Gelarnya tidak sebanyak Rudy Hartono, tp dia merevolusi badminton dunia dgn jumping smash dahsyat yang tak pernah terlihat sebelumnya.
Dr era dominasi total Rudy Hartono menuju dominasi total lainnya pd diri Hariyanto Arbi, Ardi B. Wiranata, dan Alan Budikusuma.
King adl pusat yg membuat kehebatan itu tak putus.
Hati Thian Poo hancur krn Ming meninggal pd 1958 krn kecelakaan motor dlm perjalanan Kudus-Semarang.
Pdl King merasa sudah mati2an.
Bagi yg nggak tahu, Nojorono ini punya merek lumayan terkenal yakni Minak Djinggo dan Clas Mild. Pada usia 14-15 tahun, King sudah jadi jagoan di Kabupaten Kudus.
Kekalahan itu menghancurkan King. Di tangga gedung, dia menangis. Seorang pria dewasa yang simpati kepadanya, lantas menghampiri...
"Maukah kamu latihan di tempatku?".
King mengangkat wajahnya. Dia menganggukkan kepala.
Pria dewasa itu Robert Budi Hartono, pemilik Djarum Kudus, orang terkaya di Indonesia saat ini.
Ternyata prediksi Robert benar. King bukan hanya pemain besar, dia legenda.
Sblm latihan King, bekerja bakti menyapu lapangan dr sampah tembakau. Robert Hartono sering menonton King latihan dan memberi semangat.
King nyaris setiap hari berlatih habis2an, lari sejauh 9 km di Gunung Muria. Jg menempa diri di penjemuran cengkeh.
Robert Budi Hartono sendiri yang membawa genset dari rumahnya, agar King bisa berlatih dgn kondisi lapangan yang terang benderang.
Krn fasilitas yg baik, permainan King terus menanjak dan mulai bersinar di level nasional pada umur 16-17 thn.
Sempat mengalahkan legenda India Prakash Padukone, King kalah atas Iie Sumirat di final. Walau kalah, namun The Straits Times menulis bahwa seorang bintang baru Indonesia telah lahir!
Kebintangan King lahir dr sini. Dia mengalahkan Sumirat di semifinal dan Tjun Tjun di final. Pdhl ketika itu usianya baru saja 17 tahun!
King dinilai pemain yg cepat dan lincah. Namun dia merasa fisiknya masih sangat lemah.
Namun juara nasional 74 itu adl pembuka jalannya menjadi salah seorang pemain terbesar dlm sejarah.
Saiful Arisanto, mantan Ketum PB Djarum mencontohkan saat kalah lari di Gunung Muria, King kecewa dan memutuskan latihan sendiri hingga akhirnya finis pertama.
Sejak mula, King ingin menjadi pemain yg powerful dan itu benar2 dia mewujudkannya lewat latihan dan sikap sangat keras kpd diri sendiri.
Itu ditambah dgn tiga gelar tunggal All England.
Krn sama dahsyatnya di tunggal dan ganda, tidak ada pemain Indonesia yg sekomplet prestasi King dalam sejarah.
Makanya pembukaan ladang partisipasi atlet usia dini yg luas itu sangat krusial.