Profile picture
Jangkar DKI @JangkarDKI
, 20 tweets, 4 min read Read on Twitter
Ada bacaan menarik :

PROPAGANDA GAYA NAZI DAN MATINYA KEPAKARAN - Paul Joseph Goebbels dikenal dunia sebagai propagandis – ahli propaganda - yang ulung. Joseph Goebbels adlh tokoh Nazi, pendukung utama Adolf Hitler juga yang merupakan pendukung gerakan anti-Semit yang aktif.
Sebagai ahli pidato dan propaganda, dia dianggap bertanggung jawab dalam membangun citra positif, bagi rezim Nazi – dengan membunuh enam juta warga Yahudi di Eropa selama Perang Dunia II.
Dialah pakar propaganda yang mempopulerkan frasa “Argentum ad nausem” atau lebih dikenal sebagai teknik “Big Lie” (Kebohongan Besar). Prinsip dari tekniknya itu adalah menyebarluaskan pernyataan dan berita bohong melalui media massa - sebanyak mungkin dan sesering mungkin
hingga kemudian kebohongan tersebut dianggap sebagai suatu kebenaran.

Di Amerika Serikat, Donald Trump sudah menerapkan dan membuktikannya. Dan dia sukses.
Apakah saat ini MODUS yang sama sedang dikembangkan dlm Pilpres 2019 ? Contohnya, frasa “PKI Bangkit Lagi”, “Kriminalisasi Ulama”, “Rakyat Makin Susah”, “Rezim Antek Asing dan Antek Aseng”, “Pemerintah Meminggirkan Umat Islam” dan seterusnya ?
Apa sahabat #JangkarDKI dengar berita bohong yang diulang ulang ttg, “90 % org Indonesia hidup pas-pasan”, “Indonesia akan punah”, “Indonesia setingkat negara Afrika”, “Kami terpilih hutang luar negeri lunas”, “Bangun tol tanpa hutang” - ?
Bisakah Itu bukan pernyataan kebodohan dan kekeliruan ? melainan kesengajaan ? – by design ? - bagian dari siasat ? taktik, ‘produk ilmiah’ dari cara propaganda model Nazi yang efektif ???
Joseph Goebbels mengajarkan: “Kebohongan yang diulang seribu kali akan menjadi kebenaran -
jika Anda mengulangi kebohongan, banyak orang yang akan menerimanya dan Anda bahkan Anda akan melakukannya untuk diri sendiri”.
Joseph Goebbels meyakini, “Tidak ada gunanya berusaha meyakinkan para intelektual. Karena para intelektual tidak akan pernah yakin dan hanya akan menyerah pada (kekuasaan) yang lebih kuat, “ katanya.
Karenanya, dia memilih kampanye ala orang jalanan. "Argumen harus kasar, jelas dan memaksa. Menarik emosi dan naluri. Bukan kecerdasan, “ tegasnya. “Kebenaran tidak penting dan (kampanye) sepenuhnya tunduk pada taktik dan psikologi” tambahnya.
"Kebohongan akan berjalan dengan baik jika yang menyampaikan penuh percaya diri” jelasnya

Sederhana namun mematikan !!!
Coba sahabat #JangkarDKI baca buku Judulnya “Matinya Kepakaran - The Death of Expertise: Perlawanan terhadap Pengetahuan yang Telah Mapan dan Mudaratnya” karya Tom Nichols (2017).
Bre Redana, wartawan ‘Kompas’, pengamat budaya, cerpenis, novelis dlm workshop kritik film bbrp bln ll bilang, di era internet kepakaran tdk diperlukan, krn wacana publik dikuasai kaum awam yang menggunakan sosmed Pengamat politik, kritikus, pengamat olahraga kalah oleh netizen.
Pengetahuan dasar rata rata orang saat ini sangat rendah, katanya. Bahkan, sampai menembus lantai “tak dapat informasi”, meluncur ke arah “salah informasi” dan sekarang terempas ke “ngawur secara agresif”.
Di era informasi seperti sekarang ini, justru banyak melahirkan apa yang dia sebut ‘ignorance’ atau kedunguan di kalangan publik. Kegandrungan pada literasi instan tersebut menggejala demikian masif – hingga kepakaran terancam mati.
Orang hanya memerlukan informasi tambahan untuk menguatkan keyakinannya ketimbang kebenaran itu sendiri.
Contoh mudah disini :
kasus operasi plastik Ratna Sarumpaet, yang heboh beberapa waktu lalu, ada yang lebih percaya Fadli Zon dan Fahri Hamzah, ketimbang @dr_tompi yang secara profesional menggeluti bedah plastik kecantikan.
Dia langsung mencium kecurigaan hanya dengan melihat perban dan kerutan di dahi RS, yang kemudian ternyata benar.
Yg lain misalnya.....lebih percaya si A daripada pak @mohmahfudmd atau percaya si B daripada Ibu Sri Mulyani.....dan banyak lagi contoh2nya
So.....kami ingatkan sekali lagi, marilah sahabat #JangkarDKI ajak saudara, teman, siapapun jg utk lebih waspada akan cara2 licik mereka yg tak ingin Indonesia maju dg cara adu domba, pecah belah. Mari Lawan mereka...beda pilihan boleh tp jgn mudah dipecah belah dg cara kotor ini
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Jangkar DKI
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member and get exclusive features!

Premium member ($30.00/year)

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!