, 22 tweets, 4 min read
My Authors
Read all threads
Sekitar 20 tahun lalu gue pernah dimusuhi para agen asuransi se-mailing list, gara-gara bilang: lebih baik pakai term insurance lalu sisa duitnya diinvestasikan di reksadana. Nggak perlu ikut unit-link, karena sebagian premi yang kita bayarkan cuma jadi komisi agent.
Gara-gara ngomong begitu gue dianggap kejam, karena memotong rejeki para agen asuransi. Sementara gue berpendapat: kalau konsumen bisa dapat coveran sama dengan premi lebih murah - apa salahnya?

Di waktu itu memang awal boom orang jualan unit link.

cc: @hanityo
Sepuluh tahun berlalu dan gue kerja di kelompok usaha yang punya anak perusahaan asuransi jiwa.

Menu mereka masih sama: unit link. Istilah umumnya Universal policy. Lawannya adalah Whole life policy.

Karena satu grup, gue jadi ada gambaran bagaimana duit premi dialokasikan.
Pada skema universal policy, hasil investasi kita akan berfluktuasi - tergantung pada alokasi dan kebijakan investasi.

Pada skema whole life policy, maka hasil dijamin oleh perusahaan asuransi sebesar sekian persen per tahun sampai skema selesai. Ini berarti puluhan tahun.
Pada masa itulah gue dapat informasi bahwa nggak ada lagi perusahaan asuransi yang jualan produk whole life insurance policy. Semuanya jualan universal policy, supaya risk based capital (RBC) perusahaan asuransi jadi lebih efisien.
Jadi memang ada alasan modal juga yang mendasari perusahaan asuransi jualan unit-link.

Dari masa itu juga gue belajar tentang pengelolaan bisnis asuransi. Setidaknya secara prinsip dasar. Dan jadi tahu juga semua perusahaan asuransi pasti punya Term Insurance.
Walaupun punya, mereka tidak akan memasarkannya secara umum, karena ada produk lain yang marginnya lebih tebal: unit link.

Term insurance nyaris nggak ada marginnya buat perusahaan asuransi. Dan pada masa itu juga gue tanya ke orang asuransi: kalian sendiri pakai apa?
Tapi memang di sisi lain orang Indonesia secara umum masih belum rela bayar premi dan tercover tapi sesudah term selesai nggak dapat apa-apa.

Hal yang wajar di asuransi mobil atau bangunan, tapi masih susah diterima di asuransi jiwa.

Ya gitu deh orang Indonesia.
Ada yang tanya: Anda sendiri punya asuransi? Punya.

Saya terlindungi:

- Asuransi jiwa dari kantor.
- Asuransi kesehatan dari kantor.
- BPJS Kesehatan
- BPJS Tenaga Kerja
- DPLK
- Asuransi jiwa secara mandiri yang saya mulai tahun 1998. Skema pembayaran 25 tahun.
Asuransi yang terakhir ini unik. Saya ambil saat anak saya lahir. Jaman masih kismin dan kere. Maka pertanggungan cuma Rp. 100 juta.

Karena bukan unit link (belum muncul saat itu), skemanya pembayaran 25 tahun, guaranteed return investasi 8%.
Perusahaan asuransinya nekad guaranteed return 8%..? Karena saat itu SUN Pemerintah saja yieldnya 10-12%.

Saya sih cuma percaya SUN Pemerintah akan turun dalam jangka panjang. Maka walau kelihatan tekor di awal-awal - saya tetap bertahan. Horison saya 25 tahun.
Dan benar saja sejak tahun 2004 bunga SUN turun dan saat ini di bawah 8%.

Perusahaan asuransi beberapa kali menghubungi saya memohon agar polis dikonversi menjadi Unit Link. Saya tegas menolak.

Kenapa? Karena guaranteed return 8% itu sebenarnya susah banget.
Lagipula saya sudah memegang polis ini cukup lama. Bayar premi tinggal 3 tahun lagi. Ngapain diutak-atik?

Nilai tunai dari polis saya sudah jauh di atas Rp. 100 juta. Dan aset saya sudah jauh di atas itu.

Saya selalu berprinsip: asuransi adalah seperti ban cadangan.
Maksudnya: perlu ada untuk keadaan ekstreme yang mungkin terjadi pada masa awal (meninggal sementara anak masih kecil). Dengan UP segitu, pasangan yang ditinggalkan punya waktu buat cari kerja yang pantas.

Jadi asuransi jiwa fungsinya sebagai pengganti sementara atas nafkah.
Itu sebabnya para jomblo, pasangan suami-istri yang bekerja tapi tanpa anak, sebenarnya nggak perlu asuransi jiwa.

Buat apa? Asuransi jiwa BUKAN supaya keluarga yang ditinggalkan jadi kaya, tapi untuk menggantikan NAFKAH secara sementara.

Maka asuransi jiwa secukupnya saja.
Maka kita akan dapat keadaan ideal: perlindungan jiwa selama setidaknya 10 tahun pertama sejak punya anak (saat masih kismin dan kere), lalu sisanya diinvestasikan sendiri lewat reksadana, deposito, properti dll.

Beban premi kecil karena UP memang hanya untuk keadaan darurat.
Lewat dari 10 tahun alokasi income dari investasi akan semakin besar dan diharapkan tumbuh lebih baik.

Maka nilai aset ini akan menyusul nilai UP setelah sekitar tahun ke 12.

Masuk batas aman kedua: Aset bertumbuh, beban premi tetap ringan tapi tetap punya perlindungan.
Masa peralihan batas aman kedua ini, fokus dialihkan ke pendidikan anak dan persiapan pensiun.

Kalau ada coveran asuransi jiwa dan kesehatan dari kantor - ya alhamdulillah. Berarti harus commit buat berinvestasi jangka panjang.

Jangan malah ludes buat cari istri muda.
Kayaknya semua serba lancar soal asuransi? Memang nggak ada masalah? Tentu saja ada.

Sekalipun saya sudah berhati-hati dan berusaha cermat soal asuransi, tetapi istri punya pemikiran lain. Dia ikutan beberapa asuransi. Unit link pulak ☹️

Nggak pake tanya atau konsultasi.
Mungkin dia sadar, kalau tanya pendapat saya jawabannya akan jelas dan pasti: "Buat apa? Nggak akan efisien hasilnya."

Tapi begitu lah kehidupan suami-istri. Orang tetap perlu punya kebebasan - sekalipun untuk berbuat kesalahan secara finansial.

Yang penting nggak sampai fatal.
Kok bisa istri ikutan? Karena ditawari temannya yang jadi agen asuransi. Unit Link Asuransi Pendidikan 🙈

Padahal sejak punya anak saya sudah jelaskan soal asuransi. Tapi dia nggak mau dengar.

Di sini saya jadi paham betapa sulitnya menghindar dari jeratan agen.
Jadi gimana? Ya biarkan saja, selama istri bayar sendiri biaya preminya. Dan biar sadar sendiri.

Setelah beberapa tahun istri baru sadar kalau hasil investasinya hampir nggak bertumbuh. Nggak sebanding dengan reksadana yang dia pegang.

I told you.
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Poltak Hotradero

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!