Orang kalau masalah perut sudah aman, ya memang mesti terus belajar hal baru.
Saya gak bakal pernah ngerti sepakbola, balapan, cara mbedah orang, dll.
Tapi kalau urusannya angka, algoritma, logika, tak jabanin.
Gak mau jg belajar.
Tapi hasil clustering mereka, bs ditiru pakai AI, ke dataset yg jauh lebih massive.
Karena memang gw pny infrastrukturnya dan memang ngerti ilmu sinyal dan propaganda.
Implementasinya aja bisa kemana2.
Prinsip fermat menyatakan cahaya menempuh lintasan sedemikian rupa, sehingga waktu yg ditempuh terpendek.
Buktikan hukum snellius.
Kata "waktu terpendek" mengindikasikan bahwa turunan pertama waktu terhadap lintasan sama dengan 0.
Bukan matematika yang njelimet, bukan pengetahuan level profesor.
Yang diperlukan cuma grasp yang kuat soal konsep turunan, dan pemahaman bahasa.
Ada semacam 'aha' moment: kecerdasan itu bukan soal seberapa banyak tahu, tapi seberapa mampu kita mengenali pattern yg serupa antar pengetahuan yg unrelated.
Tapi soal disiplin berpikir, utk tiap knowledge baru, konsekwensinya apa? direlasikan dengan knowledge lama bagaimana?
Sure, menurut aristoteles menghafal itu memang skill dasar seorang filsuf. Tapi menumpuk knowledge tanpa mengkoneksikannya satu sama lain, hasilnya adalah pengetahuan inkonsekwensial.
Neural Network memungkinkan pengenalan pattern secara blackbox.
Asal kerangka awalnya tersedia, dan data awal utk training cukup banyak, NN memungkinkan prediksi tanpa perlu knowledge
Biasanya kita disuruh utk ngeklik yg gambar mobil atau gambar toko, dll.
Sebenarnya itu kita sedang diperbudak AI, utk mengajari AI mengenali gambar visual.
Tapi kelak hasil dari perbudakan oleh AI tersebut memungkinkan self driving car.
Mirip2 dengan prinsip fermat dan hukum snellius seemingly unrelated tapi terhubungkan oleh differensial dasar.
Biar gak malu2in banget katak dalam tempurungnya.
Ada reward bagi yg bs selesaikan puzzle ini, tanpa google.
Monggo.