1. Pelabuhan Al-Mukalla, Hadramaut. Pelabuhan terbesar ketiga di Yaman ini saksi bisu migrasi para leluhur Alawiyyin ke Nusantara berabad silam. Menggunakan kapal-kapal kayu, mereka mengarungi ganasnya lautan menuju wilayah yang baru.
2. Migrasi terjadi dua gelombang. Pertama abad 13, 14, 15 M, dan kedua abad 17 hingga awal abad 20 M. Van den Berg dlm "Orang Arab di Nusantara" (2010) menulis, “Mereka datang ke nusantara untuk mengadu nasib, atau seperti kata pepatah Arab: untuk mencari cincin Nabi Sulaiman,”
3. Pada gelombang pertama, kaum hadrami berasimilasi penuh dengan menikahi wanita pribumi dan menghasilkan banyak keturunan. Proses asimilasi yg berjalan mulus ini konon membuat silsilah hadrami gelombang pertama sulit dilacak.
4. Kecuali mereka yang menikahi putri kerajaan di Nusantara seperti asimilasi yang terjadi di Kesultanan Palembang, Kesultanan Pontianak, Kesultanan Siak, silsilah kaum hadrami yang menjadi pedagang atau warga biasa di Nusantara, nyaris sulit diusut.
5. Sedangkan pada gelombang kedua tradisi menulis sudah mulai menguat, sehingga banyak kaum hadrami punya kesadaran menulis silsilah keluarga mereka. Bahkan bukan hanya silsilah, kitab atau buku banyak dihasilkan kaum Hadrami dan keturunannya pada periode ini.
6. Pada akhir abad ke 19 dan awal abad 20 inilah mulai lahir gerakan-gerakan sosial kaum Alawiyyin diantaranya lahirnya Jamiyat Kher (1901) dan juga lahir organisasi pencatat nasab Alawiyyin Rabithah Alawiyah (1928).
7. Jamiyat Kher bergerak di bidang pendidikan. Lembaga ini bahkan diyakini sebagai lembaga pendidikan Islam modern pertama di Indonesia. Sedangkan Rabithah Alawiyah lebih berfokus pada pencatatan nasab Alawiyyin di Indonesia
8. Kini setelah ratusan tahun lalu leluhur Alawiyyin hijrah ke Nusantara dari Pelabuhan Mukalla, Hadramaut, keturunannya telah menyebar begitu luas di Indonesia. Mereka kerap disebut "Habib". Saat ini 13.171 habib terdata sebagai Warga Negara Indonesia di Rabithah Alawiyah
9. Menurut data Rabithah Alawiyah, ada 151 marga segaris keturunan Nabi yang masih ada di dunia, termasuk Indonesia. Ada sejumlah nama yang kurang dikenal di Indonesia seperti Al Tuwainah, Al bin Sumaithon atau Al Quthhan. Sedangkan yg familiar antara lain Assegaf, Alatas, dll.
10. Di Indonesia, keturunan yang masih hidup rata-rata di keturunan ke-37 atau ke-38. Marga terbesar di Jakarta adalah Alatas, selanjutnya Al Hadad. Sedangkan di Surabaya Al-Jufri. Sekarang dari total 100 lebih marga yang ada di Indonesia, yang masih tersisa hanya 68 marga (2017)
11. Populasi Alawiyyin terbesar di Jabotabek adalah di Jakarta Timur sebanyak 4787 orang dan berikutnya Jaksel 2465 orang, Paling sedikit mereka menetap di Jakarta Utara, yaitu sebanyak 348 orang.
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Majelis Hikmah Alawiyah
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member and get exclusive features!

Premium member ($30.00/year)

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!