Dante : "eh Luna, esok lusa aku bersama teman2 akan pindah ke kontrakan baru"
Luna "oh ya? siapa sj yg ikut bersamamu?"
Dante :" banyak sih.Ada Miki,Ronald,Wendi (dr Pulau S).Noel, Riko, Vian (dr Pulau T)
Dante : "iyakah... esok lusa bantu kami beres beres ya"
Luna : " oke, tapi aku bisa bantu mungkin agak malam ya. Mau kerja tugas di kampus dulu"
Dante :"iya, tdk masalah"
Mereka yg dari Luar Pulau, hampir setiap hari terbiasa minum minuman beralkohol. Karena di daerah mereka, itu sudah menjadi hal biasa. Dan terbawalah kebiasaan itu hingga diperantauan.
Setelah pulang dari kampus, aku segera menuju kos lama Dante.
Dan benar saja, disana sudah ramai teman2 yg membantu Dante.
Dante :"eh Luna, kamu tolong bawakan barangku yang ringan saja ya"
Luna :" oke deh. Ada yg mau ikut bersamaku?" tanyaku pada teman lain
Banyak teman lain jg membantu Miki,Ronald, Wendi,Vian, dkk berangkat dr kos Masing2. Jd tdk bertemu denganku d tempat Dante.
Tidak jauh memang kontrakan tersebut dr kos lama mereka.
Kami hanya perlu menyusuri sungai dan menyebrangi rel kereta api.
Mulai dari setelah melewati rel, perasaanku sudah tdk nyaman. Karena hanya ada rumah berjejer satu sisi saja
Rmh lain rata2 biaya sewa 12-20jt/bl . Tp rumah ini kurang dr 10jt
Ya mungkin karena lama tak berpenghuni, jadi tidak terawat.
Dan benar saja, ternyata di dalam sudah ada sang penghuni kontrakan yang baru.
Hanya Dante yang belum terlihat.
Ramai sekali di dalam. Teman teman yang wanita membantu membersihkan ruangan2 yang ada d rumah itu.
Sedangkan temanku yang laki laki, tidak banyak yang membantu para wanita.
Tetapi...
Dan yah seperti biasa, mereka semua sedang minum minuman keras.
Aku tidak kaget, hanya menyayangkan.
Kenapa tidak membersihkan rmh dahulu.
Tapi saat itu, aku tdk terlalu menghiraukan Dina. Aku sibuk membantu yang lain.
Meskipun kami semua berbeda agama,ras dan suku, kami tdk pernah membedakan.
Miki :"eh Luna, knp Dante blm kemari?"
Luna :"dia td masih beres2 dkos lamanya"
kulihat sudah pukul 20.00
tapi Dante belum juga datang.
Beberapa teman2 perempuanpun pamit pulang krn hari sudah semakin malam.
Luna :" kok baru dateng sih km?" udah jam 10 ini"
Dante :" banyak barang yg belum selesai diberesin. Inipun aku mesti balik ke kos lagi"
Luna :" berarti belum ada pembagian ruangan nih dsini"
Dante :" belom sih, tapi tak apa. Esok masih bisa dibahas"
Semakin malam, semakin sunyi.
Satu per satu teman2 yg sudah sempoyongan pamit pulang.
kecuali Dante, krn dia masih dkos lama.
Bersama mereka ada juga aku (Luna), Dina, dan Neta.
Kuperhatikan Dina yang sedari tadi memang "agak aneh".
Kudekati dia dan bertanya...
Dina :" banyak Lun, macem macem"
aku tidak kaget dengan jawabannya.
aku hanya penasaran dengan satu ruangan di pojok belakang yang sedari tadi tdk dibuka untuk dibersihkan.
Dina :" Aku bawa kok, td siang Dante kesini bersamaku trs kasih kuncinya ke aku. Aku udah lihat isi dalamnya kok"
Luna :" trs kenapa ga dibuka aja, kan pengap".
aku yang semakin penasaran dengan jawaban Dinapun kembali bertanya
Luna :" Emang ada apaan sih Din, critalah"
Luna :"oh, gitu"
jawabku singkat namun penuh tanya
Dina :"Tapi ada hal lain juga sih"
Luna :" apaan???"
Dina :" Nantilah kuceritakan, skrg badanku lemas sekali rasanya. Mual dan Pusing"
Bersamaan dengan itu pula,
Dina pingsan...
Dibawalah Dina pergi dari tempat itu dalam keadaan pingsan.
Semua ikut mengantarnya dengan motor.
Motorkupun ikut dipinjam Wendi.
Namun malam itu, aku melihat tak ada warga yang melintas. Atau mungkin krn sudah tengah malam.
Karena saat kumelihat jam, waktu sudah menunjukkan pukul 00.15
Tinggalah hanya aku dan Miki di dalam rumah itu.
Dia lebih santai dariku saat itu.
Terlebih dia sudah menenggak miras.
Dengan santainya dia mulai memejamkan mata.
Miki :"Lun, mari tidur sudah! Mata saya berat sekali"
Luna :"baj*ingan, dalam keadaan begini mana bisa tidur"
Miki:"hahaha... ah terserah kau saja, Saya mau tidur dulu"
Yang ada dibenakku saat itu hanyalah kekhawatiran bertemu dengan makhluk yang tak ingin kutemui.
Hingga tak kusadari HP jadulku ada beberapa missed call dari Wendi.
"Lun, amankan disitu? Ini Dina ada d kos lama Dante. Dia kesurupan. Tdk ada yang paham bahasanya kecuali kamu. Tunggu Ilyas jemput kamu distu ya"
....
Lalu sampailah Ilyas d depan rumah. Aku bergegas keluar krn sudah menunggu.
Tanpa menghiraukan Miki yg pulas mengorok. Aku lari keluar.
Kulihat Dina melotot dengan keringat yang bercucuran di atas kasur.
Mata Dina melirik tajam seolah sedang marah.
"argggh arghhh"
Akupun terdiam sembari melihatnya.
Dina:" Cah do ra nduwe toto kromo!!!" bentak Dina
(anak tdk punya sopan santun)
Sontak aku kaget bukan main, tapi tidak dengan teman-temanku.
Temanku yg berada di kos Dante saat itu adalah anak Luar Pulau yang kurang bahkan tdk paham dengan bahasa Jawa.
Dan Dina??? what! dia anak pulau K yang tdk bisa sama sekali berbahasa Jawa.
Dan malam ini benar-benar malam aneh.
Krn Tubuh Dina terisi oleh Jiwa lain.
Luna :"Dia bilang (kita) anaknyg tdk punya sopan santun".
Dante :" Memang kita kenapa?"
tanya Dante yg memang blm paham apa yg sebelumnya terjadi.
teriak Dina lagi.
(pergi kalian dari sini! Anjing semua!)
Luna :"Wonten menopo sih Buk? Kulo kalih rencang-rencang sedoyo nyuwun ngapunten menawi gadah salah"
(ada apa to buk, saya &teman2 minta maaf kl ada salah)
Mereka tidak paham.
(km tau tdk kl teman2mu itu tdk punya sopan sama sekali)
"Manggoni omahku ora kulanuwun! Teko pisan malah maksiat"
(Menempati rumahku tdk permisi! Datang langsung bikin ulah maksiat)
Karena di adat Jawa, pindahan rumah selalu ada "unggah ungguhnya".
Dan maksiat yang dimaksud, aku sangat paham.
(baik bu, saya mengerti. Saya akan bilang ke teman2)
Dante pun berinisiatif untuk memanggil mas Slamet.
Mas Slamet adalah salah satu senior di kampus Langit.
Dia mendalami ilmu kebatinan dan menjadi pengajar seni bela diri di kampus.
Ketika Dina masih meraum2, teman teman menatapku dengan tatapan penuh tanya.
Dan akupun menjelaskan.....
Aku ngeri sekaligus kasihan melihat wajah Dina.
Dan akhirnya
Mas Slametpun datang.......
bentak mas Slamet ke Dina
(ada apa ini. Keluarlah sendiri, atau kupaksa untuk keluar)
Dina hanya mengerang
"arggh argghh"
Kemudian Mas Slamet menekan jempol.kaki Dina dan Mas Budi menekan kepala.Dina.
Sambil membaca ayat2, tubuh Dina menggelinjang.
Ada aku, Neta, Dante, Ilyas, Wendi, Mas Slamet, Mas Budi dan Dina di dalam kamar.
ucap mas Budi sambil melirikku.
Mas Slamet :" Sante wae, kae angel dileboni"
(santai saja, dia susah kerasukan)
jawab mas Slamet sembari menatapku tajam.
Karena aku percaya akan perlindungan Tuhanku.
Waktu menunjukkan pukul 01.45 dan Dina belum tersadar.
Sampai akhirnya aku merasakan ada angin berhembus masuk ke dalam kamar, namun angin itu kurasakan begitu panas.
Noel:" Iya Lun, di luar juga panas bukan main." sahut Noel lirih.
Aku memilih untuk menghisap rokok supaya lebih santai.
Wendi dan yang lainnya menyusulku keluar.
Hanya tersisa Mas Slamet, Mas Budi, Dina dan Dante saja di dalam kamar.
Mereka pamit pulang.
Sosok yang merasuki Dina sudah keluar.
Kami merasa lega sekali dan berpikir bahwa ini sudah selesai.
Namun...
Dante menceritakan apa yang terjadi sesaat sebelum sosok itu keluar dari tubuh Dina.
Teman teman sudah mempersiapkan "sesajen" yang diminta oleh sosok Ibu itu.
Bunga
Buah Apel
Ayam Ingkung (ayam yang dimasak utuh)
Dan kata Dina, sesajen itu harus diletakkan di ruang pojok belakang tanpa lampu itu.
Setiap malam sekitar pukul 8/9, Dina selalu kerasukan sosok itu lagi.
Meskipun mereka sudah berdoa dan mengucap "salam". Rupanya hal itu tidak membuat gangguan berhenti.
Pernah suatu ketika, "Dina" meminta segala macam jenis buah yang ada, dan ingin memakannya di tempat lain.
Bagaimana tidak, uang saku mereka habis hanya untuk membeli 'sesajen' sosok tsb.
Dan ternyata sosok tsb adalah sosok yang suka iseng.
Pada akhirnya, teman-teman memutuskan untuk pergi dari rumah tsb. Mereka berpikir, daripada tinggal di situ tetapi tidak nyaman.
Dari sini kita dapat mengambil intisari nya.
Bahwa dimanapun kita berada, kita harus tetap mengedepankan "sopan santun".
Entah dengan sesama manusia, maupun dengan makhluk lain yang hidup berdampingan dengan kita.
:)