Micka Profile picture
Mar 28 60 tweets 10 min read Twitter logo Read on Twitter
Cerita Sebentar – Cerita Horor (Cetar-Cetor) #13

“Tumbal Danau Perumahan Cluster” Bagian 2

@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @mwv_mystic @bagihorror @threadhororr

#ceritaserem #ceritahoror #threadstorytime #threadhorror #horror #horor #threadhoror #ceritasetan #horrorthread
Disclaimer: Nama cluster dimaksud dan narasumber sangat dirahasiakan. Nama-nama
karakter disamarkan. Kami tidak akan berkomentar atau menanggapi atas pertanyaan dan juga
dugaan para pembaca. Mohon maaf dan terimakasih atas pengertiannya.
Setelah kejadian itu pihak developer menanggapinya dengan “proporsional”, menganggap
bahwa kejadian itu tidak lebih dari musibah, namun juga mempertimbangkan pandangan dari sisi klenik sebagai masukan saran tindakan yang mungkin perlu diambil..
Namun demikian interaksi dengan mereka yang tak kasat mata tidak berhenti sama sekali.
Meski tidak setiap malam, namun ada saja kejadian diluar nalar yang terjadi. Mereka seolah terus menyampaikan bahwa “kami ada di sini”.

#
Saat itu malam Jum'at, mas Rae kena giliran tugas malam. Waktu tugas sekuriti di perumahan
cluster itu memang dibagi dua waktu pergantian tim atau shift, yakni shift pagi dari pukul 8
sampai pukul 8 malam dan shift malam dari pukul 8 sampai pukul 8 pagi.
Tiap tim terdiri dari 3
personil.
Mas Rae berjaga di gardu pos depan blok perumahan. Dia hanya sendirian saja di gardu,
karenakan perumahan cluster itu baru membangun satu blok perumahan. Makanya personil
yang dikerahkan belumlah banyak.
Suasana malam itu hujan tipis.
Gemiricik airnya terdengar lembut menyentuh semak-semak
rerumputan juga dedaunan. Lampu penerangan baru terpasang di dekat gardu pos sekuriti dan
akses jalan aspal perumahan, Sedangkan akses jalan aspal yang menuju ke arah danau belum
dipasang, sehingga gelap gulita.
Demikian pula pada semak-semak yang masih mendominasi perumahan cluster itu, hanyalah
cahaya remang dari lampu di atas gardu pos sekuriti. Ditemani musik dangdut dari pemutar musik pada telepon genggamnya mas Rae mencoba membunuh sepi.
Ia lalu mengintip jam
tangannya, sudah pukul 2 dini hari. Ia lalu membakar rokoknya dan menyeruput kopi sacetan dari gelas plastiknya. Ia sudah
tersugesti bahwa nikotin dan kafein dapat memicu adrenalin dalam tubuh yang dapat
menanggulangi rasa kantuk.
Dan itu memang manjur, mas Rae berhasil mengalahkan
kantuknya. Matanya terasa terang-benderang terbuka lebar.
Hanya saja masalahnya dia gagal mengalahkan pikiran iseng karena tak ada kawan mengobrol.
Pikirannya jadi kemana-mana. Bodohnya mas Rae saat itu ia berpikir bagaimana wujud
penunggu area proyek perumahan cluster itu.
Dia bergumam kecil, “coba tunjukin wujud kalian ke gue”. Lima menit pertama tidak terjadi apa-
apa, hanya terdengar rintik hujan dan nyanyian jangkrik. Kemudian saat pandangannya menyapu ke akses aspal yang menuju danau ia melihat seseorang sedang berjalan menujunya.
Awalnya terlihat seperti siluet, atau gambar bayangan. Sosok itu terlihat berjalan tertatih
pincang. Mas Rae memicingkan matanya, mencoba memperjelas tangkapan matanya.
Langkah-langkah orang yang berjalan itu meskipun berjalan serampangan karena pincang
namun jelas bahwa dari derapnya ia mengenakan sepatu boots.
Sosok itu berjalan semakin mendekati ke arah gardu pos. Batas pendar cahaya mulai dapat
menerangi bagian pinggang ke bawah. Mas Rae terpaku menatap sosok yang sedang bejalan
menghampirinya itu.
“Siapa ya!?” hardik mas Rae kepada sosok yang kini diam berdiri dihadapannya. Namun sosok itu seolah mengambil jarak beberapa meter dari gardu. Kini cahaya mulai dapat menyinari
bagian perutnya dan sedikit bagian dadanya.
“Sosoknya gimana mas?” tanya saya. “Gue coba tanya lagi tuh bro. “Hei! siapa kamu!?””
pungkas mas Rae. “Diem aja tuh gue tanya, ga gerak, ga bersuara,” lanjut mas Rae. Akhirnya mas Rae terpikir meraih lampu senter untuk menyorotinya.
Cahaya sorot dari lampu senter memperjelas penampakan sosok itu. Mas Rae menggambarkan, pakaiannya adalah seragam serdadu pejuang kemerdekaan era perang melawan Belanda tahun 40an.
Terlihat sobekan pada beberapa bagian. Dan benar seperti dugaan, sosok itu mengenakan sepatu boots tentara jaman dulu.
Awalnya mas Rae berpikir tidak sopan mengarahkan cahaya ke bagian wajah orang dengan
sorot lampu senter, namun dikarenakan sosok yang menghampirinya itu misterius dan ketika ditanya hanya diam saja, mas Rae mulai mengarahkan cahaya sorotnya ke bagian atas.
Hampir saja mas Rae melompat terkejut saat cahaya tepat menyoroti bagian kepalanya,
ternyata kepala sosok itu tidak ada! alias buntung!
Di bagian dada atasnya terlihat basah merah darah menodai sekitar kerah dan lehernya terlihat koyak sehingga ada bagian daging
mengelupas yang terlihat.
Mas Rae mundur dua langkah, namun ia berhasil menguasai diri. Ia mengucap istighfar,
mencoba bertahan pijakan pada kedua kakinya untuk tidak berlari meninggalkan gardu karena
ketakutan. Lalu ia berdoa sebisanya. Kini senternya ia matikan, tak lagi ia soroti sosok itu.
Mereka berdua seolah saling menatap namun tanpa kata yang dapat terlontar. Tak lama
kemudian sosok itu membalik kanankan tubuhnya. Ia berjalan tertatih lagi ke arah kegelapan,
ke arah ia semula berjalan, ke arah danau itu. Sosok itu pun hilang ditelan pekatnya gelap.
#

“Pernah juga bro, pas jaga siang nih. Ada ibu-ibu penghuni perumahan manggilin gue,” mas
Rae melanjutkan ceritanya. “Mas! mas! tolong mas… Ada uler di rumah saya. Saya takut
mas,” kata si ibu itu.
Lalu mas Rae menghampiri rumah si ibu. Kata si ibu ulernya di ruang depan. Terakhir terlihat di bawah sofa. Lalu mas Rae menyungkurkan tubuhnya seperti posisi sujud. Ia mengintip celah kolong sofa, mencari ular itu. Namun ular itu tidak terlihat di situ.
Semua bagian rumah sudah dicari, namun ular itu tidak nampak. Tinggal satu bagian rumah
yang belum diperiksa, yakni kamar mandi. Benar saja, ular itu diam melingkar di dekat kakus.
Itu adalah ular belang, atau sering disebut ular weling. Belangnya hitam putih selang-seling. Termasuk ular yang bisanya berbahaya.
Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tidak dapat dikatakan kecil. Panjangnya sekitar semeter
kurang. Mas Rae tidak paham cara menangani ular ala pawang ular sebagaimana Si Panji Petualang, ia tidak berani menangkap hidup-hidup ular itu untuk kemudian diamankan.
Satu-satunya cara untuk mengenyahkan ular itu dalam benak mas Rae adalah dengan cara dibunuh.
Lalu mas Rae minta diambilkan tongkat kayu. Dikarenakan tidak ada, si ibu pemilik rumah mengambilkannya sapu ijuk dengan gagang tongkat kayu dan juga gagang kayu untuk
mengepel lantai.
Tak apalah pikir mas Rae, yang penting dapat digunakan untuk menyabet tubuh ular dari jarak
yang cukup aman.
Mas Rae meraih gagang tongkat sapu kemudian mengayunkannya ke tubuh ular, dan tepat mengenai bagian tengah tubuh ular itu. Ular itu terlihat bergerak menggeliat dan mengeluarkan suara desis.
Namun mas Rae seolah tidak memberinya kesempatan bergerak banyak. Hantaman demi
hantaman menghujam tubuh ular sampai-sampai ular itu tidak bergerak, mati.
Tubuh ular itu lemas lunglai bagaikan seutas tali saat dicantolkan ke batang kayu ketika mas Rae mengangkatnya untuk kemudian dibuang ke semak belukar yang jaraknya cukup jauh dari perumahan.
“Trus aman dong mas, ulernya udah dibuang,” tanya saya setelah mendengar kisah pembunuhan ular itu. “Aman apaan….” kata mas Rae menyanggah. Saat berkata demikian mimiknya terlihat antara ingin marah tapi juga malu, jadinya terlihat lucu. “Gue ga mandi 3
hari!” sergahnya.
“Lah, ko bisa begitu urusannya mas?”, tanya saya sambil terkekeh. Lalu mas Rae menyambung, “ga tau kenapa ya bro,….sore pas pulang ke rumah, gue jadi kaya ngeliat uler belang ada di mana-mana di rumah gue. Ga tau guenya halu, ga tau parno, atau kenapalah!
Di
teras gue ngeliat uler, di bangku depan tivi gue ngeliat uler, di kasur gue ngeliat uler, malahan di
meja makan gue liat juga! Parahnya pas mau mandi nih, eh tuh uler ada juga di bawah wc! Gila! stres banget gue!”
“Makanya gue ga mandi 3 hari, cuci muka doang, buru-buru itu juga. Anak-bini gue aja sampe bingung liat kelakuan gue. Sampe pada mastiin ke gue; ga ada uler pakk..! ga adaa!” urainya seru.
Setelah 3 hari, penglihatannya akan ular di tiap sudut rumahnya akhirnya hilang sama sekali.
“Kalo penampakan kaya kuntilanak gitu ada mas?”, tanya saya. “Blom sih. Eh tapi jangan sampe lah!” jawabnya membantah pernyataan sendiri.
Kemudian ia menyambung, “tapi kalo suara perempuan kaya nangis lumayan sering tuh. Kedengerannya jauh tapi deket, deket tapi jauh. Nangisnya nyanyat hati banget dengernya. Sama suara anak-anak kecil kaya pada maen
kejar-kejaran juga ada tuh.”
Kemudian mas Rae menambahkan bahwa selain terdengar suara-suara aneh yang asalnya tidak jelas dari mana, pada malam-malam tertentu kerap juga tercium bebauan, berganti antara
bau bunga melati dengan bau amis hanyir.
#

Saya menanyakan mas Rae mengapa akhirnya pihak developer sampai melarang keras anak-
anak masuk area proyek perumahan cluster itu, apalagi bermain ke dekat-dekat danau jika tidak didampingi orang dewasa, dia memaparkan bahwa ternyata ada korban tewas lagi.
Kali itu kejadiannya hari Minggu saat pagi menjelang siang sekitar pukul 10, dan kali itu juga
mas Rae-lah yang sedang berjaga di gardu pos. Ia melihat empat orang bocah laki-laki sedang
bersepeda menuju ke arahnya.
Saat itu belum ada larangan anak-anak masuk area proyek perumahan. Mas Rae melihat
ketiga anak itu saat melewati gardu pos ceria bersenda-gurau, kecuali yang seorang, ia bersepeda berjarak sendiri sedikit di belakang ke tiga temannya.
Mas Rae sempat memperhatikan anak yang seorang itu, wajahnya nampak murung. Dia bersepeda sambil sesekali menunduk dan hanya diam saja.
Meskipun pemandangan itu menggelitik pikiran mas Rae namun kemudian ia berpikir; namanya juga anak-anak, biasa bertengkar sama temen. Palingan entar juga baikan lagi.
Keempat anak-anak itu pun berlalu menuju ke danau.
Selang satu jam kemudian dua orang bocah yang barusan melewati gardu menghampirinya lalu dengan sedikit histeris menyampaikan bahwa temannya tenggelam di danau. Mas Rae dengan sigap segera berlari menuju ke danau.
Di tepi danau terlihat temannya yang seorang sedang memanggil nama seseorang yakni
sobatnya yang tenggelam.
“Waduh… kejadian lagi,” gumam mas Rae. Lantas mas Rae memanggil rekan sekuriti yang lain untuk segera menuju danau. Mas Rae enggan menceburkan diri karena dirinya tidak bisa berenang.
Tak lama kemudian rekan sekuritinya datang ditemani dua orang kuli tukang yang sedang
membangun rumah. Sama seperti kejadian sebelumnya mereka menceburkan diri berusaha
menemukan si bocah yang tenggelam. Namun yang dicari seperti hilang ditelan danau.
Mas Rae memperhatikan ketiga bocah laki-laki itu, ternyata yang tenggelam adalah bocah yang
terlihat murung saat tadi melewati gardu. Konon, gelagat yang tidak lazim adalah pertanda saat-
saat menjelang kematian seseorang.
Menurut keterangan ketiga anak bocah itu, mereka sedang bermain perahu-perahuan dari daun
kering. Perahu daun si korban berlayar sedikit menjauh dari bibir danau, lalu si korban hendak
meraihnya dengan menggunakan kayu.
Entah bagaimana kejadiannya dia terpeleset masuk ke danau lalu tenggelam setelah meronta-ronta sebentar.
Sama juga dengan kejadian sebelumnya, pencarian si bocah tenggelam dengan cara menyelami dan menyisir pinggiran danau keruh itu sia-sia.
Namun lagi-lagi kejadiannya mirip
dengan yang pertama, setelah adzan Dzuhur berkumandang sepasang kaki menyembul begiu
saja ke permukaan danau. Itu adalah jasad si bocah yang tenggelam.
Sampai saat ini pihak developer belum mengambil tindakan dengan memanggil “orang pintar” atau tindakan paranormal yang secara khusus untuk menangani persoalan permintaan tumbal itu.
Mereka berpikir itu akan terlalu menarik perhatian yang dikhawatirkan akan berdampak buruk untuk pemasaran perumahan cluster.
Maka sementara ini tindakan mereka adalah dengan menginstruksikan kepada jajaran sekuriti untuk melarang keras anak-anak tanpa pengawasan dan dampingan orangtua masuk ke area proyek perumahan, apalagi bermain di sekitar danau maut itu.
Sebenarnya instruksi itu secara tersirat juga sebagai tindakan pencegahan agar jangan sampai permintaan nyawa seorang bocah perempuan dari penunggu danau terpenuhi.
Dikhawatirkan apabila permintaan tersebut belum terlaksana maka korban nyawa anak-anak akan terus
berjatuhan, sampai akhirnya didapati nyawa anak perempuan.

- S E L E S A I -

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Micka

Micka Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @Micka0619

Mar 19
Disclamer: Nama cluster dimaksud dan narasumber sangat dirahasiakan. Nama-nama karakter disamarkan. Kami tidak akan berkomentar atau menanggapi atas pertanyaan dan juga dugaan para pembaca. Mohon maaf dan terimakasih atas pengertiannya.
“Halo mas Rae, apa kabar?”, sapa saya. “Eh elo …., kabar baik gue. Baru kliatan nih bro, kemana aja?” jawabnya lalu balas bertanya. “Iya mas, keliling kemana-mana. akhirnya balik
kandang juga nih. Biasalah, kehidupan,” jawab saya sambil terkekeh ringan.
Read 56 tweets
Mar 5
Disclamer: Nama kantor dimaksud kami rahasiakan. Kami tidak akan berkomentar atas
pertanyaan dan juga dugaan kalian para pembaca. Mohon maaf dan terimakasih atas pengertiannya.
Adalah sebuah kantor berplat merah di bilangan RS MK, Jakarta, dari kisah yang dihimpun dari masyarakat sekitar dan juga karyawan lamanya didapati informasi bahwa di lokasi gedung kantor tersebut dahulu merupakan sebuah lahan pekuburan tua yang sudah ada sejak era
Kolonial.
Read 41 tweets
Jan 14
“Mendekati jam 12 malam suasana yang tadinya hening dipecahkan oleh teriakan-terikan
histeris dan tangisan dari salah satu ruang kelas yang menjadi tempat tidur murid perempuan.
Bahkan beberapa murid perempuan terlihat berlarian berhamburan keluar kelas. Suasananya
menjadi heboh. Para kaka Pembina berlarian menuju ruang kelas dimana para murid histeris.”
Read 50 tweets
Jan 7
Cerita Sebentar – Cerita Horor (Cetar-Cetor) #10

“PARA PENUNGGU SEKOLAHAN“ (Bagian 1)

@bacahorror @ceritaht @IDN_Horor @mwv_mystic @bagihorror

#bacahorror #ceritaserem #ceritahoror #threadstorytime #threadhorror #horror #horor #threadhoror Image
“Mas Rebo menengadahkan kepalanya ke atas batang pohon jambu air. Terlihat wujud sosok seorang perempuan sedang berdiri. Sosok itu mengenakan pakaian seperti gaun putih, kakinya
tidak nampak, rambutnya yang panjang sebahu terlihat berantakan…....”
(Disclamer: Ini adalah beberapa cerita mistis yang pernah terjadi di sebuah Sekolah Dasar
Negeri “X” (SDN X) yang terletak di kota Bekasi. Nama-nama karakter adalah bukan nama
sebenarnya)
Read 42 tweets
Dec 2, 2022
Wujud Asap di Hargo Dalem (warung mbok Yem), Gunung Lawu (3.265 mdpl)

Gunung Lawu adalah gunung yang dianggap sakral oleh masyarakat Jawa.

#threadstorytime #threadhorror #ceritaserem #ceritahoror #ceritahorror #flashhorror #ceritahantu #gununglawu #hargodalem #pendaki #gunung ImageImage
Di gunung inilah dikisahkan Raja terakhir Majapahit yakni Prabu Brawijaya V melakukan Moksa, yakni sirnanya raga dari alam dunia kasat mata ke alam ghaib yang tak kasat mata. Beda dengan manusia pada umumnya yang mengalami meninggal dunia jika "tugasnya selesai" di dunia.
Banyak kejadian atau kisah mistis di luar nalar logika di Gunung Lawu. Seperti yang belum lama dialami pendaki ini.

Saat mencapai puncak Hargo Dalem dia berfoto di warung mbok Yem. Sebagai catatan, mbok Yem adalah seorang tokoh ikonik di Gunung Lawu.
Read 4 tweets
Nov 18, 2022
Namaku Norman (bukan nama sebenarnya. Penulis). Aku akan menceritakan pengalaman
mendaki gunungku di tahun 2006. Waktu itu aku masih kuliah di semester 7. Aku menyukai
kegiatan mendaki gunung.
Meskipun belum bisa juga dikategorikan sebagai “Anak Pecinta
Alam” yang kegiatannya rutin mendaki berbagai gunung. Mendaki gunung kulakukan semata-mata karena aku menyukai dan mengagumi keindahan
gunung dengan hutan rimbanya, hawanya yang sejuk, dan udaranya yang menyegarkan.
Read 86 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(