Profile picture
Fauzan Al-Rasyid @fauzanalrasyid
, 27 tweets, 3 min read Read on Twitter
Sedikit berbagi pemikiran soal "ribut-ribut" iklan Blackpink. Ada yang lucu di sini, maksudnya ... ya ... di tengah kita yang (mungkin) merasa itu sesuatu yang konyol.
Kita, sering kali, tidak pernah (atau bahkan malas) untuk betul-betul memahami masalah secara komprehensif.
Kita terburu-buru menilai "berdasarkan" apa yang (kita pikir) kita tahu dan kita merasa pengetahuan kita sudah cukup untuk menilai orang perilaku orang lain.
Akhirnya, tanpa disadari, generasi yang paling merasa benar dan tahu segalanya ini, yang (katanya) paling menjunjung "humanity", anti-bullying, dsb., justru melakukan cyber bullying terhadap si pelapor.
Coba saja cek bagaimana orang-orang mengomentari kasus ini, tidak sedikit yang mencerca, memaki-maki, mencemooh si pembuat petisi.
Sekilas, petisi itu mungkin terdengar konyol, tapi ... memang sampai situ saja yang kita ketahui karena kebanyakan dari kita membawa subjektivitas pribadi.
Ketika kita "berselisih" paham dengan orang lain, jarang sekali kita mau menempatkan diri kita di posisi orang yang tidak sepaham dengan kita.
Ini pun berlaku buat kalian yang (tanpa sadar) suka "mem-bully" orang-orang yang pandangan politiknya tidak sepaham (terkait capres/cawapres).
Ibu pembuat petisi iklan Blackpink ini sebetulnya bukan sekadar melapor iklan yang (katanya) "mengumbar paha". Awal "kegelisahannya", iklan itu (menurutnya) banyak tayang di sela-sela film Tayo.
Kalau teman-teman generasi '90-an, yang antara tahun 1995 – 2000-an awal, mungkin ingat iklan apa yang tayang di sela-sela film anak-anak di Minggu pagi. Ya ... mulai dari produk anak-anak dan keluarga, pastinya.
Iklan Shopee, bagi kita (generasi serbatahu dan serbabenar ini), biasa-biasa saja. Kalau ada yang merasa terangsang karena melihat iklan itu, jelas ada masalah dengan yang bersangkutan.
Masalahnya, bagi si ibu itu, iklan ini tayang berkali-kali di sela-sela tontonan anaknya.
Pertanyaanya, salahkah ketika si ibu itu khawatir? Tidak. Itu hak dan naluri si ibu untuk melindungi anaknya.
Kita tidak bisa untuk "seenaknya" bilang, "Ya, makanya ajari anaknya!"
Kawan, mungkin bukan itu masalahnya. Masalahnya, sebagian besar dari kita yang protes dan menganggap itu "konyol", belum menjadi orang tua. Kita cuma melihat dari kaca mata kuda.
Cobalah dipikir-pikir lagi, apakah iklan Shopee di sela-sela tayangan anak tidak berdampak pada konsumerisme bagi anak-anak? Masa sih? Ya ... coba buat penelitiannya supaya nanti kalau misalnya mau protes atau mau diperdebatkan ada data yang valid.
Mungkin kalian pernah menonton video anak-anak yang berjoget Blackpink dan kita tertawa melihatnya.
Atau ... ada juga video viral seorang anak yang menyanyikan "Ddu-Du Ddu-Du"-nya Blackpink sambil menangis saat disuntik. Bagi kita, lucu, tapi sebetulnya ... masalahnya tidak sampai sekadar "lucu" saja.
Bahwa pengaruh K-POP, khususnya Blackpink, sangat luar biasa itu memang benar. Kalau ada orang tua yang "khawatir", terlepas dari apa pun alasannya, ya ... mereka semata-mata hanya "menjadi orang tua". Kita belum jadi orang tua.
Ingat, anak kecil itu sifatnya "meniru". Jadi, jangan terlanjur bangga kalau anak kecil kita bisa menari-nari bagai personel K-Pop. Ada yang "salah" di situ.
Intinya, tidak perlulah kita mem-bully orang yang tidak sepaham dengan kita. Mereka juga punya hak untuk mengungkapkan kegelisahannya, sekonyol apa pun itu menurut kita, apa lagi kalau kita tidak mau repot-repot melihat masalah dari berbagai sudut pandang.
Ingat, media hanya melaporkan "apa yang menurut mereka penting" dan "apa yang mereka yakini dianggap penting" oleh publik. Kadang, banyak kisah yang tidak terungkap media hanya karena ya ... itu kebijakan redaksi (atau mungkin wartawannya kurang kreatif).
Pesan saya, lebih baik diam, tidak perlu ikut-ikutan "nyinyir". P.S. I'm a Blink too.
Oh satu lagi, banyak yang "nyinyir" begini: "Orang Indonesia, yang kayak gini dilaporin, giliran sinetron yang vulgar enggak dilaporin!"
Pertama, monggo, kalau punya keresahan ya laporkanlah, kenapa harus tunggu orang yang turun tangan duluan?
Kedua, siapa yang tahu, mungkin ibu pelapor itu tidak membolehkan anaknya menonton sinetron. Karena itu, yang jadi kekhawatiran dia cuma iklan Shopee (yang menurutnya tidak pantas dari sudut pandang orang tua), yang tayang di sela-sela tontonan anaknya.
Siapalah kita bisa begitu saja menghakimi orang lain?
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Fauzan Al-Rasyid
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member and get exclusive features!

Premium member ($30.00/year)

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!