Saya pernah nyantri di Sarang. Kendati tidak lulus (abah saya wafat terserang stroke, sementara saya anak ragil, tentu harus menemani ibu saya yang janda [sampai sekarang]), tapi saya punya sanad dari mBah Moen di beberapa kitab.
Setelah itu saya boyong, menetap di rumah
Sarang adalah pesantren saya yang terakhir sebelum boyong.
Pesan mendiang abah: mondok harus minim 10 tahun.
Saya tunaikan di Sarang
Jauh sebelum Copras-Capres, dan mendadak orang² merasa lebih mengenal mBah Moen.
Jadi rasa cinta pada Mbah Moen itu tidak asal. Tidak dadakan.
Kalau memang sampai mBah marah, beliau meluapkannya dengan bicara dalam bahasa Arab yang baligh (puitis). Jadi malah tidak terkesan marah. Mengkhotbahi, iya bisa masuk.
Masih banyak yang belum tahu kenapa santri & muhibbin mBah banyak yang marah sama @fadlizon.
Bukan, bukan secara tersurat puisi itu menghina mBah. Tapi pesan dari puisi itu.
Bandar
Kacung
Boleh dong Anda kira itu Romi (Ketum PPP). Tapi tidak di sana kemarahan santri dimulai.
Tapi karena ada makelar, bandar, dan kacung yang akhirnya membuat doa itu direvisi, dan Mbah Moen mau² saja manut sama perintah itu.
Di sini, lho, kemarahannya.
Jika ada kiai duduk di kursi, mereka duduk di bawah kursi. Kiai lewat, mereka berhenti; mempersilakan beliau mendahului.
Makanya mereka terus melanggengkan #FadlizonHinaUlama sampai permintaan maaf terjadi.
1. Meminta maaf (sepertinya FZ tidak punya iktikad untuk itu)
2. Mendiamkan, dan menunggu isu lain yang lebih besar sehingga kasus ini tenggelam
1. Jika ia minta maaf, maka ia akan mengira bahwa apa yang ditujukan kepada FZ adalah benar; bahwa ia memang menghina mBah,
2. Menunggu isu reda, maka ia tinggal masa bodo aja dan beradu kuping panas sampai kapan kasus ini selesai
Tapi jangan salah dong...
... santri banyak yang konvensional (salaf).
Membikin ini tentu memakan biaya besar. Sementara Pilpres kian dekat, dan yang jadi prioritas bukan FZ, tapi capres-cawapres yang dia dukung.
Karena santri & kiai hanya bersosmed cuma untuk mencari kabar:
"Sejauh mana perkembangan #AksiBelaKiai & sudahkah dari #FadlizonHinaUlama mengarah ke pengakuan salah?"
Saya lebih tahu, karena santri itu homogen
Tidak meriah di laporan konsultanmu, bukan berarti di lapak darat sepi.
Sampai detik ini kegemasan mereka soal #FadlizonHinaUlama & #AksiBelaKiai seperti gatal yang mengusik tapi belum boleh digaruk.
Tidak menyakitkan & menyiksa, tapi jelas bikin frustasi.
Santri menahan diri karena nDalem menyuruh untuk tidak marah. Tapi apa semua santri bisa menerima perintah normatif?
Jelas² mereka diajarkan kalau politik itu cuma dzonny (prakiraan). Sementara menjunjung kehormatan kiai itu qath'i (absolut).
Seperti membandingkan salat subuh pakai qunut atau tidak (dzonny) dengan kewajiban salat subuh (qath'iy).
Mau Anda sebarkan bahwa beberapa putra Mbah mendukung paslon yang berbeda dengan Mbah, dengan maksud kontra-opini politik, santri tetap cuek.
Mbah dianggap mereka telah dihina. Titik.
Mau Anda jelaskan doa mBah itu seperti apa maksudnya, santri lebih paham dengan doa berbahasa Arab. Lewat Anda semua ini.
Kalau maksudmu mendelegitimasi Romi, tentu tambah repot. Romi itu ketum partai, yang Mbah itu militan di sana. Dari semua kiai yang mencintai PPP, mBah itu paling total.
mBah tahu?
Jelas tidak!
nDalem tahu?
Tidak!
Saya tahu?
Baru saja di timlin.
Santri Sarang tahu?
Mereka masih ngaji & kuliah.
Siapa yang tahu?
Kemarahan & kegeraman yang ada di lubuk hati mereka.
Bung @fadlizon, silakan santap: #FadlizonHinaUlama