Thread by @Arraso4

Baca ini saya jadi pengen sharing kehidupan kuli bangunan di Jakarta. Ditengah pandemi seperti ini mereka sangat rentan tertular. Biar kalian tau kehidupan mereka, dan kenapa mereka memilih mudik. Biar kalian ga langsung menyalahkan pilihan mereka untuk mudik..

Memang salah mereka langsung berbaur dengan warga di kampung tanpa peduli penularan virus Corona. Saya ga membela itu. Saya membela pilihan mereka untuk mudik. Karna saya yakin kalo ada pilihan untuk tinggal, mereka akan tetap tinggal..

Ini saya waktu masih di Jakarta. Dari tahun 2012 s/d 2018. Jadi satpam di Proyek2 gedung bertingkat di Jakarta. Jadi saya banyak tau kehidupan kuli bangunan disana

https://twitter.com/Arraso4/status/773151330135257089?s=19

Saya bahas mulai dari pendapatan perhari mereka pada waktu itu. Untuk tukang kayak pemasang bata, acian. Perharinya 70rb. Sementara untuk asistennya cuma sekitar 50-60rb.

Itu jam kerja dari jam 08.00-16.00. selanjutnya sampai malam jam 21.00 masuk lembur dengan hitungan perjamnya upah lembur mereka cuma 7000.

Penghasilan mereka itu masih kotor, ga ada jatah makan sama sekali. Kecuali pas ada mandor atau pelaksanaan yg baik kasih mereka makan.

Diatas itu penghasilan rata2 kuli bangunan. Tiap bagian bisa beda2 tergantung keahliannya.

Dari dulu mereka ga mengenal kata libur. Kalo libur ya mudik. Kalo ga mudik ya harus kerja, + juga harus lembur. Karna kalo ga lembur mereka akan kecewa, hasil sehari mereka cuma cukup buat makan sehari. Ga ada simpenan buat yg di kampung

Selanjutnya, dimana sih mereka tinggal?
Para kuli bangunan ini dibuatkan bedeng2 oleh kontraktor bersangkutan. Beberapa perusahaan sub-contraktor ada yg berani ngontrak 1 rumah untuk tempat istirahat mereka. Itu juga mereka tidurnya sudah dempet2an kayak pindang..

Bentuknya bedengan kayak apa?
Sangat ga layak untuk tempat tinggal manusia, Lebih layak disebut kandang kambing! Apalagi kalo musim hujan. Becek dimana-mana. Sampah gelas kopi, bungkus rokok, bungkus nasi bertebaran. Ada sih petugas kebersihannya, tp cuma seminggu 2x dibersihkan

Jadi kontraktor sewa lahan kosong, dibuatkan bangunan non-permanen dari kayu2 dan triplek buat istirahat para kuli. Setiap kamar ukuran 3×3m, dihuni bisa 4-6 kuli. Yg ukuran lebih besar bisa sampai 10 orang dalam 1 ruangan.

Alas tidur mereka papan kayu yg ditutup tikar. Bantalnya dari tas mereka sendiri masing yg berisi pakaian.

Biasanya bedeng dibuat bertingkat 2 lantai, biar bisa untuk ratusan kuli.

Maaf, disambi on-bid jadi lama lanjutnya..

Berikutnya bagaimana dengan MCK? Sanitasi mereka?

Dibuatkan ruangan cukup lebar, dengan bak besar dari semen untuk menampung air. Air dari sumur pompa maupun dari air hujan. Dengan air itulah mereka mandi, cuci pakaian dan berak.

Bilik kakusnya cuma selebar 1×1m, asal muat buat nongkrong didalam. Dibuat beberapa banyak, berjejer biar tak terlalu antri. Embernya dari ember proyek atau jrigen yg dibelah. Kadang ada gayung, kadang mereka pake helm proyek mereka sendiri buat gayung.
Jijik?
Ga ada kata jijik!

Tempat jemuran dipakai bersama2 bergantian. Sering kejadian sempak ketuker-tuker. Bahkan sampai ada yg berkelahi cuma gara2 sempak.
Gimana ga emosi? cape2 diproyek, pulang ke bedeng, mandi, habis mandi mau ganti sempak, ternyata sempaknya dipake orang lain..

Dengan kondisi seperti yg saya ceritakan diatas. Misalkan mereka harus diliburkan kemudian stay dibedeng, apakah yakin mereka akan aman?
Seandainya kamu jadi salah 1 dari mereka. Kamu memilih tetap tinggal di bedeng atau pulang mudik?