Gangguan Ummu Sibyan
———————————————

Sebuah kisah gangguan yang dialami ibu saat hamil sampai mempunyai bayi

@bacahorror @ceritaht #bacahoror #threadhorror

Sumber gambar : blogger gambar seram Image
Tahun ketiga pernikahan, pertanyaan 'kapan hamil' terasa menjadi momok seram bagiku. Berbagai hal telah kulakukan untuk mendapatkan keturunan.
Mulai dari meminum jamu-jamuan herbal, kurma muda, meminum air tetesan embun yang ditampung di bawah genteng, hingga berbagai dokter dan bidan telah kudatangi untuk konsultasi.
Namun, tetap tak ada hasil. Padahal, tak ada masalah kesehatan atau reproduksi yang menganggu pada aku dan suami. Semua terlihat normal bahkan tergolong subur.
Untuk itu, suami memintaku berhenti bekerja agar tidak terlalu capek. Sebab kata dokter bisa jadi karena terlalu lelah membuat hormon jadi tak tentu.
Meski tak rela, aku pun pasrah menurutinya. Apalagi desakan dari ibu mertua yang ingin segera menimang cucu, membuatku mengalah pada keadaan.
Usia mertua yang mulai senja, memaksanya tak sabar untuk melihat keturunan dari suami. Hampir tiap hari ia mengunjungiku, bahkan menentukan makanan dan gizi yang bagus untuk kami berdua.
"Disa, jangan terlalu banyak makanan berminyak. Nggak bagus! Disa kamu nggak beli buah? Buah itu penting untuk tubuh, jangan kebanyakan kripik dan micin!"
Aku hanya bisa menelan semua ocehannya dengan ta'dzim.
Risih rasanya, apalagi cerewetnya. Namun, suami selalu meredamkan amarahku agar lebih bisa menerima. Aku hanya bisa melengkungkan senyum ketika dilarang dan disuruh ini itu oleh ibu mertua.

***
Satu tahun berlalu. Aku bahagia ketika mendapatkan garis dua di alat testpack yang sedang kupegang. Kututup mulut dengan tangan seakan tak percaya. Penantian selama empat tahun rupanya tak sia-sia.
Tangisan haru bahagia menyelimuti aku dan suami pagi itu, ia memelukku erat dan menghujani keningku dengan kecupan bertubi-tubi. Tak sabar rasanya memberitahu keluarga tentang kabar istimewa ini.
Orang yang paling bahagia tentunya adalah Ibu mertua, bahkan saking bahagianya ia seperti kehilangan napas saat kusodorkan hasil tespack padanya.
Ia melompat kegirangan seperti anak kecil, saat itu juga ia segera membeli jajanan pasar untuk 'bancaan' ( syukuran ) kepada tetangga sekitar.
Cibiran dan nyinyiran tetangga kali ini telah kupatahkan, asumsi mereka tentangku yang mandul selama ini, nyatanya hanya sekedar isu. Kusunggingkan senyum merekah seakan meledek. Yah, hari ini aku menang!
Bulan pertama, kulalui dengan kesusah payahan. Morning sickness, geliyengan dan mual, tak pernah terlewat tiap harinya. Bahkan saat makan pun selalu kumuntahkan kembali.
Badan terasa lemas seperti orang sakit. Terkadang pusing tak tertahan membuatku malas beraktivitas.

Hingga bulan kedua, masalah ini masih menganggu. Kulalui semua dengan perasaan ikhlas, menikmati hari-hari trimester pertama meski terasa begitu berat.
Namun, saat bulan ketiga aku sudah mulai terbiasa dan lebih kuat. Kujalani aktivitas seperti biasa tanpa terganggu keadaan.

Untuk itu, kuminta ijin suami kembali bekerja di pabrik benang. Awalnya ia tak mengijinkan,
tetapi alasanku yang merasa bosan saat sendiri di rumah, membuatnya mengiyakan keinginanku. Toh, jam bekerjanya juga selalu sama. Sebab tak ada shift bagi buruh wanita, dimulai pukul 8 pagi sampai 4 sore.
"Nanti kamu berangkat dan pulangnya gimana Disa? Mas 'kan juga harus kerja," keluhnya dengan nada khawatir.

"Aku bisa sendiri, Mas. Dulu 'kan juga begitu," tepisku memantapkan. Ia pun akhirnya mengangguk pasrah.
Semua terlihat berjalan normal tanpa kendala. Kesibukan bekerja membuatku lebih sehat dan bugar. Berat badanku mulai naik seiring berkembangnya janin. Kata dokter ini awal yang baik, harus bisa mempertahankan keadaan ini sampai bulan-bulan berikutnya.

***
Suatu sore di pabrik, mesin tetiba macet, membuat pekerjaan jadi agak melambat. Jam pulang pun bergeser satu jam dari biasa.

Pukul lima sore, kami para buruh pabrik baru bisa berhamburan ke luar. Aku mendengus lesu, mengangkat tangan kiri untuk melihat jam di pergelangan tangan
Waktu yang kubutuhkan sampai rumah adalah setengah jam. Siratan warna oranye di langit sudah mulai menyembul menandakan akan beralihnya waktu.
Dengan mengendarai motor matic, kupacu kuda besi ini sedikit cepat, mencoba menyalip waktu agar belum sampai maghrib bisa sampai di rumah. Lagipula, aku tak mau Mas Wahyu khawatir menungguku yang tak kunjung pulang.
Tatkala melewati makam desa, aku sedikit bergidik. Suasana senja yang sepi dan lampu redup temaram, membuat bulu kuduk meremang. Tengkuk terasa dingin seperti ditiup dari belakang. Pekikan suara burung malam menggema dan terasa berputar-putar di atas kepala.
Kurasakan sedikit janggal ketika beban motor terasa berat, meski kucoba menekan gas lebih dalam, nyatanya tak mampu memacunya lebih cepat.

Aku menoleh mengedarkan pandang, tak kutemukan siapa pun di jalanan lenggang ini.
Suasana mendadak hening, bahkan suara spiker masjid yang tadi bertalu-talu melantunkan syi'iran, seperti lenyap begitu saja. Ditambah dengan merebaknya harum kamboja yang begitu menyengat, menambah sempurna kehororan sore ini.
Aku terpekik kaget saat menemukan sosok perempuan duduk di boncengan belakang dari kaca spion. Rambutnya beruban panjang menutup wajah, dengan pakaian putih lusuh.
Irama napas mulai kembang kempis, kenapa tak ada seorang pun yang lewat saat ini? Mataku membelalak saat kurasakan perutku dicengkeram dari belakang. Sakit!
Aku berteriak sekuat tenaga, Kedua tangan yang mencengkeram setir kemudi terasa basah oleh keringat dingin. Kutekan kembali gas lebih cepat dan dalam. Namun, sepertinya ban motorku berputar cepat di tempat itu tanpa bisa melaju, bahkan seperti melayang.
Pikiranku pun melayang entah kemana, kupejamkan mata erat, berharap semua ini hanya imajinasiku saja. Hingga saat kubuka mata kutemukan diriku sudah berada di kasur kamar sendiri.
tergopoh Mas Wahyu–suamiku–mendekat, memberondongiku dengan banyak pertanyaan. Aku pun bertanya balik kenapa aku bisa sampai di sini. Padahal, tadi masih berada di atas motor.
Katanya, warga yang pulang dari musholla sehabis maghrib, menemukanku terkapar di depan pintu makam bersama motor. Beruntung ada yang mengenaliku, segera mereka menghubungi Mas Wahyu.
Ia bersyukur tidak terjadi apa-apa padaku, terlebih kandunganku. Bayi impian kami.

***

Malam hari, kurasakan desakan di kandung kemih meminta untuk dikeluarkan. Aku terbangun mengerjapkan mata untuk bersiap,
saat itu pula samar kulihat bayangan seseorang berada di pojok tepi kasur. Apa aku berhalusinasi?

lampu kamar yang kumatikan membuat pandangan kurang fokus. kugosok pelan mata agar memperjelas pandangan.
Aku tersentak kaget ketika kudapati sosok wanita dengan mata satu merah melotot dan senyuman menyeringai menatap tajam. Di kepalanya terdapat tanduk seperti kerbau.
Kugoyangkan tubuh suamiku kasar untuk membangunkannya. Sontak ia terduduk cepat. Namun, sosok itu hilang begitu saja ketika akan kutunjukkan pada suami.
Rasa percaya yang tinggi membuat Mas Wahyu mengiyakan segala yang kuceritakan. Ia menenangkanku sembari mengusap punggungku halus. Tak lupa berjanji akan selalu melindungiku.

***
Pagi hari, saat akan pergi bekerja, Mas Wahyu menaburkan 'uya grosok' ( garam kasar ) di sudut-sudut rumah, kepercayaan ini ia dapatkan dari orang tuanya yang bilang bahwa hal ini mampu mencegah datangnya makhluk gaib agar tak lagi mengganggu.
Tak lupa diselingi dengan bacaan-bacaan Kalam Ilahi untuk meminta perlindungan.

Namun, gangguan itu belum selesai. Bahkan semakin intens. Hampir tiap hari wanita itu selalu datang.
Pernah saat maghrib kulihat sosok itu merayap seperti cicak dengan lidah menjulur panjang memutari dinding kamar cepat. Namun, hilang dalam gorden saat aku berjerit memanggil suamiku.
Begitu pun malam-malam selanjutnya, ketika Mas Wahyu pergi ke musholla, aku sedang asyik memainkan ponsel di atas sofa ruang tamu, tetiba angin berdesir lewat mengibaskan rambutku pelan.
Kuterdiam sebentar, melirikkan mata mengitari ruangan tanpa bergerak. Bagaimana bisa ada angin masuk begitu saja. Padahal, semua pintu dan jendela sudah kututup.
Aku tersentak kaget saat menyusuri pandang ke arah jendela, kutemukan wajah seram wanita itu lagi, berdiri menatap dari luar jendela. Tangannya menempel di kaca, menimbulkan decitan suara kuku panjangnya yang beradu dengan media kaca.
Kedua tanganku sigap menutup telinga, Tubuh mundur perlahan dan meringkuk di pojok sofa, dengan mata terpejam.

Teriakanku keras saat merasakan sebuah sentuhan di tangan.

"Kyaa!"
"Disa! Kamu kenapa?" Entah sejak kapan Mas Wahyu sudah ada di depanku. Bahkan suara ayunan daun pintu yang terbuka tak kurasakan sebab kengerian suasana.
Pernah pula saat sore hari sepulang kerja, karena lelah sangat aku tertidur tanpa membasuh tangan dan kedua kaki terlebih dahulu. Kurasakan tubuh seperti terkunci, tak bisa digerakkan meski raga terasa bangun. Bahkan untuk memanggil suami lidahku terasa kelu.
Perlahan kudapati sosok itu berada tepat di atas memelukku erat. Napas tersengal berusaha melawan, keringat meluruh membasahi tubuh. Hatiku sudah menjerit keras tetapi tidak dengan mulutku.
Aku hanya bisa menatap pemandangan mengerikan itu tanpa bisa beranjak pergi. Beruntung Mas Wahyu datang ketika makhluk itu hampir mencengkeram perutku. Lagi-lagi sosok itu hilang begitu saja.

***
Semakin lama mata batinku seperti terbuka, terkadang seperti kulihat beberapa anak kecil berlari-larian di dapur rumah saat malam hari. Suara cekikikan mereka terasa sangat mengganggu.
Tidak hanya itu, pernah pula aku terhentak kuat saat melihat sosok hitam besar menempel di langit kamar mandi. Matanya merah menyala dengan seringai tajam, membuat tubuhku lemas seketika menatapnya.
Aku jatuh terduduk dan berteriak keras saat itu juga.

Mas Wahyu sangat mengkhawatirkan kondisiku, kami sampai melakukan USG memastikan keadaan kandungan setelah jatuh, takut jika terjadi apa-apa.
Bertambah bulan aku terlihat kurus, di bawah mata membentuk cekungan dalam layaknya mata panda, seakan merasa tersiksa dan tertekan. Dokter sampai mengingatkanku berkali-kali agar jangan terlalu stres, sebab berbahaya bagi kandungan.
Untungnya ragaku masih kuat menampung bayi yang terlihat sehat saat di check.

Aku selalu menangis mengeluhkan kesahku pada Mas Wahyu, tiga bulan sudah aku selalu diteror makhluk tak kasat mata.
Aku memutuskan untuk resign dari pabrik, sebab selalu tak fokus dan terlihat sering linglung saat bekerja. Hingga akhirnya dapat peringatan dari atasan.
Desusan tak enak dari tetangga kembali merebak, mereka menertawakanku sebab terlalu sesumbar saat mendapati hamil. Mereka mengira aku hanya 'ngalem' ( manja ) Terlalu parno dengan pemikiran tak logis.
Andai mereka tahu apa yang kurasakan, tak mungkin seenaknya saja berkata demikian. Padahal, aku benar-benar sedang berjuang menghadapinya.
Ibu mertua sangat memperhatikanku, kurasakan kasih sayangnya begitu kuat saat ini. Ia rela melayaniku tiap hari, selalu menguatkan dan memberi semangat. Tak lupa ia menepiskan semua omongan tetangga, ia berkata semua akan indah pada waktunya.
Berkali-kali Ibu menyarankan Mas Wahyu untuk menemui orang pintar, tetapi kesibukannya bekerja membuatnya menunda-nunda usul Ibu.
Kini di usia kandungan yang hampir tujuh bulan, saat Pak De Yusuf mengunjungiku. Kuceritakan semua yang kurasakan. Aku hampir lupa jika Pak De adalah orang yang mempunyai ilmu tentang hal-hal mistis.
Ia berkata bahwa wanita penganggu itu adalah Ummu Sibyan, sosok yang memang suka menganggu ibu hamil dan bayi di bawah dua tahun.
Bisa jadi semua karena kejadian di makam waktu itu, sebab ibu hamil memang pamali keluar rumah saat senja.

Untuk itu, ia menyarankan agar melawan ketakutanku sendiri, tak lupa ia berpesan untuk menutup rapat-rapat jendela dan pintu pada waktu maghrib,
juga mewanti-wanti untuk membawa benda tajam seperti gunting atau peniti di sekitarku di mana pun berada sebagai pegangan. Ia juga memberiku sebuah gelang dari tali putih yang sudah dibacai mantra yang entah apa.
Tiap malam, meski dengan perasaan was-was aku diminta untuk salat malam dan mengaji. Awalnya aku sangat ketakukan. Bahkan merasa tak khusyuk sama sekali, sebab kecemasan yang luar biasa.
Dengan sabar Mas Wahyu selalu menemaniku, hal ini membuatku terasa sedikit nyaman. Hingga akhirnya semua kekhawatiran itu hilang dan terbiasa dengan sendirinya. Aku mulai bisa tenang beribadah.
Perlahan di usia kandungan delapan bulan, gangguan itu mulai mereda. Aku sangat bersyukur mempunyai suami seperti Mas Wahyu. Betapa telatennya ia menguatkan dan menyandingiku.
Rasa syukur dan bahagia kini rasanya semakin lengkap tatkala aku bisa melahirkan dengan sempurna, seorang bayi laki-laki mungil telah hadir dalam hidup kami.
Sesaat setelah lahir, dokter segera memberikan bayi kami pada Mas Wahyu untuk diadzani dan diiqomahi agar tak didahului setan. Buliran bening di pelupuk mata tak terbendung lagi memaksa untuk keluar. Aku begitu terharu dengan pengalaman yang luar biasa ini.
Mas Wahyu didampingi Ibu, menggendongnya dengan amat hati-hati, ia tersenyum menatapku lalu memiringkan wajah buah hatiku agar bisa kutatap.
"Lihat, Disa. Dia mirip sekali dengan kamu," ucap Mas Wahyu lembut membuat air mataku semakin meleleh dan tumpah ruah membanjiri bantal.

***
Nifas yang panjang setelah melahirkan, membuatku tak bisa beribadah. Rupanya gangguan itu muncul lagi, saat itu aku lupa akan pesan Pak De untuk menutup jendela kamar saat menjelang malam. Bahkan jemuran baju bayi di luar rumah lupa kuangkat.
Ibu pun sedikit mengomeli keteledoranku. Namun, tetap sabar mendampingi dan membantuku mengurus bayi.

Kali ini gangguan menyerang bayiku. Tiap malam ia selalu menangis jejeritan sambil membelalak menatap langit-langit kamar.
Ingatanku kembali pada sosok Ummu Sibyan yang sering kutemukan merayap di dinding.

Namun, sepertinya mata batinku sudah tertutup kembali. Aku tak bisa menemukan sosoknya tiap kali anakku menangis. Kami begitu khawatir akan keadaannya.
Meski sudah dibacakan ayat-ayat Alqur'an oleh Mas Wahyu, ia tetap seperti itu tiap malamnya. Bahkan badannya selalu panas ketika sore sampai menjelang subuh.

Pernah pula kutemukan ia menangis di bawah kasur dengan sendirinya. Sontak aku kaget dan heran.
Bagaimana mungkin bayi yang belum genap sebulan bisa menggeser tubuh, padahal di kiri kanannya sudah kuhalangi dengan bantal guling. Bahkan penghalangnya tak berubah posisi, masih tertata rapi di tempatnya.
Untuk itu, Ibu menyuruh Mas Wahyu agar menghubungi Pak De Yusuf. Ia menyarankan agar saat ia membelalak, usap wajahnya dengan air dingin sambil dibacakan beberapa ayat. Kemudian tiup ubun-ubunnya sampai berhenti menangis.
Lantas tengkurapkan bayi agar tak bisa melihat apa yg ada di atas.

Hindarkan ia untuk menatap plafon, dan jangan lupa memberi benda tajam di sekitar bayi sebagai perlindungan.

Tak lupa ia memberi sebotol air yang sudah diberi do'a untuk diminumkan pada bayiku sebelum maghrib.
Ia juga menyuruhku untuk mengusap buah d*d*ku dengan air tersebut sebelum memberinya ASI, sembari melantunkan do'a-do'a atau halau dengan ucapan seperti, "Wahai Ummu Sibyan, pergilah kau keluar dari rumahku dan jangan ganggu anakku."
Kini aku hanya bisa menyenandungkan sholawat di sampingnya, sebab nifas yang masih menghalangi. Aku hanya bisa berharap, semoga gangguan ini segera berakhir.
Sebuah perjuangan panjang untuk memiliki bayi. Mungkin, semua yang telah terjadi ini adalah jalan agar lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Dan aku bersyukur, sebab akan menjadi kenangan tak terlupakan sepanjang hidupku.

SEKIAN.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with lely rosyidah

lely rosyidah Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @lely_rosyidah

13 Dec
Puspo Arum

Sepenggal kisah kuntilanak dalam keris.

@bacahorror @ceritaht
#bacahorror

Sumber gambar : jatim times
Hari ini, saat senja menampakkan keindahan warnanya, gabungan indah antara oranye dan kelabunya awan menjadi saksi pernyataan kisah cintaku dengan Mas Dharma. Diiringi dingin angin semilir pegunungan Kani, menambah kesan dramatis peristiwa ini.
Kami dalam perjalanan pulang dari Pesarean gunung Kani. Di dalam mobil sport putih aku duduk di kursi depan sebelah kemudi, menopang daguku memandang keindahan kota Madang, hijab unguku berkibar mengalun-alun seiring hembusan angin, menerpa wajahku yang hitam manis.
Read 104 tweets
13 Dec
👨 : "Bro, kenapa ya akhir-akhir ini aku merasa istriku tak lagi secantik dulu, tak sexy, tak menggairahkan."

👦 : "Jangan-jangan kamu ada main sama wanita lain, ya?"
👨 : "Nggak lah, cuman aku merasa lebih bergairah jika melihat wanita lain, tuh istri tetangga baru kita beniiing banget, beruntung banget lah itu suaminya."
👦 : "Itu karena kamu tiap hari melihat istrimu, secantik dan setampan apa pun pasangan, bila disuguhkan pandangan yang sama setiap hari pasti akan terasa pudar."

👨 : "Ah, masak sih? Padahal istriku udah kupenuhi dengan segala make up dan skin care yang bagus loh.
Read 6 tweets
30 Nov
Sesal Tiada Arti

*Short story*

Kutertawa sendiri memandangi layar ponsel di genggaman tangan. Membaca komen dari kawan-kawan di grup aplikasi hijau, saling berbalas dengan candaan yang semakin seru. Mood-ku tetiba hilang saat Fitri, anak semata wayangku
yang berusia tiga tahun merengek di sebelahku. Ia meminta makan, padahal baru sejam yang lalu aku baru menyuapinya. Dengan wajah kesal kuambil roti sobek cokelat di atas nakas sebelah ranjang.
Lantas, melanjutkan aktivitasku mengintip obrolan. Sebab, aku tak mau ketinggalan jauh, sembari kembali merebahkan diri di kasur.
Read 8 tweets
25 Nov
Penghuni Pabrik Rokok

Kisah gangguan yang dialami seorang security pabrik rokok
.
.
A thread

@bacahorror @ceritaht #bacahoror #bacahorror #threadhoror

*gambar hanya pemanis, comot dari google* Image
Tiga bulan sejak di PHK dari pabrik kemasan, aku mulai berusaha mencari pekerjaan baru. Namun, hingga sampai saat ini aku masih juga menjadi pengangguran. Uang pesangon yang hanya 15 juta nyatanya sudah hampir habis.
Namaku Fendy, lelaki 30 tahun. Istriku adalah seorang guru sekolah swasta yang gajinya nggak sampai sejuta. Aku tak mempermasalahkannya, karena bagiku menjadi seorang guru adalah sebuah tugas mulia, apalagi istriku sangat menyukai anak-anak.
Read 56 tweets
11 Nov
Tumbal Janin

Seorang gadis yang rela menikah dengan sahabat sang ayah, demi baktinya untuk membayar hutang ayahnya, hingga ia harus rela kehilangan janin yang belum sempat dilahirkannya untuk dijadikan tumbal.

A thread

@bacahorror #bacahorror
Malam ini dengan jengkel tapi pasrah aku menuruti keinginan ayah untuk menikah dengan lelaki tua itu, dia sudah beristri dan mempunyai seorang anak lelaki yang sebaya denganku.
Yah ... Aku akan menjadi madu untuk istri pertamanya.
Aku Ani, bulan agustus ini umurku memasuki usia 19 tahun, kulitku kuning langsat, rambut sedikit ikal dan badanku lumayan berisi dengan tinggi yang lumayan semampai, hidungku tak begitu mancung dan ada tahi lalat di sisi kanan nya, kata Ibuku tahi lalat di hidung adalah
Read 263 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!