Thread by @VeritasArdentur

Jadi Virgin Galactic baru saja berhasil mencapai sub space dengan awak.

Mengalahkan SpaceX dan Blue origin.

Perlu gw bahas sekilas gak soal pertarungan ketiga persh ini? atau ada yg bahas?

Oke, 10menit polling 98% suruh lanjut, jadi gw lanjut.

Ketiga persh sebenarnya memiliki ambisi dasar yang sama:
Bikin wahana ulang alik.

Teorinya sama dg konsep ulang aliknya NASA, bahwa kalau wahananya reusable, cost bs ditekan jauh.

Elon musk punya ambisi besar membuat manusia jadi spesies interplanet.

Richard Branson, melihat niche di turisme, dia pengen bisnis membawa orang2 kaya ke ruang angkasa.

Bezos? well, kayaknya krn hobby aja :)

Ketiganya punya analisis yang mirip: Program NASA gagal, karena bukan didesain oleh insinyur, tapi didesain oleh komite dg kepentingan politik masing2.

Salah satu tugas wakil rakyat di amrik, adalah membawa bisnis ke local states mereka masing2.

Alhasil salah satu kompromi desain Space Shuttle NASA, adalah bagaimana memasukkan kekuatan industri dari masing2 state dalam komisi.

Musk menganalisis, bahwa mendesain shuttle(ulang alik) dengan SAYAP itu ga bener, karena di ruang angkasa, sayap hanya jadi beban mati.

Penyebab program NASA dicancel, ya karena kecelakaan diakibatkan oleh tile pelindung yg di bagian bawah sayap itu cacat.

Ketika itu disimpulkan mengubah prosedur sehingga harus mengecek tiap tile, akan meningkatkan biaya.

Jadi gak ada juga manfaat shuttle kalau toh biayanya sama2 gede.

Alhasil musk memutuskan desain tanpa sayap, dan ini diikuti bagai dogma oleh engineersnya.

...paling kalau ada surface aerodynamics, mereka sebut sebagai "fins" :)

Hipotesis tersebut kemudian mendorong engineernya memikirkan, cara2 agar tiap selongsong wahana, maupun boosternya, bisa kembali ke bumi dengan selamat, lalu dipakai lagi.

Konsep ini juga disepakati oleh Bezos.

Kalau saya tak salah ingat (monggo cek mbah goog), Bezos menang di pertarungan memulangkan roket ke bumi.

Dia berhasil DULUAN menemukan algoritma pendaratan.

Akantetapi, Musk berhasil menerapkannya di kargo yg lebih berat, lalu kemudian merutinkannya.

Musk kemudian sukses menjadi perusahaan swasta dg spesialisasi membawa kargo ke ruang angkasa.

Kalau saya tak salah ingat, biaya per launch SpaceX itu 1/5 dari pesaing terdekatnya: ULA.

Per selongsongnya, ditargetkan bs 10x terbang sebelum refurbish.

Bezos on the other hand, punya hipotesis lain soal inefisiensi NASA, yaitu penggunaan bahan bakar.

Mereka pengen bahan bakar yg lebih clean dari yang sebelumnya umum dipakai.

Alhasil Bezos mencoba reinventing the wheel dengan mendesain Blue Engine, dengan harapan, lebih efisien dan lebih bersih.

Dan memang, peluncuran2 Blue Origin tampak lebih bersih asapnya dibanding SpaceX.

Berbeda dengan kedua orang tadi, Branson punya hipotesis lain: Peluncuran akan lebih ekonomis jika dilakukan dari altitude tinggi.

Jadi pesawat ulang aliknya diangkat dulu ke ruang angkasa pakai pesawar jet bersayap lebar, baru diluncurkan saat udara sudah tipis.

Di atas kertas, memang ini terlihat lebih ekonomis. Penerbangan dengan mengandalkan sayap, memang lebih hemat energi dibanding penerbangan vertikal dengan mengandalkan thrust.

Di pesawat2 badan lebar, ghalib thrust cuma 30% berat total(dalam kgf)

Sebaliknya terbang vertikal, butuh thrust 2x berat.

Problem dengan hipotesis ini, ongkos bahan bakar itu sebenarnya kecil.

Musk pernah bilang, (assuming pakai bahan bakar berbasis kerosene), cost BBM per peluncuran itu cuma $200k.

Branson tampaknya tidak sepakat pada kesimpulan Musk dan Bezos bahwa sayap tidak diperlukan.

Namun dia menyadari juga kalau pakai sayap pada saat reentry akan besar di biaya maintenance tiling.

Jadi dia mendesain pesawat ulang alik dengan sayap yang relatif kecil, dan bisa bergerak a la aileron, bahkan hingga 90 derajat.

Jet pembawa ulang alik tetap bersayap lebar.

Kegagalan Branson pada percobaannya beberapa tahun lalu yang memakan korban jiwa itu, justru di "sayap" yang disebut sbg "feather" itu.

Karena sambungan yg ringkih, memutar sayap sensitif terhadap waktu.

Salah timing penyalaan roket dan pembukaan kuncian feathers, bisa menghasilkan kegagalan struktural AKA patah.

Setelah 4 tahun(?) research ulang, mrk akhirnya berhasil menemukan cara timing yg paling pas hari ini, dan memenangkan race membawa manusia ke ruang angkasa.

Pertarungan ketiga orang ini, adalah pertarungan cara memandang dunia.

Musk mainnya brute forcing aja pakai BBM kotor dan boros, yang penting kontrak dapat, lalu tiap kegagalan didapatkan data utk iterasi berikut.

Bezos memilih untuk melangkah pelan2 menunggu teknologi matang dulu baru lakukan sesuatu.

Gradatim Ferociter, demikian motto Blue Origin, yang artinya slowly, ferociously.

Branson memilih menghibridkan teknologi yang mudah ia fahami(=sayap), dengan teknologi ruang angkasa (=roket).

Harapannya, turis angkasa bs terbang dari infrastruktur landasan mana saja.

Targetnya toh orang2 kaya.

Walaupun mereka bertiga ndak punya background rocket scientist atau space engineer, mereka sama2 punya konsep yang kuat sedari awal, lalu tinggal bayar scientists beneran utk membereskan detil.

Seperti biasa, untuk meningkatkan meta-cognition, dan menghindari Dunning-kruger effect, saya minta feedback.

Apakah ada info/cara pandang baru yg anda dapatkan dari twit2 ini?

Perlukah topik/konten seperti ini ditambah frekwensinya?