- Tangisan si Jabang Bayi -

Sebuah cerita dari seorang tukang bangunan, saat merehab sebuah rumah tua.
Kisah dibalik suara tangisan bayi yang sering terdengar di waktu tertentu.

#bacahorror @bacahorror
Pagi itu, pak Sugi berangkat dari rumahnya cukup pagi. Ia baru saja mendapat panggilan dari mandor yang biasa mengajaknya bekerja sebagai tukang bangunan.

Saat itu cuaca sedikit mendukung, dengan udara yang masih beraroma pagi yang dingin, dan sinar matahari belum terlalu hangat
Ia berangkat dari rumahnya yang berlokasi cukup jauh dari tempat yang dikatakan oleh mandornya. Karena itu, ia memutuskan berangkat dari pagi, agar tidak kesiangan saat sampai ke tempat dimana dia akan mulai pekerjaan.

Setelah melalui jalanan yang cukup panjang, sampai lah -
- ia ditempat yang dikatakan oleh mandornya.

Belum ada tukang atau laden lain yang sampai di tempat itu. Pak Sugi pun memutuskan untuk menunggu, sambil menikmati kopi yang sengaja disiapkan oleh istrinya.

Sesekali, pandangannya menelusuri sekitar tempatnya berada.
Ia duduk disebuah bangku, didepan emperan toko yang masih tertutup. Jalanan di depannya masih terlihat sepi. Hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang di sekitar jalanan itu.

Diseberang jalan, pak Sugi melihat sebuah bangunan tua yang sepertinya sudah lama tak dihuni.
Dapat dilihatnya, halaman bangunan yang berbentuk seperti rumah itu sudah ditumbuhi tanaman-tanaman liar. Pagar bangunannya sudah berlumut, dan di beberapa bagian sudah ada yang hancur. Sepertinya, sering digunakan oleh orang asing yang coba menerobos masuk kedalamnya.
Pak Sugi sempat menghentikan pandangannya ke arah bangunan yang ada dibalik pagar.
Sebuah rumah kecil, sekitar tipe 36, dengan dinding yang sudah kusam dan kaca jendela yang sudah banyak yang pecah dan berdebu. Sehingga, dapat terlihat kondisi di dalamnya.

Dari kejauhan, -
- kondisi di dalam rumah itu terlihat gelap. Seperti tak ada cahaya matahari yang masuk di dalamnya.

Pak Sugi terus mengamatinya, diiringi suara dengungan kenalpot motor yang berlalu lalang.

Tiba-tiba, ada sekelebat bayangan anak kecil yang berlari di dalam rumah itu.
Sontak, pak Sugi kaget dengan apa yang dilihatnya.
Kopi yang sedang diseruputnya, seakan langsung menyembur keluar dari mulutnya.

Ia masih merasa heran bercampur ngeri, saat pintu drek toko dibelakangnya mulai berbunyi, seseorang muncul dari dalam toko itu.
"Nuwun sewu pak, toko ne wes meh buka"
(Permisi pak, tokonya sudah mau buka)

Seketika, pak Sugi langsung beranjak dari duduknya, mengambil tas yang berisi perlengkapan tukang dan makanan yang diberikan oleh istrinya.

"Oh, nggih pak. Monggo"
(Iya pak. Silakan)
Si pemilik toko agak memperhatikan pak Sugi, saat dilihatnya apa yang dibawa pak sugi sepertinya langsung menduga bahwa ia adalah seorang tukang bangunan.

"Njenengan pak nggarap nang ndi pernahe?"
(Ngomong-ngomong, anda ada kerjaan dimana?) tanya pemilik toko.
Pak Sugi belum bisa memastikan jawaban. Pasalnya, ia pun masih menunggu mandor yang mengajaknya bekerja datang, dan menjelaskan dimana lokasi pekerjaan.

Akan tetapi, dari arahan pak mandor saat berbicara di telpon, lokasinya berada disekitar tempat itu.
Yang di ingat oleh pak sugi, adalah nama si pemilik bangunan, yang pernah disebutkan oleh mandornya.

Begitu mendengar nama pemilik bangunan, si pemilik toko agak terkejut. Pasalnya, bangunan yang dimaksud oleh pak sugi adalah bangunan tua yang berada di depan toko itu.
"Njenengan palongo ati-ati pak, nek pancen meh nggarap ning kono."
(Anda perlu berhati-hati pak, kalau benar akan merehab tempat itu)

Kata-kata si pemilik toko membuatnya penasaran dengan cerita apa yang ada di bangunan itu, hingga si pemilik toko menyuruhnya agar berhati-hati.
"Nggon e mending singit pak"
(Tempatnya agak angker pak).
Jelas si pemilik toko dengan berbisik.

"Ngarep kene iki, podo bae sering ono tabrakan. Lha nek ning omah kono kae, biasane nek bengi ono suara bayi nangis"
(Didepan sini, juga sering ada kecelakaan. Sedangkan di rumah itu
- biasanya kalau malam sering ada suara tangisan bayi).

Seketika, pak Sugi merasa merinding mendengar penjelasan si pemilik toko.

"Njenengan ngerti, nangopo kono nggon e runggut? Soale nek ono sing meh ngresiki mesti akhire kesurupan"
(Tau tidak, kenapa tempat itu rimbun?-
Masalahnya, setiap ada yang akan membersihkan, pasti berakhir dengan kesurupan) lanjut si pemilik toko.

Tak berapa lama, beberapa orang yang terlihat seperti tukang, berada di depan lokasi bangunan tua, sambil mengamati ke arah bangunan.

Pak Sugi yang mengenali mereka-
- langsung berteriak memanggil salah seorang yang dikenalnya.

Sesaat sebelum Pak sugi berpamitan dengan pemilik toko, terdengar suara benturan cukup keras di jalanan depan bangunan tua itu.

Orang yang mendengarnya pun cukup kaget, dan segera berlari ke arah suara yang ternyata-
- suara kecelakaan tunggal. Seorang pengendara sepeda motor, menabrak trotoar jalan, yang mengakibatkan pengendara itu jatuh dan motornya rusak karena menghantam trotoar.

Orang-orang berlarian menolong pengendara itu, termasuk pak Sugi dan pemilik toko.
Pak Mandor yang baru tiba di lokasi itu, ikut menolong pengendara motor yang hampir pingsan. Lalu memindahkannya ke atas trotoar, dan disenderkan pada dinding pagar bangunan tua itu.

"Nah, opo. Durung kaiki wes ono kejadian ngene"
(Nah, belum apa-apa sudah ada kejadian-
- seperti ini) gumam si pemilik toko yang suaranya terdengar oleh pak Sugi.

Saat ditanya, pengendara itu menjelaskan, bahwa dirinya kaget saat sedang berkendara tiba-tiba ia melihat seorang anak kecil yang entah darimana datangnya sedang merangkak ditengah jalan.
Pengendara itu berniat menghindari anak itu, sehingga ia seketika membelokkan motornya kepinggir jalan dan akhirnya menghantam trotoar.

Beberapa orang yang mendengar penjelasan si pengendara, keheranan. Karena tak ada anak kecil yang dimaksud olehnya.

Karena jalanan masih sepi.
Kejadian itu, seperti memperkuat keyakinan pak Sugi bahwa tempat itu benar-benar angker seperti yang dijelaskan oleh pemilik toko.

Pak Sugi hampir saja enggan melanjutkan rencananya untuk bekerja dengan pak Mandor yang mendapat tugas merehab bangunan tua itu.
Kalau saja, ia tak teringat dengan keadaan dapur rumahnya yang hampir tak berasap, karena hampir sebulan ia tak bekerja, mungkin ia sudah memutuskan untuk mundur.

Rasa pekiwuh dengan pak mandor pun, membuatnya memberanikan diri.
Akhirnya, semua kembali pada aktifitas masing masing.
Para tukang, sudah mulai membersihkan rerimbunan di dalam area pagar bangunan.
Sedangkan pemilik toko sudah membuka toko sembakonya. Meski beberapa kali, pak Sugi melihatnya sedang mengamati para tukang yang sedang bekerja.
Apa yang sempat dikatakan oleh pemilik toko itu sepertinya benar-benar terjadi pada hari itu juga.

Setelah kejadian kecelakaan tunggal di pagi harinya, ada kejadian lain yang terjadi di siang hari mendekati waktu dzhur saat para tukang sedang beristirahat kerja.
Salah seorang tukang, yang baru selesai menebang pohon, tiba-tiba terdiam dan langsung masuk kedalam rumah yang akan segera dibongkar.

Pak Sugi dan beberapa tukang lain yang memperhatikannya, merasa aneh dan keheranan. Pasalnya, tukang itu merangkak masuk kedalam rumah, lalu-
- langsung bersembunyi didalam area bekas kamar mandi yang masih kotor.

Hal itu disampaikan pada pak mandor yang langsung mendatangi bekas kamar mandi bersama beberapa tukang, termasuk pak Sugi.

Betapa terkejutnya mereka, saat tukang itu terlihat meringsuk sambil memeluk-
- lututnya, tubuhnya jatuh kelantai, sambil kepalanya mendongak keatas dan matanya membelalak.

Lalu, tiba-tiba si tukang itu berteriak, seperti sedang menangis, tapi dengan suara yang seperti bayi.

Semua orang berlari ketakutan menyaksikan kejadian itu.
Pemilik toko yang mengetahui kejadian itu langsung berlari menuju bangunan rumah tua itu.
Ditangannya seperti memegang sebuah benda yang mirip seperti tasbih.

Dengan ditemani oleh pak mandor, pemilik toko itu pun mendekati tukang yang bertingkah aneh di dalam kamar mandi.
Dengan sigap, dikalungkannya benda mirip tasbih itu ke kepala tukang yang sepertinya sedang kesurupan.
Seketika, tukang itu menggerakkan tangan dan kakinya, hingga posisinya seperti orang kejang.

Tukang itu kembali berteriak kejang, dan tak berapa lama, tubuhnya melemas.
Sepertinya, sesuatu baru saja keluar dari tubuhnya.

Pemilik toko itu pun, menyuruh beberapa tukang untuk segera mengevakuasi temannya dari tempat itu.

Sedangkan pak Mandor langsung melaporkan kejadian tak wajar itu pada seseorang yang memberinya tugas untuk merehab rumah itu.
"Njenengan meh mulai gawean nang kene kok ora gawe slametan disik?"
(Anda akan mulai pekerjaan disini kok tidak membuat selametan dulu?)
tanya si pemilik toko.

Pak Mandor yang masih agak panik, tergopoh-gopoh menjawabnya.

"Nganu... Yo asline aku wes ngomong karo sing duwe omah-
- tapi, jarene kon ngeresiki nggon e disik, nembe meh dislameti"
(Begini. Sebenarnya aku sudah bilang pada pemilik rumah, tapi disuruh bersihkan tempat ini dulu, baru akan di buatkan selametan).

"Pancen, mas Hadi kui nek diomongi angel"
(Dasar, mas Hadi itu susah dibilangi)
Si pemilik toko menggerutu, seperti menyalahkan pemilik bangunan tua itu.

Si pemilik toko itu pun, akhirnya menceritakan beberapa kejadian yang pernah terjadi di bangunan bekas rumah itu pada pak Mandor.

Menurutnya, setelah cukup lama bangunan itu terbengkalai, lokasinya jadi-
- berubah agak angker. Sering terdengar suara-suara aneh, dan muncul beberapa penampakan disana.

Kemungkinan, karena lokasinya yang akhirnya jadi rimbun, tempat itu pun kadang kala dijadikan tempat pembuangan makhluk astral.

Pemilik toko sudah sejak dulu menasehati si pemilik-
- rumah. Ia beberapa kali melaporkan bahwa bekas rumah itu sering dipakai untuk pembuangan. Tapi, pemilik rumah seakan membiarkan hal itu.

Mulanya, pak Hadi, pemilik rumah itu tak menceritakan alasan kenapa rumah itu ditinggalkannya. Tapi, setelah bertahun-tahun rumah itu-
- terbengkalai, dan berubah jadi angker, karena desakan pemilik toko, pak Hadi pernah menceritakan sebuah kejadian.

Tapi, belum sempat pemilik toko itu menceritakan kejadian itu, si pemilik rumah tiba di lokasi.

"Assalamualaikum" terdengar suara salam yang diucapkan oleh-
- seorang lelaki yang berusia cukup lanjut, dapat diamati dari kulit tubuhnya yang sudah banyak berkeriput, dan suaranya yang sudah serak-berat disertai helaan nafas yang tersedak. Namun, dari perawakannya, orang itu masih terlihat bugar.

Pak Hadi coba berkeliling ke setiap-
- sudut lokasi. Dari raut wajahnya seakan sedang berusaha mengingat-ingat letak sesuatu.

Pak Sugi yang tengah terduduk lelah, terus mengamati lelaki tua itu.

Setelah berkeliling lokasi, pemilik rumah mendekat ke arah pak Mandor dan pemilik toko yang sedang membahas sesuatu.
"Priye kejadian e ndor? Kok biso sampe bocahmu kesurupan?"
(Bagaimana kejadiannya, ndor? Kok bisa anak buahmu kesurupan?)

Pak Mandor pun menceritakan apa yang terjadi hari itu, dari sebelum para tukang membersihkan lokasi sampai akhirnya ada yang kesurupan.
Setelah pak Mandor menjelaskan kronologis kejadian, lalu si pemilik toko menimpali.

"Nah, pak kaji, kulo kan sampun nate sanjang kalihan njenengan, daerah mriki niku pancen dadi angkere."
(Nah, pak kaji, saya kan pernah bilang, area sekitar sini itu memang jadi angker)
"Awet pertama omah iki kosong, pancen wes sering ono opo-opo. Opo meneh, nggon iki malah didadeke nggon buakan sak wis e dadi runggut koyo iki"
(Sejak pertama rumah ini dikosongkan, memang sudah sering ada sesuatu. Apa lagi, tempat ini malah jadi tempat pembuangan setelah jari-
- (jadi) rimbun seperti ini.

Pak Hadi, si pemilik rumah, mulai terlihat kebingungan dan merasa bersalah.

"Yo wes, nek ngene, bocahmu kon mandek disik ndor. Mengko sore, tak gowoke wong pinter disik mrene men diresiki."
(Yasudah kalau begitu, anak buahmu disuruh berhenti dulu. -
- Nanti sore, kuajak orang pinter dulu kesini agar tempat ini dibersihkan).

Pemilik rumah itu bergegas pergi dari tempat itu. Dan para tukang yang rencananya akan menyelesaikan pembersihan lokasi pun akhirnya dibubarkan.

Pak Mandor pun, menyusul si pemilik rumah yang memanggil-
-nya dari arah jalanan.

Pak Sugi, yang tadinya hanya mengamati orang-orang itu berdiskusi, coba mendekati pemilik toko yang hendak kembali ke tokonya.

"Nangopo jare pak?"
(Ada apa sebenarnya pak?) tanya Pak Sugi.

"Mbuh pak. Aku ora pak melu-melu urusan e wong"
(Entahlah pak.-
- aku tak ingin ikut campur urusan orang lain)
Jawab pemilik toko, yang akhirnya pergi meninggalkan pak Sugi tanpa penjelasan.

Pak Sugi hanya terdiam heran, dan memperhatikan pemilik toko yang berlalu, pergi.

Rasa penasaran pun mulai terlintas di benaknya. Akan tetapi, -
- ia berusaha melupakan pikiran-pikiran tak baik yang timbul karena kejadian hari itu.

Segera, ia bersiap untuk membenahi peralatan tukangnya. Beberapa tukang yang lain pun sudah bersiap untuk meninggalkan tempat itu.

Akan tetapi, tiba-tiba pak Sugi merasakan ada sesuatu yang-
-sedang mengamatinya dari dalam rumah yang ada dibelakangnya. Pak sugi pun menoleh. Dan sekelebat bayangan aneh terlihat olehnya masuk kedalam ruang kamar mandi, yang arahnya terlihat dari jendela kaca yang pecah.

Merinding, pak Sugi pun langsung buru-buru pergi dari tempat itu.
Esok harinya, pak Sugi berangkat paling awal ke lokasi itu. Ia kembali menunggu kedatangan tukang lain di tempat yang sama seperti hari sebelumnya.

Tak seperti sebelumnya, toko itu sudah terbuka, dan begitu melihat pak Sugi, pemilik toko menghampirinya.

"Wah, sampean izek wani-
- lanjut kerja to?"
(Wah, kamu masih berani lanjut kerja?)
Pak Sugi hanya tersenyum pada pemilik toko itu.

Orang itu pun mengajaknya untuk duduk di bangku yang sengaja diletakkan di bagian luar.

Sambil menunggu tukang yang lain datang, pak Sugi pun diceritakan tentang apa yang-
- terjadi sore hari setelah para tukang membubarkan diri.

Sore itu, pemilik bangunan itu kembali datang bersama beberapa orang yang tak dikenal. Pemilik toko itu, hanya memperhatikan dari dalam tokonya.

Ia hanya menduga, telah dilakukan semacam ritual pengusiran makhluk astral-
- yang sering mengganggu ditempat itu.
Karena khawatir apa yang dilakukan disana dapat berpengaruh dengan tokonya, ia segera menutup toko lebih awal dari biasanya.

Dari dalam rumah, pemilik toko itu seperti dapat mendengar suara-suara yang berasal dari tempat itu.
Suara yang paling keras terdengar adalah suara bayi yang menangis histeris.
Tak hanya itu, samar-samar, ada juga suara auman harimau yang melawan.
Menurut si pemilik toko, ritual pengusiran itu dilakukan hingga tengah malam. Beruntung, tidak ada anak kecil di keluarganya.
Pagi harinya, pemilik toko agak penasaran dengan tempat itu, sehingga ia bangun lebih awal untuk memeriksa kondisi bangunan tua itu.

Rupanya, pemilik toko itu agak mengerti perihal masalah ghaib. Pak Sugi pun, sudah mengira sejak saat kejadian temannya yang kesurupan.
Pemilik toko kembali menjelaskan, bahwa tempat itu belum benar-benar bersih sepenuhnya.

Masih ada 2 makhluk yang tersisa di tempat itu. Sesosok makhluk berwujud anak kecil dan yang satunya seperti sosok yang jadi pemomongnya, wanita tua, yang kadang menampakkan diri dengan wujud
- menyerupai kuntilanak.

Pak Sugi pun kembali diperingatkan agar lebih berhati-hati saat bekerja di tempat itu.

Di hari kedua itu, pekerjaan rehab berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan seperti hari sebelumnya.
Lokasi yang awalnya rimbun, sudah terlihat cukup bersih.
Beberapa hari kemudian, aktifitas kerja di lokasi bangunan tua itu sudah terlihat padat. Para tukang, sudah ada yang menggali tanah dan memasang pondasi, tukang yang lain ada yang membongkar bagian atap rumah.

Pak Sugi sendiri, bertugas membuat pondasi rencana bangunan baru.
Pemilik rumah, beberapa kali datang ke lokasi untuk memantau hasil kerja pak Mandor.

Akan tetapi, berbeda dengan saat itu. Ada hal lain yang membuat pemilik rumah datang dan membahas suatu permasalahan yang kelihatannya sangat penting, dengan pak Mandor.
Pak Sugi yang masih bekerja, tak begitu memperhatikan apa yang dibahas. Pikirnya, mungkin keduanya sedang membahas masalah pembayaran proyek rehab di lokasi itu.

Selang berapa lama, setelah pemilik bangunan itu pergi, sebuah kejadian yang mengerikan kembali terjadi.
"Pak dhe, pak. Mreneo, delok pak, iki opo?"
(Pak dhe, kesini, lihat pak, ini apa?)
Teriak salah seorang tukang bernama Amin. Pak Sugi yang masih memasang batu pondasi, langsung mendekat kearah Amin yang sedang menggali tanah di area belakang bangunan, diikuti oleh beberapa tukang
Amin terkejut, karena dari dalam tanah yang digalinya, seperti mengalir darah berwarna merah gelap-kehitaman yang bercampur dengan lendir.

Entah, darah apa yang tiba tiba merembes dari dalam tanah yang katanya cukup gembur dan mudah digali itu.

"Getih kui"
(Itu darah!)
Sontak, pak mandor yang mengetahui kejadian itu langsung berlari kearah kerumunan tukang yang menyaksikan apa yang keluar dari dalam tanah.

"Aduh, gawat lek, gawat!" gerutu pak Mandor yang sepertinya ketakutan. Mungkin dia tau apa yang sebenarnya ada ditempat itu.
Berhubung jam kerja yang sudah hampir selesai, akhirnya tepat di tanah yang mengeluarkan darah itu, diputuskan untuk ditutup dengan adukan semen dan pasir agar rembesan darah itu berhenti.

Saat itu, pak Mandor benar-benar ketakutan. Seakan ia akan mendapat masalah besar.
Pak Sugi yang mendapat perintah untuk menutup rembesan darah itu terus bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya terkubur di dalam tanah itu.

Sempat ia mengira, ada seseorang atau binatang yang dengan sengaja dikubur ditempat itu.

Tapi, siapa yang menguburnya? Dan, kapan?
Sebelum para tukang pergi, pak Mandor yang mulai memperhatikan tingkah Pak Sugi, menyuruhnya untuk pulang paling akhir. Alasannya, pemilik rumah akan segera datang untuk melihat lokasi kejadian.

Dengan perasaan yang masih takut, pak Sugi terpaksa menuruti perintah pak Mandor.
Cukup lama, mereka menunggu si pemilik rumah, namun tak kunjung tiba. Sedangkan langit sudah mulai terlihat gelap.

"Pak, iki sing duwe sido moro opo ora pernahe?"
(Pak, ini yang punya rumah jadi datang apa tidak sih?)
Tanya Pak Sugi, yang tiba-tiba merasa khawatir.
"Mbuh kae, Gi. Jajal, dienteni sedilut meneh. Nek ora moro, yo wes tinggal po'o"
(Entah lah, Gi. Coba kita tunggu sebentar lagi. Kalau tak juga datang, ya sudah, tinggal saja). Jawab pak Mandor.

Keadaan sekitar pun hampir berubah gelap, sedangkan pemilik rumah belum juga datang.
Tiba-tiba, pak Sugi seperti mendengar suara aneh. Suara tangisan bayi, yang samar-samar terdengar lirih.
"Ndor, koyo ono suara cah nangis ndor. Krungu opo ora?"
(Ndor, seperti ada suara bayi nangis, ndor. Dengar tidak?)

Pak Mandor pun terdiam dan ikut mengamati. Benar,-
- dia pun mendengar suara itu dengan jelas. Semakin jelas saat keduanya coba mencari-cari sumber suara itu.

Dan ternyata, sumber suara itu berasal dari tempat yang tadi mengeluarkan darah.

Kedua orang itu saling memandang, sama-sama merasa merinding mendengar suara yang semakin
- keras.

"Ndor, jajal meh di keduk bae pok? Ojo-ojo njerone ono bayine"
(Ndor, apa kita coba digali saja? Jangan-jangan didalamnya ada bayi)
Ujar Pak Sugi.

Pak Sugi, langsung mencari cangkul untuk menggali tempat itu. Namun, dengan cepat dicegah oleh pak Mandor.

"Ojo, Gi. Ojo"
Saat keduanya mulai panik itu lah, suara tangisan bayi yang tadinya terdengar, tiba-tiba berubah menjadi suara tawa wanita cekikikan.

Karena kaget, kedua orang itu pun tanpa pikir panjang langsung berlari ketakutan meninggalkan tempat itu. Tanpa mempedulikan motor masing-masing.
Pemilik toko yang sedang menutup pintu tokonya pun, terheran melihat dua orang yang dikenalinya berlari ketakutan dari tempat itu.

"Walah, wong nekat! Dikandani kon ati-ati kok rak ngandelan"
(Walah, nekat itu orang! Dibilang agar hati-hati kok kayak tak percaya.)
Saat pintu toko hampir tertutup, dari dalam toko itu pemilik toko sempat melihat penampakan sesosok wanita berambut panjang, seperti sedang menggendong bayi, berdiri di pinggir area bekas pagar yang dibongkar.

"Astaghfirullah" gumamnya.
Sementara pak Sugi dan pak Mandor yang berlarian menjauh dari lokasi itu, akhirnya tiba di depan sebuah mushola.
Beberapa orang yang hendak menunaikan sholat maghrib, melihat keduanya dengan keheranan.

Keduanya terlihat ngos-ngosan, dan terduduk di emperan mushola.
Berhubung waktu maghrib telah tiba, keduanya memutuskan untuk ikut sholat berjamaah di mushola itu.

Selesai sholat, kedua orang itu terlihat kebingungan. Mereka teringat dengan kedua motornya yang masih berada di lokasi kerja yang ditinggalkannya, sehingga tak ada pilihan lain-
-selain kembali ke tempat itu agar keduanya bisa pulang ke rumah masing-masing.

"Priye? Iki kudu njupuk motore ning kono. Nek ora, pak priye baline?"
(Bagaimana ini? Kita harus ambil motor ditempat itu. Kalau tidak, bagaimana bisa pulang?) kata Pak Sugi, kebingungan.
Salah seorang jamaah mushola yang merupakan warga sekitar, melihat kedua orang itu, lalu bertanya pada mereka.

Pak Mandor pun menjelaskan bahwa mereka berdua baru saja pulang dari bekerja, yaitu merehab bangunan tua tak jauh dari mushola itu.

Mendengar penjelasan pak Mandor, -
- tiba-tiba orang itu mengajak mereka untuk mampir ke rumahnya terlebih dahulu. Dan karena tak ada pilihan lain, akhirnya mereka pun menuruti tawaran orang itu.
"Monggo pinarak rumiyin. Kulo badhe gantos ageman, sekedap."
(Silakan duduk dulu. Saya mau ganti baju dulu sebentar).
Orang itu mempersilakan pak Mandor dan Pak Sugi untuk masuk dan duduk di ruang tamu rumahnya.
Tak lama kemudian, orang itu pun keluar, dan memperkenalkan diri.
"Namine kulo Makmur", kata orang itu.
Pak Mandor dan Pak Sugi pun memperkenalkan diri masing-masing.

Pak Makmur, pun menanyakan perihal pekerjaan mereka dan apa yang mereka alami di lokasi kerja mereka. Meski agak ragu, akhirnya keduanya menceritakan setiap kejadian yang mereka-
- alami sejak awal memulai pekerjaan di tempat itu.

Setelah mendengar ceritanya, Pak Makmur pun menyampaikan sebuah cerita yang berkaitan dengan tempat itu, sekaligus tentang keluarga yang pernah menempatinya.

Menurut pak Makmur, cerita itu sudah menjadi rahasia umum bagi warga
- sekitar tempat itu. Jadi, beliau bersedia menjelaskannya pada Pak Mandor dan Pak Sugi.

Sebelum bercerita, istri pak Makmur muncul menyuguhkan minuman untuk kedua tamu suaminya.

"Nah, niki estrine kulo. De'e nggeh ngertos ceritane nggen bekas griyane pak Hadi niku"
(Nah, ini istri saya. Dia juga tau cerita di bekas rumahnya Pak Hadi itu). Ujar Pak Makmur.

Istri pak Makmur pun, ikut duduk di ruangan itu. Dan ikut membahas ceritanya.

Sore itu pun, pak Sugi dan pak Mandor pun akhirnya mengetahui sejarah kelam yang terjadi di rumah itu.
Awalnya, pak Hadi dan seluruh keluarganya tinggal di rumah itu.
Menurut cerita pak Makmur, pak Hadi punya seorang anak perempuan yang saat itu masih remaja. Usianya seumuran dengan istri pak Makmur.
Bahkan, menurut pak Makmur, dulu anak pak Hadi dan Istrinya sempat berteman baik.
Suatu ketika, ada hal yang memalukan terjadi di keluarga itu. Anak pak Hadi, hamil di luar nikah.
Sayangnya, kehamilan anaknya itu baru diketahui setelah usia kandungannya berumur hampir tujuh bulan.
Bentuk tubuh anak pak hadi yang memang kecil, membuat orang lain tak menyadari -
- bahwa telah ada kehidupan di dalam rahimnya.

Pak Hadi yang akhirnya mengetahui kehamilan itu, sangat marah dan hampir membunuh putrinya sendiri.
Untungnya, hal itu tak sampai dilakukan, dengan sebuah konsekuensi yang kemudian menjadi alasan mereka pindah dari tempat itu.
Pak Hadi memaksa anaknya untuk menggugurkan janin yang sudah bernyawa dalam rahimnya.

Dengan dibantu oleh seorang dukun pijat, prosesi pengguguran janin dilakukan di dalam rumah itu.

Hampir tak ada yang mengetahui cerita pengguguran itu. Sayangnya, selang beberapa hari -
- anak Pak Hadi dilarikan ke rumah sakit karena mengalami pendarahan cukup parah. Beberapa warga yang saat itu penasaran dengan kondisi anak pak Hadi, berdatangan dan mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.

Istri pak Makmur, adalah salah seorang saksi dari kejadian itu.
Sebelum akhirnya meninggal, anak Pak Hadi sempat memberitahukan kepada istri pak Makmur yang saat itu masih muda, bahwa ia baru saja menggugurkan janin hasil hubungan dengan kekasihnya.

Anak pak Hadi pun, sempat meminta istri pak Makmur untuk menyampaikan pada orang tuanya-
- agar jika ia meninggal, ia ingin janin yang digugurkan itu dipindah kuburannya di dekat makamnya.

Saat anak pak Hadi itu meninggal, Istri pak Makmur sudah berusaha menyampaikan amanah itu. Namun, justru kemarahan dari keluarga pak Hadi yang diterimanya.
Karena merasa aib keluarganya sudah terbongkar, pak Hadi dan keluarganya memutuskan untuk pindah dari rumah itu, dan akhirnya menaruh benci pada istri pak Makmur dan keluarganya.

Amanah itu belum dilaksanakan saat keluarga pak Hadi pindah dari rumah itu.

Dan saat mendengar -
- cerita dari warga sekitar tentang rumah yang berubah jadi angker itu, istri pak Makmur sudah menduga, bahwa suara tangisan bayi yang sering terdengar dari rumah itu adalah suara sosok janin yang pernah dikuburkan disuatu tempat disana.
Apa yang disampaikan oleh pak makmur membuat Pak Sugi semakin merinding. Namun, berbeda dengan pak Mandor. Tak ada rasa takut tergambar dari raut wajahnya. Justru pak mandor terkesan begitu penasaran saat pak Makmur sedang bercerita.

Sepertinya, pak Mandor sudah sedikit tau -
- perihal ada kuburan janin di lokasi itu. Tapi, ia baru mengerti janin siapa yang dikuburkan di bekas rumah yang terbengkalai itu, dari cerita yang disampaikan oleh pak Makmur.

Pak mandor seperti mendapat versi lain dari cerita tentang rumah itu.
Istri pak Makmur pun menambahi ceritanya.

Sekitar satu tahun setelah kepindahan pak Hadi dan keluarganya, istri pak Makmur pernah beberapa kali melihat penampakan teman baiknya berada disekitar rumah itu.

Sesekali, ia merasa sosok itu seperti sedang menangis meminta tolong.
Pernah juga, sosoknya terlihat sedang menggendong bayi berjalan-jalan disekitar rumah itu.

Mulanya, ada orang yang menempati rumah itu, tapi karena sering mendapat gangguan ghaib, akhirnya orang itu keluar. Tak ada yang berani menempati rumah itu dan akhirnya jadi terbengkalai.
Istri pak Makmur pun, sempat diganggu oleh sosok temannya, anak pak Hadi, di awal meninggalnya.

Tapi, setelah diobati dan akhirnya menikah dengan pak Makmur, sosok itu tak lagi mengganggunya. Sampai ia mendengar lokasi rumah itu akan di rehab, istri pak makmur kembali didatangi-
- oleh sosok temannya, dalam mimpi.

"Yo, nek biso kui, kuburan janin kae dipindahke. Manut jalukane koncoku kui"
(Ya, kalau bisa, kuburan janin itu dipindahkan. Sesuai permintaan temanku itu), tutur istri pak Makmur.
Tak terasa, adzan Isya' pun tiba. Mereka bersiap ke mushola, dan setelah itu rencananya mereka akan kembali mendatangi lokasi itu untuk mengambil motor pak Sugi dan Pak Makmur yang masih disana.
***

Pak Mandor dan Pak Sugi, ditemani oleh pak Makmur menuju ke lokasi itu.
Sesampainya disana, ternyata sudah ada Pak Hadi dan beberapa orang yang berkumpul di depan area bekas pagar.

"Owalah, lah iki wonge teko"
(Ealah, ini orangnya datang)
celetuk Pak Hadi yang melihat-
- kedatangan Pak Mandor dan Pak Sugi. Namun, raut wajahnya tiba-tiba berubah saat melihat kedua orang itu datang bersama pak Makmur.

"Mur, kowe pak opo mrene? Wes, rak usah melu-melu. Bali bae."
(Mur, kamu mau apa kesini? Sudah, tak usah ikut campur. Pulang saja).
"Kulo nggih mung ngeter tukang e njenengan niki pak. Dewe'e mau keweden, jare diweruhi"
(Saya hanya mengantar pekerja anda ini pak. Mereka tadi ketakutan, katanya melihat penampakan). Jelas pak Hadi.

Pak Makmur belum sempat meninggalkan tempat itu, saat seseorang keluar dari-
- lokasi. Terlihat orang itu tengah membawa sebuah cawan cukup besar yang terbuat dari tanah liat.

Pak sugi hanya mengira, bahwa apa yang ada dalam cawan itu adalah bekas janin yang pernah dikubur di lokasi itu.
Ia pun bingung, apa mungkin janin yang sudah terkubur selama -
- belasan tahun itu, masih menyisakan bagian tubuhnya. Lalu, darah yang keluar dari dalam tanah itu, sudah pasti bukan darah si jabang bayi.

Lalu, darah apa? Hal itu masih terus jadi pertanyaan bagi pak Sugi, hingga ia menceritakan pada saya tentang cerita itu.
Keesokan harinya, pekerjaan di lokasi itu dihentikan. Menurut pak Mandor, ia memutuskan untuk mundur dari proyek rehab itu.
Alasannya, pak Hadi seakan mempersulit pembayaran untuk proses rehab rumahnya. Tapi pak Mandor sepertinya tidak mengatakan alasan sebenarnya.
Tapi, saat pak Sugi diajak oleh pak Mandor untuk bekerja di lokasi lain, pak Mandor mengatakan alasannya mundur dari pekerjaan di tempat itu.

Alasannya, adalah karena pak Mandor sempat menyarankan apa yang dipesankan oleh istri pak Makmur, pada pak Hadi.
Karena tersinggung-
- akhirnya pak Hadi memutus kerja dengan pak Mandor.
Dan beberapa hari setelah pekerjaan itu dihentikan, pak mandor mendapat kabar dari Amin, tukang yang pertama kali menemukan darah di area bekas rumah itu.

Setelah kejadian itu, hampir setiap malam, amin terus ditemui oleh-
- sosok perempuan muda yang menanyakan bayinya. Entah apa maksudnya, perempuan itu seakan terus meminta tolong, agar ia mencari keberadaan bayinya.

Pak Sugi sedikit menekan nada bicaranya saat bercerita tentang itu.

"Berarti, janin kae dibuak karo pak Hadi"
(Berarti janin itu-
- dibuang oleh pak Hadi.)

Saya yang mendengar cerita itu, hanya dapat merasa miris.

Kok segitu teganya pak Hadi pada anak dan calon cucunya sendiri.
Karena mempertahankan nama baik keluarganya, ia rela mempertaruhkan nyawa dua orang keluarganya sendiri.
Semoga dari kisah tersebut, ada hikmah dan pelajaran yang dapat kita ambil.

Saya pribadi, mohon maaf apabila ada kesalahan kata dalam menyampaikan cerita. Maaf, kalau selama pembuatan thread ini sering ada pending dan jeda waktu yang cukup lama untuk twit lanjutannya.
Threat ini saya tutup.

Atas perhatiannya, saya ucapkan banyak terima kasih.

Kita beralih ke kisah lainnya, di thread selanjutnya.

Wassalam.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Agustino Pratama

Agustino Pratama Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @agustinopratama

29 Jun
"Di tempat itu nak, ada sebuah makam salah seorang warga." Tutur Pak Erte, sambil menunjukkan sebuah tempat tak jauh dari lokasi kami berdiri.

#bacahorror #threadmisteri #ceritahoror #ceritamisteri Image Image
"Loh, kok bisa ada makam ditempat itu pak?" tanyaku, penasaran.

"Ya, karena dulunya, lokasi itu ya masih milik keluarganya. Kalau bisa dibilang sih, pemakamannya agak kurang wajar, jadi dimakamkan di pekarangan milik sendiri", jelas Pak Erte.
"Nggak wajar gimana pak?" rasa penasaranku pun mulai muncul mendengar penuturan Pak Erte tentang lokasi itu.

"Orang yang dikubur itu," Pak Erte sedikit memberi jeda. "Bisa dibilang, dikubur hidup-hidup disana".

Bulu kudukku pun mulai berdiri mendengar penjelasan Pak Erte.
Read 15 tweets
27 Jun
Orang tuaku, sejak dulu sering mengingatkan untuk pulang, masuk kedalam rumah saat waktu sudah mendekati maghrib. Karena konon, saat menjelang maghrib merupakan saat "Tengangi", saat "cadek olo" keluar.

#bacahorror #threadmisteri #ceritahoror #ceritamisteri Image
Saat beraktifitas pun, jika sudah mendekati waktu tengangi diusahakan untuk berhenti sejenak, menunggu saat itu usai.

Menurut kepercayaan dari masyarakat, menghindari aktifitas diwaktu tengangi akan menghindarkan kita dari hal-hal negatif yang bisa saja terjadi saat itu.
Seharusnya, perkataan orang tuaku itu yang saat itu kuingat.
Read 105 tweets
14 Jul 20
"Sosok Pesepeda Tua di Jalanan. Eks-Area Hutan"

Sebuah cerita pengalaman, saat melintas di jalanan yang dulunya merupakan kawasan Hutan.

-a thread by @agustinopratama
#bacahorror #threadhorror #ceritahorror @bacahorror
Pengalaman ini saya alami sekitar 2 tahun yang lalu, sepulang dari gudang tempat kerja yang pada waktu itu belum lama difungsikan oleh kepala tukang yang bekerja sama dengan saya untuk tempat kerja kami.

Sebenarnya lokasi gudang itu, masih berada di wilayah kota.
Tapi, jarak gudang dengan rumah saya bisa dibilang cukup jauh. Dikarenakan, gudang tersebut berada ditempat milik kepala tukang saya.

Yang perlu saya sampaikan, untuk pulang dari gudang sebenarnya terdapat 3 jalur.

Pertama, jalur terjauh adalah lewat jalur pantura-
Read 58 tweets
25 Aug 19
- Warga Perumahan -

Sebuah cerita tentang pengalaman beberapa orang yang berinteraksi dengan warga penghuni perumahan misterius.

Pernah viral pada masanya...

#bacahorror @bacahorror
Lek Mus, begitulah orang-orang di desanya, memanggil seorang lelaki berperawakan pendek itu.

Lek Mus sebelumnya tinggal di sebuah desa terpencil di daerah kabupaten "B". Karena cukup lama menganggur tanpa pekerjaan, akhirnya ia memutuskan untuk menjadi seorang penjual bakso-
- keliling. Tapi, bukan di desanya sendiri.

Dengan harapan punya omset yang lebih besar, ia memutuskan untuk menjajakan dagangannya ke wilayah kota "P".

Sambil nge-kos di sebuah kos-kosan kecil, ia pun mulai menjajakan dagangannya setiap sore hingga malam hari.
Read 103 tweets
16 Aug 19
- Istana "PAKU BULAN" & Para Penunggunya. -

Cerita tentang hal-hal mistis di daerah bantaran sungai yang memisahkan dua desa.

Konon, di daerah itu terdapat sebuah istana tak kasat mata, yang penghuninya sering berinteraksi dengan masyarakat sekitar.

#bacahorror @bacahorror
Bantaran sungai itu dipenuhi oleh rerimbunan tanaman yang tumbuh subur. Dari pohon-pohon yang berukuran sedang sampai yang sangat besar, yang usianya mungkin sudah puluhan atau ratusan tahun.
Bagian yang jadi hak milik salah seorang warga, ada juga yang ditanami pohon bambu.
Salah satu desa yang berbatasan dengan sungai itu adalah desa kelahiran saya. Dan dulu, almarhum kakek saya memiliki sebidang tanah yang ditumbuhi pepohonan bambu, di bantaran sungai itu.

Dan cerita pertama yang akan saya sampaikan adalah yang pernah diceritakan orang tua saya.
Read 147 tweets
14 Aug 19
- Asmara 2 Dunia -

Kisah ini, sempat heboh di sebuah kabupaten, beberapa tahun yang lalu.
Cerita tentang wanita cantik yang sering mencari pasangan dari kalangan masyarakat sekitar kabupaten itu juga dari daerah lain.

Siapa kah wanita itu?

Simak #bacahorror @bacahorror
Perlu saya sampaikan, bahwa alur cerita ini adalah sebuah rekaan, mungkin bukan cerita sebenarnya.
Tapi, untuk inti kejadiannya memang pernah terjadi di kabupaten itu.
Sore itu, langit terlihat mendung. Udara dingin mulai dapat dirasakan di sekitar area kota.
Suara gemuruh geluduk pun beberapa kali terdengar, seakan mengingatkan pada siapa pun yang masih berada dijalanan, untuk bergegas pulang. Setidaknya bersiap mencari tempat berteduh.
Read 174 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(