Pilar jahilliyah
Jahilliyah tegak diatas 2 pillar utama.
Pertama : pilar Nazhari ( teori/konsepsi) yang berwujud falsafah ideologi yang menjadi panutan suatu masyarakat, seperti ; demokrasi, sekularisme, komunisme, atau nasionalisme atau yang lain.
Jahilliyah tegak diatas 2 pillar utama.
Pertama : pilar Nazhari ( teori/konsepsi) yang berwujud falsafah ideologi yang menjadi panutan suatu masyarakat, seperti ; demokrasi, sekularisme, komunisme, atau nasionalisme atau yang lain.
Kedua : pilar Amali (operasional/aplikasi) yang mereka jadikan sebagai UU/aturan dalam kehidupan yang nyata, dimana tidak seorang pun memiliki keberanian untuk melangkahi nya dan semua harus tunduk kepadanya.
Jahilliyah ini didudukung oleh militer dan penguasa2 yang membela dan mempertahankan falsafah tersebut, serta menjadikannya sebagai sesuatu yg sakral. Mereka memberikan penghormatan padanya sampai kedalam hati manusia serta memaksakan seluruh rakyat untuk tunduk dan mentaatinya.
Oleh karena itu, Rabbul ‘izzati, yg menurunkan ketetapan ini dan yg menciptakan manusia, tdk mungkin menurunkan dien ini hanya dlm bentuk konsepsi belaka, yang hidup diantara para filosof dan didalam akal pikirian para pemikir, kemudian membiarkan kehidupan dg segala kondisinya.
Sementara jahilliyah bergerak dan bertindak sekehendaknya dan setan-setan dibumi timur dan barat bersuka ria berbuat semaunya.
Allah menurunkan Al Qur’an dan mengutus para Rasul agar mereka menghadapi konsep jahilliyah dengan “bayan” (penjelasan).
Allah menurunkan Al Qur’an dan mengutus para Rasul agar mereka menghadapi konsep jahilliyah dengan “bayan” (penjelasan).
Al Qur’an menyatakan akan menyanggah semua teori, ideologi dan konsep jahilliyah serta syubhat-syubhat yang mereka jadikan pijakan hidup. Dan Al Qur’an telah meruntuhkan semuanya satu demi satu.
Akan tetapi Allah mengetahui bahawa kendati jahilliyah telah mengaku kalah dari dalam hati yang terdalam dan mengetahui bahwa dien Islam adalah Haq, para pengusung nya tidak akan mungkin menyerah hanya dengan ucapan, atau sekedar dengan ketajaman lisan, atau kekuatan hujjah.
Maka Allah pun memfardhu kan Jihad fi sabilillah. Seandainya Al Qur’an sj mampu menembus hati manusia n' seandainya kberadaan Rasulullah sendiri ckp memberi hidayah kpd manusia, pastilah Allah tdk akn memerintahkn beliau utk mnggunakn senjata, Allah tdk akn mengutusnya dg pedang.
Sementara :
“Aku diutus menjelang hari kiamat dengan membawa pedang, sampai Allah adalah satu-satunya dzat yang di ibadahi, tidak ada sekutu bagiNYA. Dan djadikan rezekiku dibawah bayangan tombakku”.
“Aku diutus menjelang hari kiamat dengan membawa pedang, sampai Allah adalah satu-satunya dzat yang di ibadahi, tidak ada sekutu bagiNYA. Dan djadikan rezekiku dibawah bayangan tombakku”.
Jika lisan sudah tidak bermanfaat lagi untuk mengembalikan sebagian manusia kepada dien Nya, maka pedang bertugas menyingkirkan sebagian rintangan di hadapan “bayan” (dakwah Islam)...
....yang ditawarkan kepada manusia , agar mereka masuk Dien Allah dengan kesadarannya.(jadi setelah pedang diangkat untuk menyingkirkan rintangan-rintangan yang menghalangin jalannya dakwah Islam ini), barulah berlaku firman Allah :
“Tidak ada paksaan dalam (memasuki) Agama (Islam). Telah jelas jalan yang lurus daripada jalan yang sesat.” (Al Baqarah :256).
Wallahu 'alam.
Wallahu 'alam.
@threadreaderapp please unroll this
