Thread by @Azmiabubakar12

Orang Tionghoa dan Jawa bahu membahu mendirikan Universitas Diponegoro, kampus kebanggaan masyarakat Jawa Tengah.

Sebelum menjadi milik negara, Univ. Diponegoro bernama Univ. Semarang.
Akhir 1950an, hadirnya Univ. Semarang adalah jawaban tepat bagi kebutuhan Jawa Tengah.

Saat itu Jawa Tengah menghadapi persoalan tingginya jumlah pengangguran. Satu sebabnya krn rendahnya kualitas angkatan kerja, akibat kurangnya perguruan tinggi. Hamya yg mampu dpt menempuhnya, itupun harus merantau ke luar Jateng
Guru Besar rela tak bergaji, bahkan menyumbang.

Dengan biaya yg dikumpulkan dari sumbangan pribadi kalangan orang Jawa & Tionghoa yg tak terhitung banyaknya, disertai semangat bahu membahu, berdirilah Univ. Semarang.
Tidak sedikit diantara tenaga pengajar rela tak bergaji, a.l Mr Ko Tjay Sing (Guru Besar) dan Mr Han Bing Hoo

Prof Ko Tjay Sing, pengacara sangat terkenal, lulusan Leiden, 1928.

Tahun 1961, senat menyepakati universitas menjadi negeri dan namanya mjd Univ. Diponegoro.
Wajib diingat, jika kampus ini, berdiri diatas tanah milik hartawan asal Semarang, yaitu Oei Tiong Ham. Dahsyat kan?

Di satu artikel, kami menemukan jejak aktifitas Dewan Mahasiswa Univ. Semarang, pada 30 Nopember 1957, ketika menyelenggarakan 'modeshow'.
Dalam lomba ini, pemenangnya adalah Go Koei Lan untuk pakaian olahraga, Njoo Tjian Nio untuk pakaian sekolah, Njoo Mang Fang untuk pesta.

Jasa2 para pendiri Universitas Diponegoro, tidak hanya penting bagi keluarga besar Undip, tapi juga bagi bangsa.
Sumber:
1. Star Weekly, 14 Des 1957
2. Oei Tiong Ham Concern
2. Dari Universitas Semarang ke Universitas Diponegoro, 1984.
Koleksi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa.

Prof. Ko Swan Sik, putra dari seorang tokoh pelopor Univ Diponegoro Prof Ko Tjay Sing. Beliau kini bermukim dan mengajar di Belanda.
Foto bersumber dari kawan baik Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, Dr Yu Un Opposunggu (berdiri disamping Prof Ko)