Thread by @Cittairlanie

Menyimak perdebatan mengenai lobster ini menarik. Setelah mereview argumen2 yang tersedia, gue simpulkan: belom ada argumen kontra larangan ekspor benur yang solid 🤔

Argumen 1

"Kita gak punya infrastruktur utk membiakkan lobster"

Hehe lobster adalah salah satu hewan yg belom bisa kita manipulasi proses kembangbiaknya. Dia harus di habitat alami, mengandalkan proses alami. Infrastruktur yg dibutuhkan ya terumbu karang. Makanya perlu dirawat.

Argumen 2

"Survival rate benur lobster hanya 1%"

Ada spesies2 yg memang strateginya high quantity low quality (makanya survival ratenya rendah) ~> istilahnya "r strategy"

Lawannya:
"K strategy" ~> high quality low quantity.

Ini gue ambil tabel dari websitenya University of Miami. Enak nih buat dipake melihat spesies2 mana yg pake r strategy, mana yg pake K strategy.

Btw, ketika gue pake kata "pake" di sini, jangan dibayangkan si lobster itu bikin perencanaan gitu ya hehe ini mesti dibaca dalam kerangka evolusi, jd dia bukan merupakan keputusan sadar individu spesies, melainkan sbg amanah biologis dari gen2 spesies tsb aja 😁

So, bisa diliat di tabel, ada list karakteristik dari hewan2 yg EKSTRIM r/K strategist. Artinya, itu trait ada di kutub2 ekstrim dari spektrum r/K strategy ini. Nah, cara membacanya adalah dengan melihat karakteristik2 tsb sebagai kecenderungan.

Bisa diliat bahwa hewan2 r strategist cenderung pendek masa hidupnya, frekuensi reproduksi selama hidup sedikit, energi untuk reproduksi (per individu) rendah, cepat dewasa (cepat dilepaskan dari pengawasan&perlindungan ortu), dll.

Dengan melihat karakteristik2 ini aja, bisa kita ketahui bahwa lobster termasuk hewan r strategist.

Artinya, secara alami memang dia pake r strategy: high quantity low quality.

Salah satu tipikal trade off buat hewan2 r strategy yaa survival rate rendah. Anak2nya lahir dalam bentuk yg masih rapuh + langsung cepet dilepas dari pengawasan/perlindungan ortu. Makanya survival ratenya rendah.

Bisa dengan gampang kita bandingkan dengan mamalia; gajah, paus, anjing, manusia. Lahir udah jauh lebih kuat/gak rapuh + ortunya bakal jagain sampe beberapa bulan/tahun jd gak bisa dengan gampang dimamam predator.

Jelas ya, bahwa hewan2 r strategist MEMANG strateginya adalah SURVIVAL RENDAH, tapi high quantity ~> 1 individu betina sekali reproduksi bisa mencapai 100ribu telur.

Trs, kalo benihnya diambilin semua gmn?

Ya ambyar

LOW QUANTITY LOW QUALITY
(Jumlah sedikit, survival rendah)

Dengan survival rate 1%, kalo benihnya ada 100rb, artinya yang bakal bisa tumbuh dewasa kira2 1rb. Nah, kalo diambilin sampe tinggal 5rb atau 10rb, maka yg bisa tumbuh dewasa kira2 tinggal 50 atau 100 individu.

Artinya, argumen kedua ini malah MEMPERKUAT posisi adanya pembatasan pada penjualan benih. Dengan pertimbangan yang sangat jelas&berdasar: keberlanjutan dari hidup lobster sebagai sumber daya bagi kehidupan manusia sendiri.

Argumen 3

"Kerugian ekonomi"

Sudah terbantah dengan data grafik pertumbuhan nilai ekspor lobster pada saat adanya larangan. Nilai ekonominya juga jelas lebih tinggi dengan ekspor lobster dewasa; nilai tambahnya tinggi.

Ini gue ambil dari tweetnya bu @susipudjiastuti ya

Sejauh ini, baru itu aja yaa argumen2 pencabutan larangan ekspor benur lobster yang gue temukan sudah beredar di publik.

Let me know kalo ada yg belom terbahas 😁

Gue personally ngeliatnya ya buat sumber daya macem laut, tanah, & udara memang harus ada regulasi jelas, karena dampaknya akan selalu publik, gak bisa diisolate secara privat (cuman individu/entitas privat tertentu yg kena).

Jadi, selama kebijakan/regulasinya jelas alur logika dan data pendukungnya yang mengarah pada gimana kita bisa mengelola sumber daya tsb secara optimal (tepat guna dan berkelanjutan), gue pasti dukung.

#Caniaksara