OM RASTH Profile picture
31 Jul, 128 tweets, 16 min read
W A B A H ( Jangan Keluar Rumah Di Waktu Senja )

#bacahorror #bacahoror

Di setiap rumah terlihat sebuah mangkok berisi air yang di taruh di depan pintu, Entah apa maksudnya semua itu. Farid yang baru saja tiba di desa tersebut merasa heran.

"Cepat masuk kedalam rumah!!" Image
Teriak salah seorang warga dari jendela rumahnya, memanggil Farid.

Farid yang tidak mengenali orang itu lantas mengerutkan keningnya. Kebingungan yang ia rasa semakin menjadi.

"Terima kasih sebelumnya pak. Tapi saya mau kerumahnya Paman Irwan. Saya baru datang dari kota." Jawab
Farid

Tanpa berkata2 orang tadi langsung menutup jendelanya dan membiarkan Farid yang masih berdiri keheranan.

"Kenapa desa ini sunyi sekali. Tidak ada suara orang2. Bahkan pos ronda juga kosong." Farid Membatin
Ia terus melangkah mencari rumah paman Irwan yang merupakan Saudara kandung Ayahnya.

Suara langkah kakinya di jalanan yang berbatu membentuk sebuah irama yang menemani perjalanan Farid ketika itu.
Saat ia memasuki jalan yang agak gelap dan sepi, Farid melihat seorang nenek2 yang berjalan terbungkuk2 dari arah yang berlawanan.

Saat ia sudah dekat dengan si nenek, tiba2 nenek itu berhenti dan berkata lirih.

"Permisi cu. Aku sedang dalam perjalanan.
Tapi aku kehausan, dan aku sudah berjalan sangat jauh namun tak ada satupun warga yang mau membukakan pintu untukku. Bolehkah aku meminta seteguk air yang kau bawa itu cu." Kata si nenek dengan suara serak
Karena merasa kasihan akhirnya Farid memberikan botol air nya yang sisa setengah itu pada si nenek.

Si nenek nampak senang ia menerima botol tersebut dengan tangan gemetar.
"Mau kemana rupanya nenek malam2 begini?" Tanya Farid pelan

"Aku membawa dagangan ku. Tapi desa ini sangat sepi sehingga dagangan tidak laku." Jawab si nenek

Farid menghela nafas, ia merasa kasihan sekali dengan nenek2 itu, namun apalah daya, uang di kantongnya hanya
Tinggal 5000 rupiah.

Tapi akhirnya dengan ragu2 Farid berkata "boleh aku membeli dagangan mu nek, walaupun uangku hanya segini."

Si nenek menatap Farid, bibirnya yang sudah mulai keriput tersenyum.
"Kau baik sekali cu. Tapi dagangan ku ini bukan untuk orang sepertimu." Jawab si nenek Lirih

Farid mengerutkan keningnya. Ia tak mengerti maksud perkataan si nenek yang ia rasa sangat aneh.
"Lanjutkan perjalananmu cu. Aku juga ingin melanjutkan perjalananku." Ujar Si nenek sembari menyerahkan botol yang sudah kosong tersebut

Farid mengangguk, namun saat ia akan pergi. Tak sengaja matanya melirik kedalam lanjung (tas panggul dari rotan) yang di bawa
Oleh si nenek. Dan betapa terkejutnya Farid ketika melihat banyak sekali 'keripang koreng' (kulit yang mengering yang sering terdapat di koreng) begitu banyak memenuhi Lanjung itu.
Nafas Farid turun naik, ingin rasanya saat itu ia berlari dan berteriak. Namun kakinya terasa kram dan berat untuk melangkah.

Dan ketika beberapa saat kemudian, Si nenek kembali menoleh pada Farid sambil tersenyum.
Lalu di sertai kilatan cahaya, nenek tersebut menghilang sekejap mata. Tubuh Farid seketika ambruk ke tanah.

(Barangkali ada yang mau madu lebah asli hutan kalimantan kah? Madu hutan asli dengan segala macam khasiat, apalagi di tengah pandemi ini. Tubuh pastinya butuh sekali
Imun yang kuat untuk menjaga kesehatan tubuh kita. Atau akar2 buat mengobati sakit pinggang dan memperkuat kejantanan. Ada juga bajakah yang berkhasiat Untuk menyembuhkan penyakit Kanker, Stroke, Asma dll.

Atau ada yang minat dengan minyak asli kalimantan nya bisa langsung
Hubungi om rasth di WA : 0856 5403 7262 atau kalau ada yang mau curhat berbayar, bisa hubungi om Rasth juga. Terima kasih)

Saat ia terbangun, rupanya Farid masih berada di jalanan tadi, dengan baju basah kuyup akibat di guyur hujan yang sangat lebat.
Ia berusaha beranjak, dan berjalan pelan menuju rumah paman nya.

--
Tok tok..

"Assalamualaikum paman."

"Paman. Ini Farid."

Berulang2 kali Farid memanggil paman nya namun pintu tak juga di buka.
Farid maklum, karena saat itu hujan gede dan suara guntur juga mewarnai malam itu sehingga kemungkinan besar paman nya tak bisa mendengar suara ketukan pintu dan panggilan dari Farid.
Dan di saat Farid mulai duduk di depan pintu, pintu rumah tersebut pun di buka.

"Ya Allah, Farid. Kenapa datang malam2 begini. Kan paman sudah bilang di surat waktu itu. Kalau kau mau kesini, usahakan datang nya pagi saja." Ujar sang paman
"Maaf paman, uangku tidak cukup untuk menginap malam ini. Makanya aku putuskan untuk lanjut berjalan ke rumah paman."

"Ya Sudah, ayo cepat masuk, kamu mandi dulu. Biar ku siapkan tempat tidurmu." Ujar paman nya seraya menarik tangan Farid
Sebelum ia menutup pintu, terlebih dulu paman Irwan mengintip kiri dan kanan halaman rumah, sikap paman nya itu sangat membingungkan bagi Farid.

"Ada apa paman?"

"Tidak, kau tidak bertemu yang aneh2 kan di jalan tadi?"

Farid terdiam sejenak, ia ragu menceritakan
Apa yang tadi ia alami di jalan hingga sampai membuatnya pingsan.

Pelan2 Farid menggeleng.

"Baguslah."

"Memangnya kenapa paman? Apa di kampung ini ada maling atau perampok??"

"Wabah penyakit sedang menghantui desa akhir2 ini. Kematian terus terjadi disini akibat terserang
Penyakit aneh." Ujar paman nya

"Wabah? Flu burung kah?" Tanya Farid yang memang saat itu sedang ramai2nya berita2 flu burung yang menyerang hewan ternak dan juga manusia
"Bukan. Tapi lebih mengerikan dari itu. Sudah ah, jangan bertanya2 lagi. Lebih baik cepat kau mandi."
Farid di antar ke arah dapur yang terdapat kamar mandi.

Lalu setelah itu paman Irwan masuk lagi ke dalam rumah untuk mempersiapkan tempat tidur keponakan nya tersebut.

Malam mencekam, sunyi sepi bagai desa mati.
"Ini pakai saja dulu bajuku. Bajumu basah semua kan." Ujar paman Irwan ketika Farid selesai mandi

"Terima kasih paman."

Selesai berpakaian, Paman Irwan memberikan segelas kopi panas untuk Farid yang nampak sangat kedinginan.
"Paman, Kalau boleh tau Wabah semacam apakah yang sedang menghantui desa ini?"

"Bukan hanya desa ini saja Rid. Tapi beberapa desa lain juga mengalami hal yang sama. Hanya satu yang bisa kami gunakan untuk mencegah wabah itu masuk kedalam rumah, yaitu tidak membuka pintu
Saat senja apalagi sampai keluar rumah. Aku dan warga desa lain nya sangat berharap kalau wabah ini segera berakhir agar desa tak lagi sepi seperti ini."

"Sudah sejak kapan keadaan desa begini?"

"Sudah dari 3 bulan yang lalu. Dan sudah lebih 20 orang desa yang meninggal
Akibat wabah ini. Semuanya menjadi kacau ketika banyak gadis di desa hamil di luar nikah. Kata tetua desa, Wabah ini sudah tak pernah muncul lebih dari 40 tahun lalu. Dan sekarang kembali muncul ketika banyak pendosa berada disini. Wabah ini seperti kutukan.
Yang merenggut nyawa orang2, bahkan yang tak bersalah pun terkena imbasnya." Cerita paman Irwan, raut wajahnya nampak sedih
Dalam hatinya Farid bertanya2, wabah seperti apakah yang di maksud oleh paman.

"Ya sudah Rid, kau tidur saja. Aku juga sudah mulai mengantuk. Besok kita lanjutkan ceritanya." Ujar paman Irwan sembari menepuk bahu Farid
Farid mengangguk, lalu dengan cepat ia menyeruput kopinya hingga habis.

Hujan masih turun, mendung pun masih menyelimuti desa di pagi itu. Membuat orang2 malas untuk keluar rumah.
Paman Irwan sedang memasak makanan di dapur saat Farid bangun untuk kencing.

"Betahnya paman ini membujang. Apa tak ada niatan untuk menikah?" Ujar Farid
"Heh, kau bocah tau apa. Menikah itu bukan hanya tentang sebuah ijab kabul, tapi juga kedewasaan dalam berpikir. Dewasa menghadapi masalah walau seberat apapun. Dan membutuhkan tanggung jawab yang besar. Kau tau, dunia suami istri/pernikahan itu adalah dunia dengan seribu satu
Macam masalah, apalagi kalau kita menikah dengan orang yang salah. Itulah alasanku masih membujang sampai sekarang." Sahut paman Irwan

"Tapi Abah dan Mamaku awet sampai sekarang. Meski sering berantem."

"Itu karena mereka sama2 mendapatkan pasangan yang tepat."
Farid memajukan bibir bawahnya sambil mengangguk.

Setelah selesai buang air kecil, Farid di ajak sarapan oleh paman Irwan. Nasi goreng putih dengan taburan bawang merah dan cabe di atasnya membuat Farid seketika merasa lapar.
"Kau mau minum teh hangat?"

Farid mengangguk,

"Kalau begitu bikin untuk kita berdua."

Saat di pertengahan makan, tiba2 terdengar suara pengumuman kematian dari arah Masjid.
"Innalillahi wa innalillahiraji'un." Ucap paman Irwan

"Siapa yang meninggal paman?"

"Zul." Jawab paman irwan menyebutkan satu nama
"Ayo cepat selesaikan makan mu, kita pergi bantu2 ke rumah yang meninggal."

Selesai makan, keduanya bersiap2 untuk pergi. Tak lupa paman Irwan membawa 3 kg beras serta sebungkus garam dan gula untuk di bawa.
Bendera hijau bertuliskan innalillah, terpasang dihalaman sebuah rumah, yang tentu tidak asing bagi farid. Rumah itu adalah rumah orang yang tadi malam menyuruhnya untuk masuk. Jantung Farid berdetak kencang, apakah ini hanya kebetulan saja? Atau..

"Rid, kenapa?"
Farid menggeleng, ia takut untuk masuk kedalam rumah.

"Paman, perutku tiba2 sakit, aku pulang duluan ya paman." Ujar Farid sembari berbalik dan meninggalkan pamannya yang terlihat bingung
---
"Rid, kau tak apa?? Ku lihat dari tadi kau selimutan saja." Tegur paman Irwan

"Aku, aku tidak enak badan paman. Mungkin karena kena hujan tadi malam." Jawab Farid
"Nih obat, minum dulu. Nanti sakit mu tambah parah." Ujar paman Irwan sembari menyodorkan sekeping obat demam untuk Farid
Menjelang senja, terlihat paman Irwan menaruh mangkok berisi air putih di depan pintu. Lalu setelahnya ia menutup pintu tersebut rapat2.
"Jangan keluar rumah ya Rid."

"Untuk apa air di mangkok itu paman?"

"Biar si pembawa wabah tidak masuk kedalam rumah. Kalau sampai dia masuk dan meminum air didalam rumah, kita akan sakit dan meninggal."
"Bagaimana dia masuk, kalau pintunya saja paman kunci serapat itu."

"Kau tidak boleh menyepelekan sesuatu yang tidak bisa kau lihat. Pembawa wabah itu biasanya menyerupai kakek2 atau nenek2 yang membawa lanjung.
Dan konon di dalam lanjungnya itulah penyakit2 dia letakkan."

Deg..

"Kakek2 dan nenek2?"

"Iya. Tapi entah benar atau tidaknya, yang pasti jarang sekali ada orang bertemu mahluk itu."

"Sejenis apakah si pembawa wabah itu paman?"

"Bisa jadi itu jin. Atau juga Iblis."
"Kalau semisal kita tak sengaja bertemu langsung dan berkomunikasi dengan mahluk itu, apakah kita akan mati paman?"

"Memangnya kau ada niatan bertemu mahluk itu?"

Farid tertawa kecil, ia menggeleng.

"Tentu tak ada yang mau bertemu dengan mereka. Tapi
Nasib kan kita tidak tau paman."

"Makanya jangan keluar rumah di waktu senja."

Farid menghela nafas panjang, ia takut2 benar2 takut.
Malam itu, hujan sudah mulai berhenti sejak maghrib tadi. Namun tetap saja suasana desa masih sepi dan mencekam. Farid beranjak dari kasurnya, ia berjalan kearah dapur untuk membuat segelas teh hangat.
Ia juga menggoreng sebiji telur ayam untuk di makan dengan nasi. Nasi yang sudah mulai dingin itu ia sirami dengan minyak bekas menggoreng telur, lalu ia mulai menyantap makanan nya dengan sangat lahap.
Setelah selesai makan, Farid kembali ke kasurnya. Ia memilih2 koran yang berada di atas lemari kecik milik sang paman.

Ia mulai membaca untuk menghilangkan kejenuhan yang ia rasa.
Saat ia mulai terhanyut dalam cerita yang berada di koran itu, tiba2 terdengar suara langkah kaki yang sangat nyaring di luar rumah.
Awalnya Farid mencoba untuk mengabaikan suara2 tersebut. Namun semakin di abaikan, suara langkah kaki itu semakin menjadi. Bahkan sekarang terdengar seperti sedang mengelilingi rumah.
Kadang suara langkah kaki tersebut pendek, pelan lalu tiba2 panjang dan cepat seperti orang yang sedang terburu2.

"Oyy.." Suara dari luar mengagetkan Farid
Jantung nya berdetak hebat, pelan2 Farid beranjak dari tempat tidur kearah kamar paman nya.

Tok tok..

"Pamaaann.. Buka pintunya pamaan!" Teriak farid ketika ia merasakan tangan2 dingin mulai menyentuh pundaknya
Ia sangat takut untuk menoleh kebelakang,

"Pamaaannn.." Suaranya bergetar

Saat pintu terbuka, paman nya berdiri dengan wajah kesal. Tanpa bicara Farid langsung menerobos masuk kedalam kamar paman nya.
"Ada apa hah??"

"Tadi ada suara orang berjalan mengelilingi rumah paman. Suaranya langkah nya makin terdrngar jelas. Makanya aku lari kesini. Untuk malam ini aku ikut tidur disini ya paman."

"Kau pasti mengigau.
Sudah ah, tidak ada apa2 di luar. Lagi pula aku tidak nyaman tidur sekamar denganmu. Tukang ngorok. Lebih baik kau keluar, dan cepat tidur."
"Tidak. Aku tetap mau tidur disini."

Paman Irwan menggeleng2kan kepalanya. Raut wajahnya begitu kesal.
Namun akhirnya ia kembali ke kasur untuk melanjutkan tidur yang baru saja terganggu oleh sang keponakan.

Farid berbaring di sebelah paman nya, beberapa kali ia mencoba memejamkan mata, namun selalu gagal karena bayang2 nenek tersebut malah muncul setiap kali
Ia memejamkan mata.

"Kenapa aku malah ingat itu!" Batin nya

Dan alhasil saat adzan subuh berkumandang dari toa masjid, barulah Farid bisa memejamkan matanya.
"Hehh.. Kau tak sholat?"

"Nanti saja paman. Aku baru saja tidur." Jawab Farid sembari menutup wajahnya dengan bantal
Selesai sholat dan mengaji, paman Irwan memasak untuk sarapan.

"Rid, paman ada keperluan di luar. Mungkin besok pagi baru bisa pulang. Itu nanti air di dalam mangkok tolong di ganti ya. Jangan sampai lupa." Ujar paman Irwan
"Makanan juga sudah ku siapkan. Aku pergi dulu ya dan ingat2 pesanku, jangan sampai lupa." Lanjut paman sembari menggoyangkan tubuh Farid
"Iya paman aku dengar kok." Sahut Farid

"Ingat2 ya. Jangan sampai lupa."

"Iyaa."

Saat paman nya sudah pergi, Farid kembali melanjutkan tidurnya.
Saat perutnya mulai terasa lapar, barulah Ia beranjak bangun dari kasur menuju ke dapur.

Ketika ia membuka tudung saji, terdapat Mie yang di campur dengan telur juga daun singkong rebus.
Meski nasi dan juga sayurnya sudah dingin, Farid nampak sangat menikmati makanan nya dengan lahap. Selesai makan, ia duduk sejenak di luar rumah sambil meminum kopi.
"Tidak siang, tidak malam. Desa ini tetap sepi." Gumam Farid

-----
Singkatnya, Malam pun tiba. Farid sengaja menyalakan banyak sekali lampu2 dan mengunci kamar dengan sangat rapat. Ia juga membaca banyak sekali koran2 jadul yang ada di rumah paman nya itu.
Rintik gerimis mulai turun di sertai cahaya kilat yang kadang2 masuk kedalam rumah melalui celah yang ada di atas jendela.

Entah perasaan mencekam macam apa yang ia rasakan ketika itu. Untuk bergerak sedikit saja Farid di dera rasa was2.
Braaaaaakkkk... Wussssssss..

Pintu jendela terbuka, angin dingin masuk kedalam kamar. Farid mulai deg2an, apalagi ketika jendela tertutup dan terbuka sendiri, membuat irama yang sangat menakutkan.
Akhirnya mau tak mau, Farid beranjak untuk mengunci jendela yang kemungkinan lupa ia kunci sebelumnya.

Dengan mata yang separuh tertutup, Farid menutup jendelanya, ia menguncinya rapat2 agar tak terbuka lagi.
Dan karena angin yang sangat kencang tadi
Lampu2 tembok dan lilin yang ia gunakan untuk menerangi kamar malah mati semua.

Dalam keadaan gelap gulita, Farid mencoba mencari2 korek apinya. Karena merasa kesusahan Ia menggunakan ingatan nya untuk menemukan letak korek api.
Perlahan2 Farid menyalakan kembali satu persatu lampu tembok dan lilin.
Setelah hampir semuanya berhasil di nyalakan, ia mendengar suara batuk seseorang di luar rumah yang seketika membuatnya kaget hingga tersenggol Lilin.
Andai Farid tidak gesit memadamkan apinya yang sudah mengenai sprei mungkin malam itu rumah sang paman akan terbakar habis.

Ia terduduk lesu dengan wajah yang pucat, nafasnya pun masih terengah2.
Alhasil setelah hampir kebakaran, Farid mematikan semua lilin dan hanya menyisakan lampu tembok yang terpajang di dinding.
Ia mulai berusaha untuk tidur agar rasa takutnya tak semakin menjadi2.
Keesokan harinya, ia bangun pagi2 untuk memasak. Ia juga duduk di depan rumah sambil menunggu paman nya pulang.

Ia berharap sekali paman nya pulang dengan membawa kabar baik, karena tujuan awal Farid menemui paman nya adalah untuk mencari pekerjaan.
Ia sudah lulus sekolah SMA waktu itu dan tak punya cukup uang untuk berkuliah, lalu kata paman nya di desa itu tepatnya di sekolah dasar yang ada di sana sedang mencari guru honorer, dan kemungkinan Farid bisa mengajar di sana sambil menabung untuknya kuliah nanti.
Namun beberapa hari ini, nampaknya masih ada halangan yang membuat ia dan paman nya tak bisa pergi ke sekolah tersebut.

Sekitar pukul 9 pagi, paman Irwan pulang dengan menggunakan sepeda motornya.

"Bagaimana tidurmu semalam Rid? Nyenyak?"
"Kamar paman hampir kebakaran karena lilin."

"Hah?! Pantas saja aku merasakan perasaan yang tidak enak. Lalu bagaimana?"

"Untungnya aku berhasil memadamkan apinya sebelum menyebar."

Paman Irwan menghela nafas lega, lalu ia melepaskan helm dan segera masuk kedalam rumah.
"Astaga. ini yang kau bilang untung? Untung apanya. Sprei yang baru saja ku beli terbakar begini. Ckckck,"

"Ya untung rumah paman tidak terbakar. Kalau hanya sprei tidak masalahkan. Lagi pula paman meninggalkan aku di rumah sendirian padahal paman sendiri tau keadaan di desa
Seperti apa." Jawab Farid

"Lalu air di dalam mangkok itu apa sudah kau ganti? Jangan bilang kau lupa!"

Farid menggaruk2 kepalanya, ia benar lupa. Karena sedari pukul 4 sore ia sudah mengunci diri di dalam rumah.
"Itu aku ganti kok." Jawab Farid berbohong

"Oh iya paman, bagaimana yang itu?" Tanya Farid

"Yang itu apa?"

"Yang guru."

"Ohh. Itu, ia besok kita ke sana."
Singkat cerita, malam itu paman Irwan nampaknya sedang tak enak badan.
Ia terus selimutan di dalam kamarnya.

"Paman. Mau ku belikan obat?"

"Tidak usah. Aku sudah meminum obat paracetamol tadi. Oh iya Rid, kalau kau mau makan, makan saja. Tidak usah menungguku,
Aku tidak nafsu makan."

Saat paman nya berbalik dan selimut sedikit terbuka, Farid melihat di bagian tengkuk paman nya ada semacam koreng. Padahal sebelumnya ia tak melihat koreng tersebut.
"Paman, tengkukmu kenapa?" Tanya Farid

"Apanya yang kenapa?" Ujar paman nya balik bertanya

"Koreng di tengkuk mu cukup besar."

Paman Irwan meraba2 tengkuknya, jari2 tangan nya basah karena terkena nanah yang keluar dari koreng tersebut.
"Apa itu paman? Kapan kau mendapatkan nya?"

"Aku tidak tau Rid. Entahlah aku mulai takut, apa jangan2 aku sudah terkena wabah?"
Deg.. Rasa bersalah tiba2 menyelimuti perasaan Farid. Ia merasa sangat bersalah pada paman nya karena sudah lupa mengganti air di dalam mangkok tersebut. Kalau sampai benar paman nya sakit gara2 itu, Farid tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.
"Semoga saja ini hanya koreng biasa." Gumam Farid

--
Beberapa kali Farid bolak balik masuk kedalam kamar sang paman untuk mengecek keadaan nya. Semakin malam, tubuh paman Irwan semakin panas.
Farid juga sudah mencoba mengompresnya, namun tetap saja panasnya tak kunjung hilang.

"Ya Allah, berikan lah kesembuhan untuk paman Irwan."
Saat adzan subuh berkumandang, Farid bergegas mengambil air wudhu di dapur. Namun ketika farid sedang sholat, ia merasa ada sesuatu yang berdiri di belakangnya.
Kemudian farid membaca doa2 sholatnya lebih keras, untuk menghalau rasa takut. Ia tau sholatnya saat itu tidak khusyu karena rasa was2 dan takut yang ia rasa.
Selesai salam, farid langsung menoleh kebelakang. Tapi tak ada siapapun di sana.

"Farid.." Ia kaget mendengar suara paman nya dari arah pintu luar
"Apa2an ini?" Batin farid ketika ia mengintip dari celah pintu yang terbuat dari kayu tersebut

"Farid.. Apa kau masih tidur hah??"

Tok tok tok

"Kemana anak itu." Ujar suara dari luar terdengar kesal
Farid bergegas masuk kedalam kamar di mana paman nya sedang tidur. Dan di balik selimut itu masih ada paman nya.

"Kenapa Rid?"

Nafasnya turun naik, ia takut dan bingung. Mana paman Irwan yang asli.
Farid bergegas keluar kamar, ia menutup telinga dan matanya. Ia tak tau apa yang harus di lakukan.

Dan tidak lama kemudian terdengar seseorang menyapa orang yang berada di luar rumah.

"Ada apa Wan??"

"Keponakanku masih tidur. Pintu di kunci dari dalam."
Farid mulai percaya kalau yang di luar rumah itu adalah paman nya yang asli, lalu Farid langsung membukakan pintu.

"Lama sekali kau membuka pintu."
"Kenapa paman baru datang?"

"Sebenarnya aku sudah mau pulang kemarin pagi, tapi ternyata masih ada urusan mendadak. Makanya aku tidak jadi pulang."
Farid gemetar, namun sebisa mungkin ia tutupi rasa takutnya.

Paman Irwan masuk kedalam kamarnya di ikuti oleh farid yang berjalan di belakang nya.

Dan rupanya orang yang di balik selimut itu sudah menghilang.
Mata farid melotot.

"Kau kenapa hah?" Tanya paman Irwan

"Paman, kemarin..." Farid menceritakan semua yang ia alami kemarin dan tentang paman nya yang pulang pagi kemarin
"Ah, masa? Orang di sini tidak ada siapa2."

"Sumpah paman, aku tidak bohong. Dan di tengkuk paman ada koreng yang sudah bernanah."

"Koreng? Jangan mengada2 kau rid." Ujar paman Irwan sembari meraba tengkuknya
"Dan tingkah lakunya juga sama persis seperti paman. Akhh. Ku rasa aku sudah mulai gila gara2 tinggal disini."

"Air di mangkok itu kau ganti kan?"

Farid menatap paman Irwan lagi,

"Kemarin paman juga menanyakan hal yang sama."

"Jujur paman, kemarin malam aku lupa
Mengganti air nya."

"Sudah ku duga, kalau kau tak akan mengganti air itu."

"Tapi paman ini benar2 paman kan?? Bukan seperti yang kemarin. Aku saja rasanya masih tidak percaya semalaman aku bersama hantu."
"Makanya lain kali berdoa, jangan pernah lupa."

"Pantas saat aku sholat, aku merasa ada orang yang berdiri di belakangku." Gumam farid

"Cukup sudah rid, jangan kau teruskan ceritamu itu. Jangan sampai pamanmu ini malah takut tinggal di rumahnya sendiri."
"Oh iya satu lagi. Masalah pekerjaan guru honorer itu. Hari ini akan ku bantu mengurusnya."

-----
Sore harinya mereka berdua pulang. Karena sangat lelah setelah seharian mengurus ini dan itu, akhirnya mereka mampir di warung untuk membeli makanan. Warung itu sudah
Hampir tutup ketika mereka tiba di sana.

"Ayam gorengnya 2. Kalau aku dada saja. Kau mau apa rid?"

"Di sama kan saja paman."

"Berarti dadanya 2 ya?" Tanya si penjual

Paman Irwan mengangguk.

"Nasib nasib, jualan yang seharusnya sampai malam. Beberapa bulan ini terpaksa
Harus tutup sore. Kadang2 ayam dan nasi nya masih nyisa banyak. Mau nyari kerjaan lain juga susah, apalagi saya yang hanya lulusan SD ini." curhatan si pedagang pada paman Irwan
"Nah begitulah sulitnya jaman sekarang. Kalau di paksa berjualan sampai malam pun tak ada yang berani keluar rumah. Karena wabah ini sudah menyebar ke beberapa desa. Bahkan ada yang lebih parah dari desa kita ini."
Si pedagang menghela nafas, nampak sekali beban yang dia pikul sangatlah berat.

"Entah kapan berakhirnya wabah ini ya pak. Bosan sudah rasanya seperti ini. Bekerja rasanya seperti di kekang. Belum lagi berita flu burung yang sudah menyebar. Andai tidak memikirkan
Anak istri, mungkin saya sudah bunuh diri pak."

Paman Irwan menghela nafas panjang.

"Memang tidak mudah menghadapi wabah ini, tapi kita juga harus sabar dan kuat. Tuhan memberikan ujian ini pasti ada maksudnya, pasti ada hikmah yang
Bisa kita ambil dan pelajari."

Setelah membayar harga untuk ayam yang mereka beli tersebut, paman Irwan dan Farid pun pulang.
Saat mereka sampai rumah, paman Irwan langsung mengganti air di dalam mangkok yang berada di luar. Lalu kemudian mengunci pintu rapat2.

Malam itu, farid masih memikirkan kejadian2 aneh yang sudah ia alami semenjak datang ke desa tersebut,

"Apa ini ada sangkut pautnya dengan
Kejadian waktu itu??"

"Kau belum tidur rid?"

"Paman sendiri?"

"Aku masih terbayang ceritamu itu. Menyeramkan sekali kalau itu semua memang sudah kau alami."
"Paman, sebenarnya waktu malam aku datang kesini, aku bertemu seseorang. Tidak, maksudku mahluk yang menyerupai orang." Ujar farid menceritakan semuanya pada paman Irwan
"Kau sudah bertemu si pembawa wabah?!"

"Iya, tapi aku tidak kenapa2. Aku masih sehat."

"Jangan terlalu yakin begitu rid. Mendengar suara orang berjalan di waktu malam. lalu bertemu bahkan bersama dengan sosok yang menyerupai aku. Apa itu yang namanya tidak kenapa2?"
"Tapi aku tidak sakit."

"Fisikmu memang tidak. Tapi pikiranmu yang sakit."

"Jadi maksud paman, aku ini gila?"

"Aku tidak bilang begitu, cepatlah tidur. Besok kau akan ku antar pulang. Sebaiknya kau tenangkan dulu dirimu di rumah orang tuamu. Setidaknya sampai wabah ini
Benar2 hilang."

"Aku tidak mau pulang paman. Bukankah paman sendiri yang mendengar tadi, bahwa aku sudah diterima jadi guru honorer. Aku sudah sangat lama memimpikan pekerjaan paman."
"Beristirahatlah. Aku ini pamanmu, aku tau apa yang terbaik untukmu." Ujar paman Irwan seraya beranjak dari duduknya
Keesokan harinya, lagi2 pengumuman kematian terdengar dari toa masjid.

"Yang meninggal semakin banyak saja akhir2 ini." Kata paman Irwan

"farid, paman harap kau mau menerima keputusanku. Untuk kebaikan mu, paman ingin kau pulang. Karena seperti yang kau ketahui
Keadaan disini benar2 memburuk. Paman tidak ingin terjadi apa2 pada dirimu. Terlebih setelah aku mendengar ceritamu tadi malam."
"Terserah paman saja. Aku ikut saja baiknya seperti apa." Jawab farid pasrah

"Bersiap2 lah. Paman akan mengantarmu sampai terminal."

Farid menghela nafas berat, sejujurnya ia tak ingin pulang tapi mau bagaimana lagi. Keadaan benar2 tidak memungkinkan untuknya
Tetap tinggal.

Saat mereka mampir di warung nasi kuning, farid mendengar rencana orang2 yang akan mengadakan ritual tolak bala di sekitar desa tersebut dan juga desa2 lain nya yang terkena wabah tersebut.
"Semoga saja keadaan segera membaik." Batin farid

-----
Seminggu telah berlalu, masih tak ada kabar dari paman nya. Entah kenapa jantung farid berdetak tak karuan saat mengingat paman Irwan.

"Semoga saja dia tidak apa2."

Hanya doa yang mampu ia panjatkan di setiap sholatnya.
Akan tetapi kabar yang sangat mengejutkan datang, kabar tentang paman Irwan yang meninggal seusai mengikuti acara tolak bala.

"Paman Irwan meninggal???" Tanya farid masih tak percaya dengan apa yang ia dengar
"Besok kita akan pergi ke sana." Kata ayah farid

--
Saat farid dan orang tuanya sampai di rumah almarhum paman Irwan, rupanya jenazah sudah di makamkan oleh warga.
Tak ada yang tau penyebab kematian paman Irwan. Tapi kebanyakan orang percaya kalau paman Irwan sudah terkena wabah penyakit tersebut.

Dan beberapa bulan setelah itu, barulah keadaan di desa tersebut kembali aman, wabah yang menghantui selama berbulan tersebut sudah
Menghilang. Orang2 pun sudah bisa beraktivitas di malam hari tanpa rasa takut lagi.

Namun meski begitu, Farid tak pernah lagi kembali ke desa itu, Meski lowongan menjadi guru honorer masih tersedia di sana.

--SELESAI--
Kalau mau donasi pulsa bisa di nomor ini - 0856 5403 7262

Atau klik link ini - saweria.co/donate/Omrasth…
Untuk ponakan2 yang sudah berdonasi, om ucapkan Terima Kasih yang Sebesar2nya🙏🙏, semoga kalian selalu dalam lindungan Tuhan. Aamiin

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with OM RASTH

OM RASTH Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @rasth140217

20 Jul
PETAKA CINTA (cinta di tolak, nyawa pun melayang)
-Teror korban pembunuhan menuntut keadilan-

#bacahorror
#bacahoror
#kisahnyata

( Gambar hanya ilustrasi ) Image
"Paman, beli pentol sama tahu nya 5k." Kata seorang anak kecik berusia 9 tahunan pada Jemi, teman satu sekolahku dulu, yang sekarang berprofesi sebagai penjual pentol keliling
"Gimana jem?" Tanya ku setelah anak kecil tadi pergi

Jemi duduk sambil menghela nafas panjang, matanya menerawang jauh ke depan.

"Aku belum tau Man. Belum punya ongkos untuk pergi. Kau kan tau sendiri seperti apa keadaanku sekarang. Sehari belum tentu upahku dapat 20 ribu
Read 270 tweets
7 Jul
MALAM SAKRAL (PELET KULAT RAUNG 'JAMUR PETI MATI' UNTUK CALON SUAMIKU)

#bacahorror
#bacahoror

(Gambar hanya Ilustrasi karena foto asli dari kulat nya tidak di perkenankan untuk di share) Image
"Aku hamil!" Ucap wanita itu dengan suara serak
Matanya sembab dan memerah

Lelaki berkemeja putih tersebut terdiam, ia tak bergeming sedikitpun dari tempatnya berdiri.
Wajahnya terlihat memerah menahan emosi kekecewaan.
"Kau kan tau aku baru saja mendapatkan pekerjaan. Aku tidak bisa menikahi mu sekarang." Ujar lelaki itu akhirnya

"Tapi ini anakmu Han. Anakmu." Ucapnya bergetar
Read 210 tweets
30 Jun
HAMPIR MATI DI KEJAR RAUNG (PETI MATI)

DIAMBIL DARI KISAH NYATA YANG PERNAH TERJADI DI SUATU DAERAH YANG BERADA DI KALIMANTAN.
#bacahorror
#bacahoror
(Gambar hanya Ilustrasi)
Raung, adalah sebutan untuk peti mati bagi suku dayak yang beragama kaharingan. Cerita kali ini berkisah tentang pengalaman seseorang yang pernah hampir mati di kejar oleh peti mati (Raung) tersebut.
Raung nya pun bukan sembarang Raung, tapi Raung yang sudah di 'peteh'(amanat) oleh seseorang entah itu orang iseng ataupun pihak keluarga si mati yang tak ingin harta benda 'pahata'(bekal) keluarganya di curi oleh maling.
Read 120 tweets
15 Jun
TUMBAL JANIN

#bacahorror
#bacahoror
#omrasth

Thread ini diangkat dari kisah nyata.

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Pesugihan, bukan hal yang baru lagi untuk kita dengar.
Setiap daerah dan sudut bumi dimana kita berpijak ini om rasa sudah pasti pernah mendengar istilah pesugihan.
Atau bahkan mungkin ada salah satu kerabat kita yang pernah melakukan pesugihan? Entahlah. Yang pasti pesugihan itu terdengar menyenangkan, namun ada kenyataan kelam dan dosa yang selalu menyertai pelaku pesugihan tersebut, salah satunya harus rela menyerahkan nyawa anak istri
Read 341 tweets
9 Jun
RAHASIA KELAM RUMAH SANG JURAGAN

#bacahorror
#bacahoror
#diambildarikisahnyata

(Gambar Hanya Ilustrasi) Image
1999, pulau kalimantan.

"Sebut saja namanya pak Karna, dulu usia beliau itu kira2 sekitar 40-50 tahunan, tapi yang namanya juga juragan. Orang kaya. Jadi kerjaan nya tidak seberat kita2 yang tiap hari kerja banting tulang di pahumaan (sawah). Dan meski pun sudah berumur
Tapi tetap kelihatan awet muda. Gak seperti saya ini. Usia 50 tahun kelihatan nya sudah seperti 70 tahun lebih." Ujar pak Rahmat memulai ceritanya di sebuah warung kopi yang terletak tidak begitu jauh dari area persawahan tersebut
Read 218 tweets
28 May
RITUAL KASUGIHAN (DI PERINTAH UNTUK MENYET*BUHI 41 GADIS PERAWAN UNTUK RITUAL PESUGIHAN)

#bacahoror
#bacahoror
#threadhorror

(Gambar Hanya Ilustrasi) Image
Mendengar kata pesugihan, tentu nya kita sudah tak asing lagi bukan?
Ada berbagai macam jenis dan ritual yang harus di penuhi sebagai syarat agar bisa menjadi kaya raya dengan Instan.
Ada pesugihan putih yang di antara syarat2nya di haruskan membaca surah2 tertentu, puasa
Dan sholat tak lepas waktu.
Adapun pesugihan hitam adalah pesugihan yang meminta tumbal, tumbal sendiri ada yang berasal dari anak ataupun istrinya dan ada pula yang berupa musuh juga orang lain/orang yang tidak dikenal.
Biasanya tergantung jenis pesugihan dan dukun nya.
Read 325 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(