Dikarenakan, gudang tersebut berada ditempat milik kepala tukang saya.

Yang perlu saya sampaikan, untuk pulang dari gudang sebenarnya terdapat 3 jalur.

Pertama, jalur terjauh adalah lewat jalur pantura-
Read 58 tweets
Aug 25, 2019
- Warga Perumahan -

Sebuah cerita tentang pengalaman beberapa orang yang berinteraksi dengan warga penghuni perumahan misterius.

Pernah viral pada masanya...

#bacahorror @bacahorror
Lek Mus, begitulah orang-orang di desanya, memanggil seorang lelaki berperawakan pendek itu.

Lek Mus sebelumnya tinggal di sebuah desa terpencil di daerah kabupaten "B". Karena cukup lama menganggur tanpa pekerjaan, akhirnya ia memutuskan untuk menjadi seorang penjual bakso-
- keliling. Tapi, bukan di desanya sendiri.

Dengan harapan punya omset yang lebih besar, ia memutuskan untuk menjajakan dagangannya ke wilayah kota "P".

Sambil nge-kos di sebuah kos-kosan kecil, ia pun mulai menjajakan dagangannya setiap sore hingga malam hari.
Read 103 tweets
Aug 21, 2019
- Tangisan si Jabang Bayi -

Sebuah cerita dari seorang tukang bangunan, saat merehab sebuah rumah tua.
Kisah dibalik suara tangisan bayi yang sering terdengar di waktu tertentu.

#bacahorror @bacahorror
Pagi itu, pak Sugi berangkat dari rumahnya cukup pagi. Ia baru saja mendapat panggilan dari mandor yang biasa mengajaknya bekerja sebagai tukang bangunan.

Saat itu cuaca sedikit mendukung, dengan udara yang masih beraroma pagi yang dingin, dan sinar matahari belum terlalu hangat
Ia berangkat dari rumahnya yang berlokasi cukup jauh dari tempat yang dikatakan oleh mandornya. Karena itu, ia memutuskan berangkat dari pagi, agar tidak kesiangan saat sampai ke tempat dimana dia akan mulai pekerjaan.

Setelah melalui jalanan yang cukup panjang, sampai lah -
Read 112 tweets
Aug 16, 2019
- Istana "PAKU BULAN" & Para Penunggunya. -

Cerita tentang hal-hal mistis di daerah bantaran sungai yang memisahkan dua desa.

Konon, di daerah itu terdapat sebuah istana tak kasat mata, yang penghuninya sering berinteraksi dengan masyarakat sekitar.

#bacahorror @bacahorror
Bantaran sungai itu dipenuhi oleh rerimbunan tanaman yang tumbuh subur. Dari pohon-pohon yang berukuran sedang sampai yang sangat besar, yang usianya mungkin sudah puluhan atau ratusan tahun.
Bagian yang jadi hak milik salah seorang warga, ada juga yang ditanami pohon bambu.
Salah satu desa yang berbatasan dengan sungai itu adalah desa kelahiran saya. Dan dulu, almarhum kakek saya memiliki sebidang tanah yang ditumbuhi pepohonan bambu, di bantaran sungai itu.

Dan cerita pertama yang akan saya sampaikan adalah yang pernah diceritakan orang tua saya.
Read 147 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(