Malam sob!
Ijinkan kami sedikit bercerita utk menemani weekend kalian malam ini. Tapi seperti biasa, sebelum kita mulai, yuk ramein tritnya dg rt, like, komen dan follow sekalian ya😊

Kalo udah, so let the haunt begin!
Widya. Yah, Widya. Nama itu selalu terngiang-ngiang di benakku belakangan ini.
Bukan hanya namanya saja, sosok cantiknya pun selalu menari-nari di pikiranku.
Widya, nama itu. Ah, namanya persis dengan nama aktris film favoritku, Widyawati.
Walaupun paras mereka berbeda, tapi keduanya punya kecantikan dan keanggunan tersendiri. Setidaknya itu yg terlihat di mataku, hingga aku memutuskan utk mengidolakan keduanya.
Awalnya aku tak terlalu mengindahkan kehebohan berita itu. Berita tentang kepindahan seorang murid baru ke sekolah kami.
Seandainya kalau anak baru itu hanyalah anak yg terihat biasa2 saja, mungkin murid2 yg lain;terutama yg laki2, tidak akan seribut ini.
Mereka mulai membicarakan si anak baru ini, yg menurut mereka sangat cantik, anggun dan sederet pujian lainnya. Anak2 di kelasku juga ikut membahasnya. Aku yg penasaran akan kebenaran sosok cantik itu, memutuskan utk pergi melihatnya.
Seperti biasanya, anak2 gadis itu bergerombol di depan kelas mereka sambil mengobrol penuh keseruan.
Temanku menunjuk ke salah satu dari mereka, seorang gadis manis yang tampak paling pendiam.
Aku terpana. Seketika aku terpesona.
" Namanya Widya" kata temanku. "Widya Asmara, lengkapnya" tambahnya lagi.
Saat itu juga, aku langsung jatuh hati padanya. Pada Widya.
Selain disibukkan dgn pelajaran, kini hari2 ku selalu diwarnai dgn khalayan akan Widya. Wajah anggunnya, rambut panjang halusnya, sifat pendiamnya, semua menjadi bahan lamunanku setiap saat.
Kadang kala aku menantikan Widya berdiri di teras kelasnya di lantai atas. Dengan begitu, aku bisa melihat wajah teduhnya dari kelasku yg ada di bawah.
Pertama kali mata kami saling bertemu kala itu, sekilas ia terlihat kaget dan buru2 mengalihkan pandangannya. Terkadang juga aku berpapasan dgnnya saat berjalan di selasar, saat melihatku, ia akan menundukkan kepalanya dgn pipi memerah.
Awalnya aku agak bingung. Oh, aku tahu. Mungkin ia malu di perhatikan oleh cowok secakep aku. Iya, kata teman2 , aku memang yg paling ganteng di kelas di banding yg lainnya. Haha.

*****
Widya. Yah, Widya. Sekali saja melihatnya, aku tahu ada sesuatu yg lain di dirinya. Sesuatu yg mampu membuatku begitu terpikat. Paras cantiknya mungkin belum yg paling sempurna, tapi di luar itu ada hal lain yg memaksaku utk selalu bermimpi tentangnya.
Mimpi-mimpi tentang Widya selalu berhasil menggantikan mimpi2 buruk itu setiap malam kala ku terlelap.
Mimpi-mimpi ganjil nan aneh yg selalu membuat tidurku tak nyaman, kini di gantikan oleh mimpi indah yg berbentuk seorang Widya. Menari-nari di pelupuk mataku dgn senyuman anggun di wajahnya.
Hasrat utk mengenal Widya lebih dekat semakin menyiksa jiwa. Sayangnya, aku terlalu malu utk mendekatinya. Padahal, sejujurnya, aku tak mau kalah bersaing dgn anak2 cowok lain yg berusaha utk mendekati nya juga.
Untungnya, tak kulihat sedikitpun Widya merespon kelakuan anak2 nakal itu. Ia lebih memilih utk berkumpul dgn teman2 cewek sekelasnya, walaupun ia lebih banyak diam daripada mengobrol.
Syukurlah, batinku. Itu artinya, masih ada kesempatan bagiku utk dapat memintanya agar mau jadi kekasihku. Tapi, apa tadi? Meminta dia jadi kekasih?
Haha, sungguh bodohnya aku yg terlalu tinggi berharap. Bisa dekat dengannya sudah terlampau sulit bagiku. Apalagi memintanya utk jadi pacar, wah.. Aku memang suka over thinking.
Rasanya sangat tidak mungkin.

*****
Tapi siapa yg menyangka kalau kesempatan itu datang juga?
Siang itu, setelah bubar sekolah dan keadaan sepi, kulihat Widya sedang duduk sendiri di bangku kayu, tepat di bawah pohon Tanjung nan rindang yg tumbuh kokoh di pelataran.
Ah, rupanya Tuhan masih mendengarkan doa anak muda yg sedang jatuh cinta ini, agar bisa mendekati pujaan hatinya, batinku senang. Sadar kesempatan ini belum tentu datang dua kali, ku kumpulkan semua keberanian. Kutarik nafas panjang dan menghempas nya kuat2.
Dengan sikap gagah bak Ksatria, ku mantap kan langkah utk berjalan mendekati Widya.
"Ehh.. Belum pulang ya? " tanyaku begitu tiba di samping nya. Pandangannya beralih dari buku yg dibacanya, dan ia melihat ke diriku. Sejenak ia tampak gugup, lalu buru2 mengangguk. Hanya mengangguk.
Kemudian ia tersenyum tipis. Senyum tipis yg sungguh manis. Senyum tipis yg terlihat penuh arti. Lalu ia melanjutkan bacaan nya. Aku terpana. Gadis ini memang beda, pikirku berkata.
Jarang sekali saat ini kulihat murid2 perempuan di sekolah ini, masih ada yg mau membaca buku di luar jam pelajaran.
Kebanyakan dari mereka memegang sebuah benda berbentuk persegi dgn ukuran kecil yg bagian depannya bisa memunculkan gambar2 jika di sentuh. Entah apa nama benda aneh itu.
Setidaknya itulah yg selalu kulihat, saat mereka berkumpul ataupun ketika jam kosong. Benda itu tak lepas dari tangan mereka. Tapi Widya lain. Ia memegang buku. Bukan benda itu.
Aku jadi makin kagum padanya,bukti ia tak terikut arus.
"Kamu kok belum pulang" ulang ku.
"Menunggu jemputan" jawabnya, sambil menutup buku bacaannya.
Suara yg renyah. Dan terdengar merdu si telinga. Ia menatapku, kali ini entah kenapa, tatapan itu terlihat sendu.
"Hobi baca juga ya? " lanjutku bertanya. Ia menggeleng pelan.
"Gak juga. Ini novel. Ku baca pas senggang saja, seperti sekarang" jawab Widya.
Kulirik buku tebal itu di tangannya. "Dan Brown? " tanyaku lagi.
"Itu nama penulisnya" jawab Widya lagi, nadanya terdengar tak bersemangat. Mungkin aku terlalu banyak bertanya, dan ia jenuh di tanya terus. Aku hanya manggut2.
Sebenarnya, aku juga suka baca novel. Tapi aku belum pernah mendengar nama penulis itu. Yang aku tahu hanya beberapa nama penulis dari novel favoritku, diantara nya ada nama Budi Darma, Putu Wijaya, Arswendo Atmowiloto dan beberapa lagi yg sudah kulupa.
Kalau penulis luar, kebanyakan aku tak tahu namanya, gumamku, sambil berharap Widya mendengarnya. Tapi ia tetap berdiam diri. Kembali ku alihkan perhatian ku padanya. Aku masih ingin terus berbincang dengannya.
Kuberanikan diri utk duduk di sampingnya. Ia menggeser sedikit agak menjauh. Yah, wajarlah ia merasa sungkan, kata batinku. Kan belum kenal akrab.
"Ehh.. sebenarnya aku sudah sering perhatikan kamu sebelum ini" kataku, membuka suara.
"Aku tahu kok! " tukasnya.
"Kamu dan teman2 mu. Dari ruangan itu kan? " lanjut Widya sambil jarinya menunjuk ke arah kelasku berada. Aku jadi malu setengah mati.
"Ma.. Maafkan bila kami tak sopan! " kataku cepat2, merasa salah. Ia mengangguk, lalu menghela napasnya. Sebuah mobil mewah berwarna putih berhenti di depan sekolah.
"Jemputan ku datang. Aku harus segera pulang" , katanya sambil memasukkan novel ke dalam tasnya. Aku tergagap.
Dan ia buru2 berlari kecil ke arah mobil yg sudah menunggunya itu, setelah mengucapkan sampai jumpa padaku. Aku cema bisa melongo. Merutuki kebodohanku sendiri.
Waktu sesingkat tadi, kenapa tak kupakai untuk langsung menyatakan cintaa saja? Ah tak mungkin juga dong! Batinku berkilah. Kami bahkan belum mengenal satu sama lain. Aku bahkan lupa memberitahu namaku padanya.
Yah, semoga saja masih ada kesempatan lain utk bisa berbicara lagi dengannya, harap ku.

*****
Sekarang, aku tak bisa hanya cukup bermimpi tentang Widya. Setelah pembicaraan singkat itu, batin ini semakin memaksaku utk segera bisa mendapatkan nya. Mendapatkannya dan menjadikannya resmi sbgai kekasih.
Tidak hanya diriku saja yg menginginkankannya, anak2 cowok dari kelas lain pun berusaha getol utk merebut perhatiannya. Tak terkecuali teman2 sekelasku.
Beberapa dari mereka malah berbuat terlampau kelewatan. Bahkan berani hingga menguntit Widya sampai ke rumahnya.
Teman2 kelasku yg cewek, yg iri dengan kepopuleran dan kecantikan Widya, nekat berbuat usil terhadapnya. Seperti menyembunyikan alat tulisnya, atau menarik2 rambut panjangnya , sampai mengunci Widya ketika ia berada dalam toilet.
Aku yg tak terima dgn perbuatan mereka, memarahi dan berusaha mencegah tindakan kejam tsb. Tapi, jumlah mereka jauh lebih banyak,tak satupun ada yg membela ataupun menggubris amarahku. Malah mereka balik mengancamku, mereka akan mengeroyok ku kalau aku berani macam2.
Aku hanya bisa diam, tak kuasa melawan. Tak ada kekuatan utk melindungi Widya yg malang. Widya ku yg malang.
Akibat gangguan2 itu, Widya jadi sering menangis. Terkadang ia pulang lebih cepat . Malahan ia jadi sering tak datang ke sekolah.

Perih di hatiku tak tertahan. Sungguh memalukan nya aku, makhluk lemah tak berdaya ini, pekik batinku.
Oh Tuhan, jagalah kekasihku, tabahkanlah hatinya. Berikan aku kekuatan agar selalu dapat menjaganya, aku tak rela ia disakiti siapapun juga, Tuhan! rintihku, malam itu, dgn berurai air mata.

*****
Siang hari itu, kulihat Widya duduk di bangku kayu, di bawah pohon Tanjung itu. Sendirian.
Perlahan aku mendekatinya. Ia melihat ke arahku dan tersenyum tipis. Senyum tipis yg dipaksakan, tapi tetap saja terlihat manis. Ada kesedihan di situ, aku bisa melihatnya.
"Aku mau pamit", katanya membuka obrolan.
Aku kaget seketika. Jantungku berdetak keras.
" Pamit kemana. Kamu mau kemana? "
tanyaku padanya dgn cepat.
"Aku pindah sekolah. Mulai besok, aku sudah tidak ada lagi di sini. Aku hanya mau mengucapkan selamat tinggal kepadamu" jawab Widya.
Jawaban itu menggoncang jiwaku. Kenapa harus berpisah secepat ini, bahkan aku belum sempat akrab dengannya. Ku tahan air mata yg mulai menggenang.
"Ta.. tapi kenapa? Kenapa kau harus pindah? " ucapku dgn suara sedih. "Aku.. Aku tak tahan di ganggu terus! " jawaban Widya membuatku terhenyak. Aku tak mengerti. Di ganggu?
"Hampir tiap hari aku selalu di ganggu. Mereka tak suka dgn kehadiran ku, karena aku bisa melihat mereka. Aku tak tahan lagi. Maaf.. " lanjutnya, dgn suara terbata.
Aku tetap tak mengerti perkataan Widya. Sumpah, aku penasaran.
"Mereka yg ganggu kamu? Mereka itu siapa? " tanyaku cepat.
Tangan kanan Widya bergerak. Jarinya menunjuk ke suatu arah. Ke suatu tempat tak jauh dari pohon Tanjung ini. Aku pun melihat ke arah yg ditunjuknya.
Ruang kelasku.
Aku tersentak kaget. Kulihat teman2 berdiri di depan kelas. Menatap tajam ke arah kami berdua.
"Teman2 ku menganggumu? Kalau begitu, ijinkan aku mewakili mereka utk minta maaf kepadamu, jadi kau tak perlu pindah... " tukasku, penuh rasa sesal dan kebingungan.
Widya menggeleng lemah, wajahnya semakin terlihat sendu.
"Coba kamu perhatikan mereka lebih jelas! " suruhnya.
Kutolehkan pandanganku ke arah kelas tempat teman2 ku berdiri. Dan pemandangan itu begitu mengejutkan ku.
Tak ada ruang kelas lagi di situ. Yang terlihat hanyalah sebuah bangunan kecil semacam gudang, yg di sekitarnya penuh dgn barang rusak dan rongsokan dari sekolah.
Dan sosok2 mengerikan itu, dgn tubuh menghitam bagaikan hangus terpanggang, dan sorot mata merah yg angker, berdiri tegak menggantikan posisi di mana tadi teman2 ku berdiri.
Sosok2 penuh luka bakar itu menyeringai dan beberapa di antaranya tertawa-tawa mengerikan.
Keringat dingin ku bercucuran. Nafasku tersengal melihat makhluk2 seram itu.
"Me.. Mereka itu apa?Mereka bukan temanku. Mana teman2ku?! " raungku, panik.
Sesuatu melintas di kepalaku. Sesuatu yg selama ini ingin mencuat di pikiran. Sebuah memori. Sebuah ingatan.
Aku tak bisa mengingatnya. Tepatnya, aku tak mau mengingatnya. Rasa panikku semakin menjadi.
"Kau harus mengingatnya! ", tukas Widya agak membentak. " Sudah saatnya kau sadar! ".
Aku tetap tak mengerti. Panik dan bingung menjadi satu di kepalaku.
"Apa yg harus kuingat? " erangku.
"Tatap mataku! " perintah Widya.
Bagai tersihir, segera ku turuti perintah itu, menatap kedua matanya. Belum pernah aku aku bertatapan dengannya sedekat ini.
Ah, mata yg indah, batinku berucap. Bola mata itu berwarna coklat bening bakal kristal, dan begitu cantiknya. Tapi, mata itu sendu, seolah2 terlalu sering menyaksikan kesedihan dan penderitaan.

Jiwaku seakan tersedot ke dalam pusaran di kedua mata itu.
Bukan Widya yg ada di hadapan ku kini, melainkan sebuah pemandangan mengerikan yg terjadi tepat di depan mataku. Tepatnya sebuah peristiwa yg terjadi di depan mata kepalaku sendiri. Lebih tepatnya lagi, peristiwa yg terjadi padaku dan teman2ku sekelas.
Kulihat api. Api dimana2.Menjalar dgn cepat ke seluruh sudut ruang kelas. Ku dengar pekik dan jeritan di sana. Pekik dan jeritan teman2ku. Kepalaku pening. Perutku mual.
Sakit. Sakit sekali rasanya. Airmata ku tak terbendung. Pedih dan perih di hatiku, mengingat lagi peristiwa naas yg terjadi puluhan tahun silam. Di tempat ini.
Di sekolah ini.

*****
Sekolah kami selalu mengadakan kegiatan rutin setiap menjelang akhir tahun ajaran. Tapi aku tak bisa mengingat apa kegiatan waktu itu. Aku ingat, aku dan seluruh teman2, menginap dan tidur di kelas malam itu juga.
Kemudian, peristiwa itu terjadi begitu cepat.
Api berkobar dgn begitu ganasnya, menjilati seluruh ruangan tanpa sisa. Beberapa teman berhasil selamat. Tapi kami yg begitu pulasnya tertidur, tak sempat lari utk menyelamatkan diri sendiri.
Lidah api menjalar sedemikian cepatnya, melahap tubuh2 kami yg sudah tak berdaya. Lolongan minta tolong, teriakan kesakitan. Hanya itu yg terakhir kudengar, sebelum semuanya menjadi gelap.

*****
Aku jatuh berlutut. Mataku basah dgn air mata. Kesedihan, putus asa, kecewa, marah, berputar di otakku.
Tangisku pecah, demi mengingat lagi kejadian tragis itu.
Aku tak mau membuka mata. Aku masih berharap kalau itu semua hanyalah sebuah mimpi buruk. Tapi mimpi buruk macam apa yg selalu sama yg muncul tiap kali kau tertidur?
Aku sadar. Memang aku yg sengaja tak mau mengingat peristiwa itu lagi.
Begitu aku terjaga dari mimpi itu, aku masih mendapati diriku tetap berada di dalam ruang kelas itu.
Sejak itu, kuputuskan kalau kejadian yg menimpaku di masa lalu tsb hanyalah sebuah bunga tidur belaka.
Tapi kini aku sadar, tidak seharusnya aku sengaja melupakannya. Aku salah. Jiwaku terjebak. Aku tak bisa kemana-mana.

Perlahan aku membuka mata. Widya masih berdiri di depanku. Ia juga menangis.
Air matanya meleleh di wajah ayunya. Sepertinya ia melihat apa yg kulihat. Ikut merasa apa yg kurasakan.
Kulihat ke kedua tanganku. Penuh dgn noda hitam terbakar di situ.
Aku yakin kalau sekujur tubuhku juga pasti sama kondisinya. Terlihat mengerikan. Sama mengerikan nya dgn rupa teman2ku yg masih berdiri di sana.
"Maaf kalau aku membuatmu mengingatnya.. Kamu pasti sedih dan terluka. " kata Widya dgn suara terisak.
Aku hanya bisa mengangguk pelan. Sedih. Ya, aku sedih.
"Tapi, kenapa kau memaksaku utk ingat akan kejadian itu? " tanyaku.
Ia tersenyum. Senyum yg bersahabat.
"Memang sudah kewajiban ku utk membantumu. Agar jiwamu bisa bebas dan kau bisa beristirahat dgn tenang" tambahnya.
"Dan alasanmu membantuku? " tanyaku lagi masih ada sedikit tak mengerti.
Ia tersenyum manis sekali lagi.
"Karena kamu yg paling baik" .
Jawaban singkat itu sedikit membuat hatiku berbunga.

Widya melihat ke arlojinya. "Sepertinya aku harus segera pergi", katanya.
" Kamu jangan sedih lagi, ya! Aku janji akan selalu mendoakan mu dan teman2mu juga".
Ah, ada nada tulus di situ. Setulus persahabatan manusia.
"Lihat! Teman2 mu sudah menunggumu utk pulang" ucapanya , seraya menunjuk ke teman2ku.
Mereka terlihat normal lagi. Tubuh mereka bersih, masih memakai seragam sekolah lengkap mereka, tanpa ada luka bakar dan bentuk mengerikan seperti sebelumnya.
Mereka tertawa bahagia, sambil bersorak memanggilku.
Segera saja aku bangkit menemui mereka. Widya menatapku dgn penuh rasa haru.
Aku mendekatinya, sadar akan perpisahan itu.
"Akankah kita bertemu lagi? " tanyaku, penuh pengharapan.
Air matanya mengalir lagi. Ia menggeleng sedih.
Aku mengangguk dgn lemah. Kami saling tersenyum. Tersenyum utk yg terakhir kalinya.

Widya melambaikan tangannya sambil menjauh pergi. Tak lepas mataku memperhatikan sosoknya yg anggun menghilang di balik tembok sekolah.
Aku menghela nafas panjang. Terasa ada yg hilang di sudut hati ini.
Terlalu singkat waktu kuhabiskan bersamanya. Sampai-sampai ia pamit utk pergi begitu cepatnya.

Ah Widya. Widya ku.

*****
Hari-hariku berjalan terasa begitu lamban.
Hati tanpa lamunan dan mimpi tentang Widya.
Aku kangen dia. Rindu dirinya.Rindu senyumnya. Rindu kebaikannya. Rindu semua akan dirinya.
Jiwaku kosong, hampa. Ingin rasanya ku cari pengganti dirinya.
Pengganti Widya.
Yah, aku harus mencarinya. Mencari pengganti Widya. Tapi kemana aku harus mencari?
Atau aku harus mencarinya di antara kalian, wahai pembaca?
Bagaimana?

Kalian bersedia utk jadi pengganti Widya?!

*****

- Sekian -

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with IndraOne

IndraOne Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @adelbert_rusty

14 Oct
Malem sob!
Cerita yg akan ane tulis di bawah ini berdasarkan pengalaman seseorang yg bernama Teguh ( nama samaran), yg mana masih ada hubungan kerabat dgn ane sendiri.
Seperti biasa, sebelum kita mulai yuk ramein tritnya dgn rt, like dan komennya sekalian biar ane semangat juga nulisnya. 😊

Kalo udah, so let the haunt begin!
Read 62 tweets
3 Oct
Met malam sob!
Kisah yg akan saya tulis di trit ini di ceritakan oleh seseorang yg bernama, sebut saja Alvin, tentang ibu beliau yg pernah mengalami sebuah kejadian mistis saat sang ibu sedang menginap di sebuah rumah sakit.
Seperti biasanya ya sob,sebelum mulai, like dan rt plus komen, biar trit ini makin rame😄

Kalo udah, so let the haunt begin!
Read 36 tweets
29 Sep
Nenek Punya Cerita

Sebuah cerita pendek tentang pengalaman mistis sang nenek sewaktu kecil.

A Horror Thread

@IDN_Horor
@bacahorror
@Penikmathorror

#bacahorror #ceritahorror
#ceritaserem Image
Malam sob!
Kisah ini di tuturkan oleh seorang wanita paruh baya, yg bernama, sebut saja Siska. Beliau akan berbagi sedikit cerita tentang kenangan masa lalu neneknya yg di ingatnya sewaktu kecil dulu.
Seperti biasa ya sob, like dan rt plus komen kalian sangat di nantikan ya sob biar tritnya rame😊

Kalo udah, so let the haunt begin!
Read 39 tweets
26 Sep
Penumpang Misterius

A horror thread

@IDN_Horor @bacahorror
#ceritahorror #ceritaserem Image
Kisah berikut ini terjadi beberapa waktu yg lalu,penulis akan menceritakan ulang dan menambah beberapa bagian dgn tujuan murni hanya utk dramatisasi cerita sja. So enjoy!
Disclaimer = Nama tokoh dan tempat akan disamarkan, demi mnjaga nama baik yg bersangkutan. Mari kita mulai!
Read 55 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(