2002.

Asap dupa yang mengepul di sudut2 angker menjadi hal yang umum kala itu. Meski belum legal, judi Togel seolah menjadi sendi kesibukan warga di Desa Pinang yang ada di kaki Gunung Raung.

Hampir setiap malam, entah sendiri entah bergerumbul warga akan mendatangi
tempat2 angker. Meletakan sesaji, lalu membakar dupa untuk mencari 'petunjuk' . kira2 angka berapa yg akan keluar esok harinya

Di tengah hiruk pikuk masyarakat yg tengah kecanduan Togel. Ada seorang pria yang tampak kesal dengan aktifitas mencari nomor di tempat angker
atau biasa disebut warga dengan istilah 'Nggrandong'. Pria itu bernama Acong. Memiliki darah keturunan Tionghoa dan termasuk salah satu orang kaya Desa itu.

Suatu malam, Acong berangkat sendirian mendatangi sebuah kebun pisang yang berada tak jauh dari sungai di pinggir desa
di sana sudah ada beberapa pemuda yang berkumpul. Termasuk Daryanto (yg pernah saya ceritakan di 14 hari terjebak di dimensi ghaib), Slamet, Rukyan dan beberapa pemuda lainya.

Kebun pisang itu menjadi salah satu tempat favorit bagi para warga yg nggrandong.
karena seringnya warga mendapat angka jitu setelah memasang sesaji di sana.

Acong lalu menghampiri para pemuda yg duduk di sekitar warga yg sedang nggrandong. Di tengah para pemuda itu Acong langsung mengatakan ketidakpercayaanya kepada hal yg dilakukan warga.
"Kok minta uang sama pohon pisang, sama batu emang ada orangnya, " kata Acong sambil memasang tangan di pinggangnya.

"Maksudmu opo cong, "Rukyan yg emosi tiba2 berdiri dan nyaris memukul wajah Acong.

Beruntung, Daryanto dengan cepat menahan tubuh Rukyan.
"Ndak papa cong kl gak percaya, gak ada yg maksa kamu percaya, " sahut Daryanto sambil memegangi Rukyan.

Bukanya menyadari ucapanya, Acong malah menendang beberapa sesaji yg ada didekatnya. Hal itu sempat membuat beberapa orang yg sedang khusuk ritual menoleh ke Acong
"Lihat.. lihat, gak ada apa2 to? kalau ada yg punya Jin atau Setan , pasti marah saya beginikan, " ucap Acong meledek.

Daryanto yg paham dengan karakter Acong lalu berusaha menenangkan semua orang.

"Terus maumu pie cong, opo wani ketemu medi (apa berani kamu ketemu jin) ? "
ditantang seperti itu, Acong bergolak. Dia mendekati Daryanto. Singkat cerita Acong ingin melihat Jin seperti yg diucapkan orang2. Bahkan dia siap memberikan sejumlah uang jika memang ada yg bisa memfasilitasi. Daryanto pun menerima tantangan itu.
Dia menjanjikan Acong untuk mengikuti sebuah ritual. Tapi tidak di tengah Desa. Acong setuju. Bahkan Acong mau membiayai semua pernik ritual. Mereka sepakat. Termasuk belasan pemuda yg geram dengan Acong
Hari yg disepakati pun tiba.Saat itu waktu sudah menjelang sore.Ritual rencananya akan dilakukan di tengah hutan, di dekat Watu Prau. Yakni sebuah batu besar berbentuk mirip perahu yang ada di tengah lebatnya hutan Randu.
Satu buah mobil pickup berisi bermacam sesajen disiapkan
Sesajen2 itu dibeli dengan uang yg diberi oleh Acong. Pria kaya itu mengatakan jika dia tak ingin ritual setengah2. Supaya jin yg selama ini dianggap ada itu benar2 bisa dilihat Acong.

Ada bermacam hasil bumi seperti pisang, singkong, ketela, kelapa, bunga 7 rupa
janur, hewan2 seperti ayam, burung gagak, kepala kerbau dan ular kobra juga tampak disiapkan di atas bak pickup.

Sore itu juga rombongan berangkat ke Watu Prau yg berjarak sekirar 20 kilometer dari desa. Selain pickup yg mengangkut sesajen, pemuda dan warga lainya
yg ikut ritual itu menggunakan sepeda motor. Total ada 12 orang, termasuk Acong, Slamet, Daryanto dan beberapa orang yg malam itu ada di kebun pisang. Mereka berjalan beriringan melewati jalan setapak yang mengarah ke dalam hutan.

Hari semakin gelap, jalan setapak
yg awalnya cukup lebar, perlahan semakin menyempit. Pepohonan sengon dan karet sudah berubah menjadi randu dan vegetasi hutan yg semakin lebat. Rombongan pun berjalan sedikit pelan. Beberapa kali, roda pick up slip dan masuk ke dalam lumpur.
Setelah satu setengah jam perjalanan, akhirnya rombongan sampai di jalur terakhir. Ada sebuah pondok milik pegawai hutan yang kosong. Karena jalan sudah tidak bisa dilalui kendaraan, semuanya memilih turun. Sepeda motor dijajar di sekitar pos hutan
Mereka kemudian berjalan, sambil satu persatu ke arah Watu Prau yg masih berjarak sekitar dua kilometer lagi dari pos hutan. Suara binatang2 hutan mulai terdengar menyambut kedatangan rombongan warga Desa Pinang. Angin kencang sempat berhembus, tapi Daryanto yg ada di depan
rombongan mengisyaratkan agar semua yg ada dalam rombongan tetap berada diposisinya. Mereka memeluk barang2 yg akan dijadikan sesajen, termasuk Rukyan yg menenteng bumbung bambu berisi ular kobra hitam. Selepas isya, 12 orang itu akhirnya tiba di depan Watu Prau
bagi yg tau lokasi tersebut, kondisinya saat itu masih berbeda. Lebih padat dengan rimbunan pohon.

Di depan Watu Prau, Daryanto bersama Slamet langsung menggelar kain mori berukura 2x3 meter. Beberapa sesaji langsung digelar, termasuk kepala kerbau yg diletakkan di tengah
Ritual lalu dimulai. 10 orang duduk melingkar di tepian kain mori. Daryanto dan Acong duduk bersila di dekat Watu Prau. Dupa mulai dibakar, Daryanto mulai merapalkan beberapa mantra. Asap dupa membumbung mengelilingi sekitar Watu Prau.

lalu dalam sekejap, suara2 mendadak hilang
tak ada angin berhembus, suara jangkrik dan burung celepuk juga mendadak bisu. Seolah waktu berhenti di sana.

Dua hewan sesaji yg sebelumnya sangat aktif, yaitu gagak dan ular kobra juga mendadak tenang. Daryanto lalu membuka bubung bambu, seperti diperintah, ular lalu keluar
dengan sendirinya. Seolah sudah bersiap untuk disembelih. Lalu dengan cepat Daryanto menyayat leher ular, meneteskanya ke bara dupa yang masih menyala. Setelah itu giliran burung gagak. Hal yg sama juga terjadi, burung berbulu hitam itu seolah sudah tahu
Dia langsung hinggap di tangan Daryanto, dan hal yg sama dilakukanya kepada burung itu. Gagak disembelih laku dikucurkan darahnya di atas bara dupa. Setelah darah dua hewan itu ditumpahkan, mendadak daerah di sekitar Watu Prau menjadi terang.
Terang seperti ada cahaya bulan yg menerpa ke tengah tempat ritual dilaksanakan.

"Cong, kalau kamu berani, sekarang kamu loncati sesajen itu, " Kata Daryanto.

Acong yg masih tampak angkuh lalu berdiri. Setelah menoleh ke semua peserta ritual, Acong langsung melompat ke sesaji
tapi.. belum juga satu kakinya menyentuh tanah, tubuh Acong terlempar, seolah mendapatkan dorongan. Tak tanggung2 tubuh Acong melesat 12 meter dari titik sesaji

ke 11 orang itu langsung menghampiri tubuh Acong. Mereka melihat tubuh Acong kaku, matanya melotot lebar
"Wah, Acong matek Dar. Gak enek napase, (wah Acong mati Dar, tidak ada nafasnya) " kata Slamet, sesaat setelah menyentuh tubuh Acong. Semua yg ikut ritual mulai ketakutan, mereka bingung bagaimana nantinya jika harus pulang dalam kondisi membawa mayat.
Saat mereka tengah fokus memegang Acong, angin kencang berhembus. Daryanto menyuruh semua orang kembali ke posisinya masing2. Sesaat kemudian, di belakang Watu Prau ada flare2 yang berjatuhan. Dari setiap flare yg jatuh, muncul sesosok mahluk kerdil bertubuh kekar
bentuknya mirip Dwarapala. Flare terus berjatuhan. Jumlahnya ribuan. Ketika peristiwa itu berlangsung, 10 orang yg ikut dalam ritual nyaris berlari. Ada yg terkencing2 di celana. Ada yg pingsan, ada juga yg berteriak histeris.

"Jangan ada yg pergi dari sini. Kalau pergi saya
tdk tanggung jawab, " teriak Daryanto kepada semua orang.

Mereka pun akhirnya menahan diri. Meskipun, sebenarnya sangat ketakutan melihat wujud2 mahluk mirip Buto kecil yg jumlahnya sangat banyak.

Tiba2 payung tedung yg ada di atas Watu Prau terbang melayang
Payung tedung terus berputar2.. angin tetap menderu kencang.

Dari ribuan buto yg memenuhi tanah di belakang Watu Prau, tiba2 muncul lagi secercah cahaya yg lebih terang. Lalu keluarlah sesosok Mahluk mirip dengan buto2 yg sebelumnya. Mahluk itu menggunakan pakaian khas kerajaan
Ribuan buto kecil itu lalu memberikan jalan kepada Mahluk tersebut yang terus mendekat ke arah Daryanto yang lainya. Mahluk itu memiliki tubuh kekar berwarna hijau, dengan siung yg panjang dari sisi atas dan bawah. Sepuluh orang yg duduk semakin ketakutan
Daryanto mulai bingung.. di satu sisi dia harus memastikan Acong masih bisa hidup. Di sisi lainya, ada 10 orang ketakutan yg tidak tahu bagaimana nasibnya jika tidak segera ada tindakan.
di tengah kepanikan, Daryanto kembali membakar dupa. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri
tidak ada lagi hewan yg bisa diambil darahnya. Akhirnya, Daryanto mengambil pisau lalu mengiris jarinya. Meneteskan darah yg mengucur ke atas dupa sambil terus merapal mantra. Asap dupa berbau darah terbakar meliuk liuk ditengah situasi yang tak menentu.
Setelah asap menyebar, tiba2 ribuan buto kecil itu mendelik. Langkah pemimpin mereka yang sedang berusaha mendekati Daryanto juga terhenti.
Dalam hitungan menit, buto2 kecil itu kemudian kembali berubah menjadi cahaya api dan terbang ke atas. Sama seperti saat mereka berdatangan
Angin yg sempat kencang,saat itu mendadak berhenti lagi. Daryanto kembali merapalkan mantra,lalu payung tundung di atas Watu Prau turun dan kembali ke tempatnya semula diiringi suara ledakan

Ribuan buto yang sempat memenuhi daerah itu perlahan menghilang. Termasuk pimpinan Buto
Daryanto kemudian membebat luka ditanganya. Setelah itu dia mengajak Slamet untuk menghampiri tubuh Acong yang masih terbujur kaku. Dengan bersimbah keringat, Slamet menuruti perintah Daryanto.

"Dar, matek iki dar. Gak enek nafase (dia mati Dar, tidak bernafas)" ujar Slamet
"Wes ayo tulungono ojo ngomong ae (sudah ayo bantu, jangan banyak bicara)" sahut Daryanto.

Saat itu, Acong benar-benar sudah seperti mayat hidup. Matanya meloto dan mulutnya sedikit menganga. Tidak ada nafas dan denyut nadi ditubuhnya
Daryanto dan Slamet membawa tubuh kaku Acong ke tengah kain mori. Semua sesaji sudah tercecer saat itu karena ledakan yang terjadi saat payung tundung kembali ke posisinya.

Daryanto meminta bantuan beberapa orang yang masih sadar untuk membungkus tubuh Acong.
malam itu, Acong dibungkus layaknya pocong tapi tanpa terlihat wajahnya. Daryanto lalu kembali duduk bersila didekat Watu Prau, dia merapalkan beberapa doa. Proses itu sempat berlangsung cukup lama.

Hingga kemudian cahaya terang yang menyinari mereka menghilang.
Beberapa saat kemudian, tubuh Acong yang berada dalam bungkusan kain mori Bergerak-gerak, Daryanto lantas membuka bagian wajah Acong agar bisa bernafas.

"Urip Dar, Urip Maneh (hidup Dar, Hidup lagi)" kata Slamet bersemangat.

"Iyo, tapi urung rampung iki. Ayo digugah liyane,
ndang balik (iya, tapi ini belum selesai, ayo dibangunkan yang lainya. Kita pulang,"jawab Daryanto.

Akhirnya malam itu semua orang kembali ke Desa Pinang. Termasuk Acong., Tapi kondisi Acong tak lagi sama setelah itu. Dia suka berbicara sendiri, marah-marah sendiri dan tertawa
Kondisi ini sempat menjadi rahasia antara Daryanto dan ke sepuluh orang lainya. Tak ada yang tahu peristiwa apa yang menimpa Acong malam itu. Istri dan keluarga Acong hanya bisa kebingungan dengan kondisi Acong.

Acong menjadi pemarah, tak mau makan dan kerap berjalan sendirian
di malam hari. Orang-orang sempat mengira Acong menjadi gila lantaran sempat menendang sesajen di pohon pisang. Orang2 tak tahu jika ada ritual lain yang membuat kondisi Acong seperti saat ini.
Kondisi itu berjalan sekitar 10 Bulan lamanya. Keluarga sudah pasrah dan menerima Acong dalam kondisi tidak waras. Sampai kemudian, satu hari Acong mendadak sembuh. Ingatanya kembali!
Ternyata di sisi lain, kejadian gila nya Acong membuat Daryanto merasa bersalah. Meski Acong keterlaluan, tapi apa yang didapatkanya menurutnya terlalu berlebihan. Akhirnya, singkat cerita setiap minggu Daryanto datang sendiri ke Watu Prau. Melakukan sebuah ritual khusus
Dalam ritual itu, Daryanto membawa bermacam sesaji, termasuk kelapa gading untuk bernegoisasi dengan para penduduk Watu Prau. Meminta agar mereka berkenan mengembalikan Sukma Acong yang terjebak di alam mereka. Proses negoisasi itu berjalan cukup panjang. Sampai 10 bulan lamanya.
akhirnya negoisasi pun selesai. Mereka (penghuni Watu Prau) melepas Acong. kembali ke tubuhnya.

Hal itulah yang membuat Acong mendadak sembuh dari kegilaanya. Begitu sadar, Acong langsung mencari keberadaan Daryanto dan kawan-kawanya. Dia meminta maaf
Daryanto dengan legawa memaafkan kesalahan Acong, dia juga meminta maaf karena membawa Acong sampai jauh ke dalam ritual.

Di tengah pembicaraan itu, Acong bercerita tentang pengalamanya sesaat setelah melangkahi sesajen. Acong mengatakan, saat itu dirinya seperti diseret dua
orang bertubuh kekar. Acong kemudian disuruh untuk menjadi peladen (pelayan) dalam sebuah acara. Tak jelas acara apa itu, yang jelas ada ratusan peladen di tempat itu. Karena takut, Acong pun menurut. Dia bertugas membawa nampan berisi makanan dan minuman
setelah habis, dia akan kembali membawa makanan dan minuman kepada tamu layaknya meladeni acara pernikahan. Acong juga melihat, pemilik acara itu adalah seorang perempuan cantik dengan kulit putih. Gaunnya serba hijau dengan hiasan kalung dari bunga melati.
Acong hanya sempat sekali mengamati wanita yang mirip Ratu itu. selepasnya Acong terus bekerja membawa nampan berisi makanan. Di tengah pekerjaanya, Acong bercerita jika ada seorang perempuan yang mendatanginya. Perempuan itu membawa sebuah nampan berisi sebutir kelapa muda
berulang kali wanita itu menawari Acong untuk meminum air itu, tapi Acong menolaknya. Dengan alasan dirinya belum haus. Akhirnya Acong terus melakukan pekerjaanya, bolak balik dari dapur ke Tamu membawa nampan. Selama bekerja, Acong merasa ada yang aneh dengan alam itu
Meski semua tamu dan peladen yang ada adalah manusia, tapi tidak ada malam. hari seolah terhenti di waktu sore. Jadi masih ada cahaya terang temaram dan tidak pernah gelap. Acong sempat menengok keluar, tapi dia tidak mendapati matahari di sana
Acong pun terus bekerja sampai dia lupa sudah berapa lama ada di sana. Sampai suatu waktu, Acong merasa haus. Dia lalu menghampiri wanita yang sempat menawarinya kelapa muda.
Dengan cepat disedotnya air kelapa muda yg sudah berlubang itu dari tangan wanita yg tak dikenalnya. Saat itu juga Acong tiba2 terseret dan terbangun sudah ada di rumahnya, di tengah keluarganya.

Selesai.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Fredyaspiree

Fredyaspiree Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @fredyraskin

29 Nov
Siapa Kamu?
- mereka kadang menyerupai kita..
sebuah cerita pendek dari sebuah pengalaman

@ceritaht
@bacahorror
@IDN_Horor
@cerita_setann
@cerita_setann
@FaktaSejarah
@threadreaderapp

#bacahorror #ceritahoror #bacahoror Image
Selamat Malam. semoga masih ada yg menunggu cerita saya. Kl tdk ada biarkan saya bercerita sendiri.

ini kisah pengalaman kakak ipar saya saat berkuliah di Jember. sebuah pengalaman pendeknya ketika pertama kali bersinggungan dengan mahluk ghaib.
2012

Hari2 terakhir di penghujung semester tiba. Semua mahasiswa sedang bersiap2 kembali ke kampung halamanya. Termasuk Juni. Mahasiswi semester tiga salah satu Kampus Perawat di Kota Jember itu juga sedang mempersiapkan diri untuk pulang kampung.
Read 22 tweets
27 Nov
14 Hari di Dimensi Gaib
- diceritakan oleh yang terlibat dalam kisah ini
@ceritaht
@bacahorror
@IDN_Horor
@cerita_setann
@cerita_setann
@FaktaSejarah
@threadreaderapp

#bacahorror #ceritahoror #bacahoror
kejadian ini sebagian sudah diberitakan oleh media lokal dan media online. Saya mendapatkan sisi lain dari kisah pencarian seorang kakek yg hilang selama 2 minggu di dalam hutan. seperti biasa hanya narasumber yg sudah mengizinkan yg saya tulis nama aslinya, sisanya nama rekaan
saya tidak berjanji cerita ini selesai satu hari. Tapi insyAllah tidak akan saya buat menggantung lama. Secepatnya saya selesaikan. Semoga mereka yg bisa membaca tapi tak terlihat tdk menghentikan saya.

Bismillah
Read 68 tweets
26 Nov
Akibat Putuskan Pertunangan

- Sebuah kisah pendek tentang pengalaman seseorang yang menikah dg tunangan orang lain. Dia nyaris menjadi korban santet

@ceritaht
@bacahorror
@IDN_Horor
@cerita_setann
@cerita_setann

#bacahorror #ceritahoror #bacahoror
cerita kali ini sedikit pendek, mungkin seperti kisah Saula kemarin. yang jelas cerita yg saya buat semuanya benar2 terjadi. Dengan detil yang sedikit saya kaburkan untuk melindungi sumber cerita.
2009.

Seorang pemuda bernama Yanto yang tinggal di Desa Lemah saat itu tengah jatuh hati kepada seorang wanita bernama Sinta.

Yanto tertarik melihat Sinta yang setiap hari sering melintas di depan kantornya
Read 35 tweets
25 Nov
Gerbang Pernikahan Ghaib Saulah

- Seorang pemuda yg dianggap tak waras oleh penduduk Desa mendadak menghilang. Di tempatnya menghilang, warga menemukan sebuah relief aneh

@ceritaht
@bacahorror
@IDN_Horor
@cerita_setann
@cerita_setann

#bacahorror #ceritahoror #bacahoror Image
cerita ditemukanya relief ini sempat diulas beberapa media lokal dan media online. Lokasinya ada di Desa Segobang, Banyuwangi. saya sempat berbincang dengan warga sekitar. Berikut saya ceritakan kembali bagaimana rangkaian cerita warga tentang asal usul relief misterius itu
Sekitar pertengahan tahun 2019 warga di sekitar Desa Segobang diramaikan dengan penemuan sebuah relief di tengah area perkebunan warga. kala itu, warga yang tengah membersihkan kawasan itu untuk dibuat jalur sepeda BMX menemukan tebing cadas yang memiliki pola unik
Read 20 tweets
24 Nov
Jodoh Untuk Baong

- Di waktu itu, ketika ada perjaka yang meninggal, hal itu akan menjadi masalah. Bukan hanya untuk keluarga, tapi untuk seisi kampung.

@ceritaht

@bacahorror

@IDN_Horor

@cerita_setann

#bacahorror #ceritahoror #bacahoror #ceritahorror Image
Cerita ini terjadi sekitar pertengahan tahun 98. Waktu itu saya masih kecil. Tapi cerita ini saya rangkai dengan beberapa memori orang yang sudah dewasa saat itu. Lagi2 untuk lokasi saya tulis secara fiksi. Untuk melindungi mereka yg terlibat di cerita ini
Bismillah.

Kasiyanto adalah seorang pendatang di kampung Mojo. Tapi berbeda dengan pendatang lainya yg biasanya menjaga jarak dengan warga asli, Kasiyanto justru sangat baik dengan para tetangga. Karena belum menikah dan tak punya anak, Kasiyanto sering membagikan rejekinya..
Read 47 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!