Biasanya pertanyaan begini arahnya mau ngatur hidup saya untuk hal hal yg tidak essensial.
Jawaban saya kepada siapapun yg bertanya begitu adalah:
"Kalau akal saya lenyap, begitu jg lenyap kewajiban saya untuk beriman!"
Smg faham betul apa inti jwbn itu
Alhamdulillah sampai saat ini saya masih beriman dan insya Allah semakin mantap.
Meskipun demikian jangan harapkan saya pernah menjadi pengikut pemuka agama gadungan bermental kriminal, tanpa akhlak dan tanpa ilmu.
Semoga sedikit tulisan dibawah bisa dinikmati bagi mereka yg sedang punya banyak waktu luang dan ingin memperkaya pandangan spiritualnya saat kita dianjurkan berada dirumah saja.
Saat berlangsung PD II,..
Ribuan tahanan sangat bersedih melihat remehnya kesalahan anak itu dan beratnya hukuman yg harus dia terima.
Tetapi tentara Nazi Jerman yg akan menghukum mati anak itu menolaknya.
Justru agar semua menyaksikan, para tahanan, semuanya dikeluarkan dari sellnya,
Akhirnya para tahanan, berdoa bersama pada Tuhan agar anak itu di selamat kan. Mereka awalnya beroa dg bergumam dan selanjutnya lebih keras dan lebih keras dan histeris sambil
Tentara Jerman tidak peduli dg itu semua, terus melakukan eksekusi itu dan melilitkan tali ke leher anak itu dan menendang kursi tempat anak itu berdiri di tiang gantungan.
Dan...... setelah ribuan orang yg berdoa, Tuhan juga tidak mengabulkan doa yg dilakukan dg bersungguh sungguh.
Kita juga menyaksikan bagaimana ketika Amerika akan menyerang Afghanistan yg saat itu diperintah oleh Taliban, di mesjid mesjid kita bersama berdoa agar
Demikian juga ketika Amerika mau masuk ke Iraq, kita semua berdoa, mungkin lebih dari satu milyar manusia berdoa...
Lagi lagi doa milyaran manusia tidak dikabulkan.
Waktu pemilihan umum juga jutaan manusia berdoa dg pengeras suara Toa yg menggetar getar langit, dan hasilnya anda lihat sendiri.
Seorang anak muda yg kawin dg istrinya setelah sekian tahun menunggu kedatangan bayi dan
Masya Allah!
Semua kejadian di atas seharusnya menjdkan kita berpikir bgm seharusnya kita berhubungan dg Tuhan dg cara yg lebih masuk akal?
Apakah kita tidak sadar bahwa kita boleh punya rencana,
Tuhan sudah memutuskan agar diri Nya tidak terlihat dan Dia menginginkan kita mengatasi persoalan kita dg menggunakan akal dan pikiran kita serta
"Saya muslim yg mendahulukan akal dari semua yg lain. Saya beriman juga karena saya berakal. Insya Allah saya tidak akan pernah, secara sadar menomor duakan akal saya.".
Semoga Allah swt selalu membukakan hikmah dari setiap peristiwa yg kita alami dan menjadikan kita semakin dekat dg keridloan Nya.
.
Tulisan:
Mustafa Husin Baabad
Meski mengesankan menomorsatukan akal, perlu diingat akal ini dalam definisi yg tidak sempit.
Sy percaya bhw keimanan thd hal gaibpun didasari oleh silogisme yg masuk akal.
Tafsir ini memiliki dasar dr ayat al quran maupun hadits. Tp sy tak berhak mengklaim kebenarannya.