, 40 tweets, 11 min read Read on Twitter
Selamat pagi.

Selamat purnama bulan 7 Imlek, puncaknya festival hantu. Ketika para arwah sedang dipersilakan “bertamasya” di dunia, berkumpul bersama keluarganya. Termasuk yg terlupakan atau sebatang kara.

Di foto, para “penggebuk” nasib sial di HK, yg mungkin lagi banjir order
Kenapa bisa banjir order? Karena kan lagi banyak setan yg berkeliaran. Kecolek sedikit, nasib burem... 😂

Katanya.
Sekarang malam Jumat, pas purnama di puncak peringatan Festival Arwah, terus perjalanan pulang begini.

Cocok, ya. 😅
Festival Arwah sering juga disebut dengan Chinese Halloween, tapi bukan cuma semalam, melainkan sepanjang bulan; bulan ke-7 penanggalan Imlek.

Makanya, banyak orang Tionghoa yg juga menyebut bulan ke-7 (七月/qi yue/cit gwee) sebagai Bulan Setan/Hantu (鬼月/gui yue).
Kenapa jatuhnya di bulan ke-7, entahlah, ada banyak teorinya.

Bisa jadi juga karena sekadar mengira-ngira, karena banyak mengalami kesialan/kemalangan, akhirnya dianggap lagi banyak setannya.

Lalu seperangkat mitos/tabu dibangun dan berkembang.
Jadi, jangan heran kalau di bulan ke-7 Imlek (mulai pertengahan Agustus), warga Tionghoa tidak akan melakukan:

Pernikahan
Buka usaha baru
Pacak tanah/memulai bangunan
Pindah rumah
Bepergian jauh
dsb

Karena rentan dilekati hawa buruk dari Bulan Arwah.
Kenapa, sih, bisa dilekati hawa buruk?

Karena salah satu mitos utama yg dibangun untuk Bulan Setan, adalah, Raja Akhirat/Kaisar Neraka (閻羅王), membuka gerbang akhirat (bukan surga), dan mempersilakan semua penghuninya berkeliaran di dunia manusia.

Ya, seperti festival publik.
Serupa tetapi agak berbeda dengan penggambaran di Coco, yg di beberapa aspeknya kurang lebih sama.

- Arwah berkeliaran bumi
- Berhimpun dengan keluarga
- Ada perayaan/jamuan
- Ada arwah terlupakan yg terlunta-lunta
Beberapa lukisan yg menggambarkan Raja Neraka, yg sekaligus hakim penimbang perbuatan, serta momen dibukanya selubung akhirat dan dunia manusia.
Bulan Setan memang berlangsung sepanjang bulan, tetapi puncaknya dipilih di tanggal 15, pertengahan bulan, momen purnama. Makanya disebut 七月半 (paruh bulan ke-7).

Di momen inilah, keluarga-keluarga Tionghoa akan bersembahyang persembahan di altar leluhur, dan di luar rumah.
Di dalam rumah, sembahyang persembahan ke altar leluhur sama artinya dengan reuni dan makan bersama (bersama arwah mendiang).

Bagi beberapa keluarga, ada yg sampai menyiapkan kursi khusus, katakanlah buat mendiang orang tua atau saudara saat bersantap bersama.
Dalam momen sembahyang persembahan bagi mendiang, arwah atau hantu atau setan bukan lagi konsep entitas yg mengerikan. Ya, mereka tetap diperlakukan layaknya keluarga... karena memang keluarga semasa hidupnya. Berkumpul, mengenang, bakti.
Lalu, kenapa ada juga sembahyang di luar rumah, di pinggir jalan, di balik tembok depan?

Itu dipersembahkan kepada para arwah yg terlunta-lunta, dilupakan keluarga yg masih hidup, atau sebatang kara.

Apa tujuannya? Bermacam-macam...
Ada yg tujuannya:

- Memberi “makan” para setan yg kebetulan lewat atau berada di sekitar rumah, agar tidak mengganggu. Karena mereka hanya bisa meminta-minta dari luar.
- Bersedekah, sepenuhnya berniat membantu meringankan beban kelaparan para setan tersebut.
Untuk alasan pertama, murni karena rasa takut. Wajar, karena hampir di semua kebudayaan yg bertahan hingga sekarang, setan/hantu/arwah dianggap sebagai entitas menakutkan.

Untuk alasan kedua, sudah mulai dipengaruhi konsep-konsep perbuatan baik, terutama dari ajaran religius.
Agak berbeda dengan konsep dalam agama-agama populer, tak peduli seberapa mengganggunya, atau seberapa menakutkannya hantu/setan/arwah, mereka sebenarnya sedang meminta bantuan. Mencari perhatian, minta dipedulikan.
Lalu, kenapa "memberi makan"? Ya, karena itu yg sudah menjadi anggapan sejak dahulu kala.

Di budaya Indonesia pada umumnya, para makhluk halus disebut dikasih makan bunga, kopi, rokok.

Kayak begini, sering banget kelihatan di mana-mana.
Sedangkan dalam kepercayaan tradisional Tionghoa, diberi makan ya seada-adanya lauk pauk. Apakah bakal dimakan si setan? Enggak juga sih, pada akhirnya ya disantap manusianya setelah diturunkan dari altar.

Kayak begini, di Tarakan, Kaltara, (kalau tidak salah) tahun 2013-2014.
Memagnya hantu/setan/arwah ala Tionghoa, bisa makan makanan kayak begitu?

Ya, entahlah. Kalau memang realitas metafisika itu sungguhan terjadi seperti kepercayaan selama ini, aku belum pernah melihat langsung, enggak kepengin juga.

Konon, identitas tetap lekat setelah meninggal
Jadi, lagi-lagi sama seperti di film "Coco", setelah meninggal, seseorang akan tetap jadi mama, papa, engkong, amah, nainai, yeye, koko, cece, titi, memei dalam keluarga.

Karena keluarga, apabila tidak ada dendam, tak mungkin mereka menyakiti.

Dipercayanya seperti itu.
Lantaran itu juga, selain mempersembahkan makanan kesukaan mendiang, sebagian keluarga juga ada yg mempersembahkan Kimcoa (金紙) atau benda-benda kertas. Mulai dari yg diperlakukan macam uang, sampai replika barang-barang.

Biasanya dibakar pula saat Cengbeng, atau ultah mendiang
Btw, lembaran uang-uang akhirat (Hell Banknote) tadi, dibakar di Samarinda waktu penutupan sesi sembahyang kepada para arwah anonim.

Selain dipersembahkan makanan, mereka juga dikirimi uang dengan nominal hingga miliaran per lembarnya.
Selain dicetak sebagai uang (padahal bentuk aslinya hanyalah berupa kertas kasar dengan sepetak cat warna emas atau perak mengilap), benda-benda dibuat imitasinya berbahan kertas. Seperti ini, di Yayasan Karya Insani (rumah duka) di Samarinda.
Nah, ketika persembahan makanan tadi adalah bentuk ekspresi spiritual paling mendasar (sesajian, dsb), untuk soal kertas ini sebenarnya, menurut saya, adalah buah sebuah kebiasaan yg membudaya.

Dalam beberapa aspeknya, malah terkesan macam fraud. Berabad-abad lalu. 😅
...ya, biarlah itu jadi cerita di lain waktu saja.

Kembali ke perihal Bulan Setan.

Beberapa hal di atas tadi adalah dari sisi paganisme/kepercayaan tradisional Tionghoa, yg kemudian berpadu dengan ajaran-ajaran formal yg hadir seiring waktu

Taoisme
Khonghucu
Buddhisme Mahayana
Semua pakem tentang Bulan Setan sepanjang utas tadi, akhirnya dianggap sebagai bagian dari kepercayaan Tao

Dalam Khonghucu, aspek yg lebih ditekankan adalah ritual sebagai wujud bakti (孝) dan budi pekerti (禮)

Dalam Mahayana, praktik sedekah arwah dibuat lebih berdampak sosial
Dampak sosial yg seperti apa?

Berbuat baik dan bersedekah kepada sesama manusia, mereka yg membutuhkan.

Jadi, dalam Buddhisme Mahayana (dan Theravada), ada praktik Pelimpahan Jasa.

Ketika keluarga yg masih hidup berbuat baik, atas nama mendiang.

"Saya menyumbang atas nama..."
Jadi, segala bentuk sumbangan, donasi, (sebut saja) wakaf, dilakukan atas nama mendiang. Menjadi kesempatan untuk berbuat baik, dan (berupaya) membantu menimbulkan kebajikan.

Barang sumbangan pun dibagikan ke yg membutuhkan.
Di Indonesia, dikenal dengan Sembahyang Rebutan.

Apa yg direbut? Makanan yg ditata di meja altar.

Entah, apakah maksudnya direbut oleh para arwah, atau direbut oleh orang-orang yg menungguinya.
...dan, apalagi yg khas Indonesia di Bulan Setan?

Panjat Pinang!

Entah kebetulan atau bagaimana, Panjat Pinang identik dengan Agustusan. Sedangkan tradisi Qianggu, diselenggarakan dalam rangka 鬼月.

dragonohalim.com/pinang/
Di beberapa kawasan Malaysia, Singapura, atau bahkan Hong Kong, bahkan ada pertunjukan khusus bagi para arwah. Biasanya disebut Opera Hantu (歌台). Kursinya dikosongkan buat mereka.

Makanya, setting Opera Hantu ini sering banget tampil di film-film horor Hong Kong era 90-an. Soalnya, nyeremin, kayak kisah naik bus hantu di jalanan trans Jawa, atau sejenisnya.

Cuma, kalau sebagai bagian dari tradisi dan budaya, kerap disosialisasikan dengan lebih santai.
Lagi-lagi, ini karena ada perbedaan persepsi antara hantu/setan/arwah ala Tionghoa, dan yg selama ini lekat/lazimnya di benak orang Indonesia.

Memangnya, hantu-hantu Tionghoa itu seperti apa? Paling-paling ya vampire, itu pun telanjur populer lewat film.
Sekarang, alih-alih sibuk membahas tentang seberapa menakutkannya Bulan Setan, atau arwah-arwah yg tamasya gentayangan, masalahnya justru bergeser ke budaya.

Ketika tradisi 七月半 makin ditinggalkan, pernak pernik peringatan dilupakan, bagian dari tradisi Tionghoa juga memudar.
Banyak yg beragama Kristen, dan ke gereja yg Karismatik, jangankan mempersembahkan makanan, "memelihara" (memiliki) altar leluhur di rumah saja dianggap sebagai perbuatan kuasa gelap. Berdosa.

Pegang hio saja dilarang, kok. Apa kabar cerita tentang arwah penasaran? Terlupakan.
Lambat laun, tak perlu repot-repot melawan setan/hantu/arwah gentayangan yg berkeliaran di bulan ke-7 Imlek, mereka akan semakin "tidak dihiraukan".

Bisa-bisa, para arwah itu bakal bilang ke Raja Akhirat: "Bos, saya sekip deh tahun ini, ga jalan-jalan dulu... Anak cucu dah cuek"
Seperangkat pantangan dan tabu benar-benar ditinggalkan, dianggap sebagai peninggalan kuno dan usang.

Seperti ini, sepuluh pantangan paling lazim selama bulan ke-7 Imlek.
Jadi, karena sekarang sudah pukul 11, sebagai penutup, terlepas dari apa pun agama dan kepercayaan yg dianut saat ini, Bulan Setan idealnya juga bisa dilihat sebagai bagian dari identitas budaya.

Mau seirasional apa pun, setidaknya, tetap bisa ditilik dari sudut pandang berbeda.
Memang banyak tumpang tindihnya, kok. Konsep akhirat versi Tionghoa versus kepercayaan reinkarnasi; sekumpulan tokoh mitologis (Raja Akhirat, punggawa kepala kuda dan sapi, Nenek Meng dan Teh Penghapus Ingatan, dsb) versus Bodhisatva Ksitigarbha; dan lainnya.
Cuma, ya, tak ada salahnya juga kalau tradisi Bulan Setan ini dibawa santai, daripada dilupakan begitu saja.

...dan kalau dengar bunyi dinding digaruk pelan, atau suara-suara dari balik pintu, ya, mungkin mereka cuma lagi minta makan.

Gentayangan kelaparan.

👻
Missing some Tweet in this thread?
You can try to force a refresh.

Like this thread? Get email updates or save it to PDF!

Subscribe to Dragono Halim
Profile picture

Get real-time email alerts when new unrolls are available from this author!

This content may be removed anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just three indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!