Joker, sebagai film dan cerita sukses membuat saya merasakan sakitnya hidup sebagai Arthur. Bully, fitnah, kekerasan, orang yang tidak mampu mengerti, sistem yang tidak mendukung dst dsb.
Actingnya Joaquin Phoenix juara banget. Sakiiitttttt
Penggambaran manusia tidak hanya jahat dan baik. Ada kompleksitas sosiokultural juga disana. Kita diajak menyelami rasa sakit dan alasan villain Joker bergerak.
Sebelum dijabarkan, saya mau nanya dulu ke temen temen.
Kira kira lebih sering mana, seseorang dengan gangguan jiwa jadi pelaku kejahatan atau korban kejahatan?
Seringkali ada pertanyaan muncul
“Dok pelaku bom bunuh diri itu sakit jiwa kan?”
“Dok pembunuh berantai itu sakit jiwa kan”
Kita begitu ingin alasan dari kejahatan adalah gangguan jiwa. Kenapa? Ya karna stigma
Tapi....
Kita ga bisa mendiagnosis seseorang yang ga ada. Apalagi mengambil kesimpulan untuk sesuatu yang tidak nyata
So kalau kamu punya isu mental emosional, belum 21++, ga enak badan, saran saya pilih tontonan lain aja
Penelitian menunjukkan, membayangkan pembalasan membuat seseorang lega. Tapi melakukan pembalasan akan membuat makin gak puas.
Film joker (dan film action) memuaskan kita terhadap imajinasi pembalasan
Tapi tidak elok membiarkan anak mempelajari pembalasan sebagai cara yang dipuja dan dibenarkan banyak orang seperti dalam aksi Joker
Ada pesan tersembunyi yang saya rasa juga berbahaya tentang obat kejiwaan di film ini. Ada asumsi tentang obat kejiwaan malah menghambat kebahagiaan, tidak membuat seseorang bebas.
Tujuan pengobatan adalah seseorang kembali sejahtera. Bukan malah jadi ga bahagia.
Tapi film ini bukan untuk semua orang. Juga berpotensi juga menimbulkan nyeri emosional.
End