Yuk simak..
Oh iya, jangan baca sendirian..
#memetwit
@InfoMemeTwit
Sementara aku, hanya diam sambil sesekali melirik ke arah belakang.
Perasaan masih tidak enak,
Menjadi semakin tidak enak lagi ketika sayup-sayup terdengar suara yang sama persis dengan suara yang kami dengar di rumah tadi.
“Creek…creeekk…creek..”
Awalnya berpikir kalau itu mungkin hanya perasaanku saja, mungkin hanya halusinasiku saja.
Aku terhenyak kaget, jantung serasa berhenti berdegup..
Pocong yang bentuknya sama persis dengan yang kami lihat di rumah tadi.
Cp: @dimsoii
“Wahyu ada apa? Sakit pinggangku kau cengkram.” Begitu Amri bilang.
“Pocong tadi mengikuti dari belakang, kita harus lebih cepat.”
Amri kaget, kemudian langsung berusaha mempercepat laju motor.
Namun sayang, usahanya tidak menuai hasil, motor tuanya tetap melaju pelan, tidak sanggup melewati jalan bergelombang dan menanjak itu dengan cepat.
Sayup-sayup kudengar suara itu lagi, kali ini sumber suara terdengar lebih dekat.
Aku tidak berani menoleh lagi ke belakang, hanya sanggup menundukkan kepala dan mencengkram tubuh Amri dengan kuat.
Aku sangat ketakutan..
Hampir menangis aku berkata seperti itu.
“Creek..creeek..creek..”
Aku berdoa semoga motor dapat terus melaju walau perlahan, kami harus cepat-cepat meninggalkan perkebunan karet ini.
Aku masih menundukkan kepala dan memejamkan mata,tidak mau melihat keadaan sekitar.
Motor melaju semakin cepat,
Agak sedikit tenang, karena kalau sudah sampai di hutan itu berarti sebentar lagi kami akan masuk ke perkampungan, dan tiba di kota setelahnya.
"Aman Am, jangan terlalu ngebut, hati-hati.." Ucapku kepada Amri.
Laju motor mulai melambat, tetapi di sisa perjalanan kami masih tetap saling diam tanpa perbincangan.
***
Amri berbicara seperti itu ketika kami sudah sampai di rumah kontrakannya.
Aku menghisap rokok dalam-dalam, mempertimbangkan saran dari Amri.
"Iya Am, sambil menunggu atasanku datang aku akan tinggal bersama kamu di sini dulu, aku tidak berani sendiri di sana.."
"Oh iya, besok malam aku akan berangkat ke Palembang selama beberapa hari. Kamu peganglah kunci rumah ini." Lanjut Amri.
"Iya Am.."
Masih menempel di kepala..
Sampai adzan subuh berkumandang, aku masih belum juga bisa tertidur.
Hasilnya, pada malam itu aku tidak tidursama sekali.
***
Begitu ucap Amri ketika aku pamit kembali ke perkebunan untuk melanjutkan pekerjaanku lagi.
***
Dengan kondisi badan yang sedikit lemas karena tidak tidur semalaman, aku memaksa diri untuk tetap menunaikan kewajiban, melanjutkan pekerjaan yang masih belum selesai.
Kabut dan embun pagi terlihat masih menyelimuti kawasan hutan ketika aku mulai memasukinya wilayahnya.
Setelah melewati wilayah hutan, akhirnya aku mulai memasuki kawasan perkebunan karet.
***
“Kamu menginap di mana Yu?” Tanya Pak Rusli sesaat setelah aku turun dari motor.
“Menginap di rumah kawan di kota Pak.” Jawabku.
Selanjutnya aku masuk ke dalam rumah untuk bersiap-siap.
***
Menurut perkiraanku, dalam beberapa hari ini proses membersihkan perkebunan karet akan selesai, kami akan masuk ke tahapan selanjutnya sebelum pada akhirnya akan memulai proses penyadapan.
Berharap sore cepat tiba, dengan begitu aku dapat langsung menuju rumah Amri untuk beristirahat.
***
Seperti sebelum-sebelumnya, kami berkumpul terlebih dahulu di depan rumah sebelum membubarkan diri.
Aku dan Pak Rusli memberikan sedikit pengarahan dan berbincang ringan.
Aku yang belum tidur selama 24 jam terakhir berusaha mati-matian menahan kantuk, berusaha untuk tidak tertidur di tempat duduk.
Begitu kata Pak Rusli yang melihat tampangku yang tampak lesu dan lemah.
"Iya Pak, setelah ini saya akan istirahat.." Jawabku.
***
Menyalakan lampu petromak dan lampu templok yang ada di dalam kamar. Setelah itu aku ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan mangambil air wudhu.
Jam enam lebih sedikit, waktu maghrib tiba, Aku pun segera bersiap untuk melaksanakan sholat..
***
Namun pada akhirnya aku kalah..
Aku tidak dapat menahan rasa kantuk yang hebat ini..
Aku tertidur..
***
Begitulah posisi tubuhku ketika tersadar dari tidur..
Aku terkejut, ternyata sudah jam dua belas lebih sedikit, aku tertidur selama nyaris enam jam.
"Gawat.." begitu pikirku dalam hati.
Sekitar beberapa menit aku tidak merubah posisi tubuh, masih tetap miring menghadap lemari, membelakangi tembok.
Hanya lampu templok yang masih menyala dengan konsisten, karena tabung minyak tanahnya masih terisi penuh.
Apa aku harus pergi saat itu juga menuju ke rumah Amri? Atau aku lanjutkan tidurku? Itu pertanyaan yang berkecamuk di dalam kepala..
Ada sesuatu di dalam kamar,
Iya..., di dalam kamar..
Ternyata aku tidak sendirian..
***
Aku mencium aroma kentang rebus..
Aroma yang aku cium pada malam sebelumnya bersama Amri..
Aroma yang katanya menandakan akan kehadiran mahluk yang paling aku takuti, POCONG..
***
Aku memandang ke sekitar dengan perlahan, aku perhatikan setiap sudut kamar dengan penuh ketakutan, aku belum melihat apa pun. Kosong..
Sama, dari sudut pandangku yang cukup sempit, aku tidak melihat apa pun di ruang tengah. Kosong..
Sementara itu, bau kentang semakin kuat tercium.
***
Aku menggulingkan badan ke arah kanan, mengubah posisi menjadi menghadap ke atas, berbaring menghadap langit-langit kamar.
Perlahan aku menggerakan tubuh,
Sukses, aku sudah dalam posisi merebahkan badan.
Tapi.
Desah nafas yang terdengar jelas dekat dari telinga kanan.
Ada pocong terbaring di sebalah kananku..
***
Aku tidak bisa bergerak, apalagi untuk berdiri dan lari dari tempat itu..
Aku memohon kepadaNya agar diberi kekuatan dan keselamatan, aku terus membaca doa yang aku bisa di dalam hati.
Suasana sangat sepi, lolongan anjing tidak terdengar lagi..
***
Aku menahan napas, sangat ketakutan, dengan tubuh yang masih juga belum bisa digerakkan..
Pocong itu menjadi duduk di sebelahku, aku dapat melihat punggungnya, kepalanya menghadap tembok kamar.
Dalam posisi duduk memunggungi, pocong itu terlihat mulai menolehkan kepalanya ke arahku. Perlahan aku mulai dapat melihat wajahnya yang hitam legam.
Aku sudah di ambang pingsan, tubuhku gemetar dan sudah mulai menangis..
Pelan-pelan aku bangkit dari posisi tidur..
Aku melihat pocong itu masih saja terdiam duduk memandang ke arahku..
setelah itu aku tidak betani lagi bermalam di situ, selanjutnya aku tinggal di rumah Amri sampai Pak Heri datang.
***
Balik ke gw lagi ya, Brii..☺️
Sekian cerita om Wahyu malam ini, kapan-kapan dilanjut lagi.
Kangen sama Teteh gak? Minggu depan kita jalan-jalan ke Bandung ya, mampir ke #rumahteteh.
Met bobo, semoga mimpi indah..
Salam,
~Brii~