HARI sudah mulai gelap ketika kendaraan yang ditumpangi Yuli melewati kota Jember. Sebelum tengah malam, dia menargetkan bisa sampai di pusat kota Malang. Kalau harus melewati jalan biasanya, kemungkinan lepas tengah malam dia baru sampai di kota tujuan.
"Coba lewat jalan tembusan ya dek?" Mas Anto yg duduk di kursi kemudi menawari Yuli agar bisa mempersingkat jalur. Karena kurang paham dengan rute jalan,Yuli hanya mengangguk saja.Di sebelahnya Riki, tertidur pulas. Bocah itu sepertinya memang sudah menahan kantuk sejak berangkat
Jalanan aspal yang awalnya ramai kini mendadak sepi. Mobil yg dikendarai mas Anto kini hanya tinggal beriringan dengan sebuah mobil panther di depanya. Sampai di sebuah persimpangan, mobil panter itu memilih berbelok ke kanan. Sedang mas Anto membanting setir ke arah kiri
"Kata Temenku lewat sini dek, " mas Anto kembali menjawab sambil melirik ke luar jendela yang mulai gelap. Yuli menjawab pelan lalu melirik ke luar jalan. Aspal mulai menciut. Kini hanya seukuran satu mobil saja. Pepohonan Tanjung melambai lambai di sepanjang jalan
Sekitar lima menit berjalan, suasana jalan terasa semakin gelap. Tak ada satu pun kendaraan yang berpapasan dengan Mobil Mas Anto. Mata Yuli nyaris tak bisa menangkap apapun selain jalan yang disinari lampu mobil. Di depan tiba2 tampak sebuah bangunan bercahaya.
Semakin dekat, terlihat ternyata itu adalah sebuah bangunan masjid.
"Dek,aku istirahat sebentar ya. Gak kuat, ngantuk" kata Mas Anto.
"Ya udah mas, aku mau sekalian solat sama ke kamar mandi." sahut Yuli.
mobil pun kemudian menepi. Ada sebuah bangunan mirip aula kecil.
Bangunan itu ada tepat di pinggir jalan. Masjid yang tadi terlihat berada sekitar 50 meter di belakang aula. Mas Anto langsung turun dari mobil panter lalu merebahkan badan di dalam bangunan aula setengah jadi. Riki masih terlelap di jok belakang. Yuli kemudian turun dari mobil
Sebelum turun Yuli mendengar sayup2 suara orang sedang berbincang-bincang. Dia mengira ada banyak orang yang sedang berkumpul atau mengaji di masjid. Yuli lalu menyusuri jalan kecil yang ada disamping aula. Pelan-pelan dilewatinya jalan setapak kecil yang basah.
Sambil berjalan,Yuli melihat ke kanan dan kiri.Nyaris tidak ada rumah sama sekali. Sejauh mata memandang hanya gelap yg terlihat.Yuli membatin,siapa yg akan solat di masjid jika tidak ada satu rumah warga pun yang terlihat.Begitu sampai di depan masjid, Yuli tak melihat siapapun
Masjid itu kosong. Hanya cahaya lampu berwarna kuning telur yang menerangi. Yuli mengelilingi masjid, tapi tak menemukan satu pun orang di bangunan ber cat putih itu. Yuli lalu pergi menuju kamar mandi masjid yg ada di dekat sungai kecil di samping masjid.
Tak ada lampu penerangan di sana. Hanya sedikit pantulan cahaya dari masjid. Yuli ingin mencuci muka dan buang air kecil di sana. Sebenarnya tempat itu tak cocok disebut kamar mandi. Lebih tepatnya adalah sungai yg dikelilingi sedikit tembok.
Dengan hati2 Yuli mencari bagian sungai yg agak dangkal agar bisa jongkok dan buang air kecil. Dilihatnya atap kamar mandi yg berlubang dan langsung menghadap langit. Tiba-tiba terdengar ada suara banyak langkah yg mendekat. Suaranya seperti rombongan ibu-ibu yg melintas
Yuli bergegas berdiri, melongokan kepalanya keluar dinding kamar mandi. Tapi lagi-lagi kosong. Tidak ada apa-apa. Hanya jalanan kosong dan angin dingin semilir yang lewat.
'Wah gak beres nih' batin Yuli. Dia lalu bergegas berjalan kembali ke arah mobil yg masih terparkir di jalan
Sepanjang jalan, Yuli melongok ke kanan dan kiri. Tidak ada satu pun orang yg ditemuinya. Dilihatnya jam di hp masih menunjukan pukul 19.30. Yuli mempercepat langkah kakinya. Sesaat angin yg tadi berhembus mendadak berhenti. Mobil sudah terlihat, setengah berlari Yuli menghampiri
Dibukanya pintu tengah mobil. Riki masih tidur meringkuk di dalam. Yuli langsung masuk dan menutup pintu mobil. Sambil mengatur nafas yg tersengal akibat berlari, Yuli merebahkan punggungnya ke jok mobil. Dia melirik suaminya yg masih terlentang tidur di halaman aula
Yuli berniat membangunkan suaminya setengah jam lagi. Sebelum kembali melanjutkan perjalanan. Yuli tak berani melihat sisi lain, semuanya memang tampak gelap. Tapi seolah ada yg mengawasi mereka bertiga dari berbagai sudut.
Yuli memilih memindahkan pandanganya ke langit2 mobil
Rasa kantuk tiba tiba menyerang. Dua kali menguap, Yuli sudah terbawa ke alam mimpi. Dia seolah tak bisa melawan rasa kantuk yang mendadak muncul itu. Di dalam tidurnya, Yuli kembali mendengarkan suara keramaian. Mirip suara yg dia dengarkan sesaat setelah mobilnya berhenti
Yuli membuka pintu mobil, kali ini suasananya tak lagi gelap. Malah ada banyak cahaya terang. Mobil mobil dengan berbagai jenis terparkir di depan dan belakang mobilnya. Yuli lalu melihat ke arah masjid. Ada banyak orang yang sedang duduk di atas tikar.
Cahaya terang dari lentera yang dipasang di tiang2 menyinari mereka. Yuli turun menghampiri Orang-orang yang duduk di atas tikar. kebanyakan dari mereka adalah orang tua. Dengan baju kebaya khas orang tua, lalu bagian bawahnya menggunakan jarik dan kerudung polos berkain tipis
Orang-orang itu duduk menatap satu sudut. Tak ada satu pun yang berbicara. Mereka seperti sedang mendengarkan ceramah dari sosok laki-laki yg berdiri di mimbar kecil. Yuli memandang heran orang-orang tua yang jumlahnya sekitar 150an orang itu.
Wajah mereka kosong menatap ke depan. Padahal tadi terdengar sekali suara merekaa berbincang-bincang.
"Nduuuk.. (Naak)"
Yuli menoleh kaget ke belakang.Ternyata ada dua orang wanita tua yang sudah berdiri di belakangnya.
"Ngggih bu, wonten nopo (iya bu, ada apa)" jawab Yuli gagap
"Awakmu kate neng ndi (kamu mau kemana?)" wanita tua yang rambutnya digerai bertanya kepada Yuli.
"Bade Teng Malang mbah (mau ke malang mbah)" Yuli berusaha kuat menjawab.
"Aku melu yo (aku ikut ya)" kini wanita tua yg berkerudung yg berbicara.
Yuli mulai merasa tak nyaman. Ada hawa tidak enak yg dia rasakan ketika dua orang tua itu berbicara. "Mboten mbah. Mobile pun sempit (tidak bisa mbah, kendaraanya sudah sempit) " kali ini Yuli perlahan berjalan mundur. Dipercepatnya langkahnya kembali menuju mobil
Dua orang wanita tua itu menyeringai menatap Yuli yang berjalan mundur ketakutan. Barisan gigi hitamnya terlihat jelas seperti mengetahui ketakutan Yuli. Dibelakang dua orang itu, ratusan orang tua lainya tiba2 sudah dalam keadaan berdiri dan memelotot ke arah Yuli
Cerita ini saya selesaikan malam ini. Mohon maaf, baru kali ini hp tiba2 macet padahal sudah nulis panjang. Ada yg berseliweran tapi hanya bayangan.
Bayangan orang-orang tua itu seolah terus mengejar. Yuli langsung melompat langsung ke dalam mobil. Ditutupnya rapat-rapat pintu mobil. Dilihatnya Riki yang masih tidur meringkuk.
Saat mata Yuli menoleh ke jendela disamping Riki, dia melihat nenek berambut panjang sudah berdiri disana.
Mulutnya seolah memberi isarat
"Aku melu"
Seketika Yuli menjerit kencang. Dipejamkan matanya sambil menutup telinga
Dan ternyata,kejadian itu hanya mimpi. Yuli terbangun dengan keringat membasahi punggunya. Riki masih tertidur di sebelahnya. Yuli lalu bergegas turun. Dia berlari ke aula kecil tempat Mas Anto tidur.
Dibangunkanya suaminya agar segera melanjutkan perjalanan.
"Ayo mas kita lanjut jalan. Perasaanku gak enak" ujar Yuli. Mas Anto terlihat bingung, dia langsung duduk sambil mengembalikan kesadaran
Yuli mengamati ruang aula kecil yang digunakan mas Anto tidur. Bangunanya setengah jadi. Ada bagian dinding belakang yang tampak belum utuh.
Di atasnya ada sebuah bungkusan janur yang berisi tangkai-tangkai padi.
Yuli mengamati benda mirip sesajen itu seksama. Dibawahnya ada ceceran bunga mawar segar yang tampak seperti baru rontok dari bunganya.Setelah kesadaranya cukup pulih, Mas Anto langsung berdiri. Dikeluarkanya HP dari sakunya, lalu menyalakan senter.
Yuli berjalan di belakang sambil memegangi kaos belakang suaminya. Tangan Mas Anto terus menyenteri jalan yang ada di depanya. Ketika mendekati mobil, tiba-tiba Yuli menjerit.
Dari cahaya HP suaminya, terlihat ada makam yang ternyata berjajar disamping jalan tempat mobilnya Parkir.
Jumlahnya tak hanya satu dua. Tapi ratusan dengan nisan yang ukuranya bermacam-macam. Makam-makam itu terlihat seperti makam baru.
Melihat pemandangan itu Mas Anto tampak ikut kawatir. Dia merasa ada sesuatu yg tidak beres dengan tempat itu. Tanpa berbicara ditariknya tangan Yuli agar segera bergegas masuk ke dalam mobil. Mas Anto langsung menghidupkan mesin mobil, Yuli memilih duduk dibelakang.
Ternyata Riki sudah bangun dalam posisi duduk seperti anak kebingungan. Wajahnya menatap bingung ke luar jendela.
Yuli mendekati Riki. lalu berusaha menutup jendela mobil disampingnya yang terbuka separuh.
"Nduuuuk (naaak)" Yuli mendongak mendengar seperti ada yg memanggilnya
"Aku melu.. (saya ikut)" kata suara itu lagi.
Yuli tersentak mendengar suara itu. Matanya melihat Nenek yang menggunakan kerudung sedang berdiri sambil tersenyum dibalik jendela. Mulut Yuli menganga kaku. Matanya menatap lekat wanita yang sempat muncul dalam mimpinya
Tubuh Yuli tegang. Baru setelah mobil melaju sekitar 15 meter, Yuli kembali tersadar. Tubuhnya langsung lemas bersandar di jok mobil. Sambil mengembalikan kesadaran,Yuli melihat ke arah spion.Lampu masjid dan aula yang tadi didatanginya mendadak mati. bayangan kembali hitam pekat
Mobil terus melaju, sampai setengah jam lamanya. Anehnya, Yuli tak melihat sedikitpun penampakan kampung atau pemukiman. Hanya deretan pohon cemara gunung yang berdiri rapat. 'lalu siapa yang solat disana' batin Yuli.
15 menit berselang, jalanan gelap panjang itu tak kunjung berujung. Mas Anto tampak mulai membaca ayat ayat suci. Sejak keluar dari Aula, Mas Anto tak mengeluarkan satu patah kata pun. Yuli mengikuti bacaan-bacaan yang dilantunkan Mas Anto.
10 menit kemudian baru tampak ada cahaya di depan.Mas Anto menancap gas mobil dengan kencang. Rupanya ada persimpangan.Begitu sampai jalan besar, Yuli dan Mas Anto terkejut. Jalan yang mereka tuju adalah jalan pertama yang mereka lalui.
Penanda jalan yang ada semuanya benar benar sama.Tanpa pikir panjang, Mas Anto mengambil jalur kiri. Dia memilih menggunakan jalur reguler yang memang biasa digunakan untuk menuju kota Malang. Di tengah jalan, keterkejutan mereka berdua sepertinya belum selesai.
Tak sengaja Mas Anto mendahului sebuah mobil panther.Ketika berada disebelah mobil itu, Yuli mengamati kendaraan itu lebih dekat. ternyata mobil itu adalah kendaraan yg sama dengan yg sebelumnya sempat berada di depannya ketika akan memilih jalur pintas diawal perjalanan
Selesai
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Mumpung malem selasa.
Waktunya begadang, sekalian bagi2 cerita mistis tipis2
Kejadian ini sdh lama, sekitar awal tahun 2000an. Kebetulan ada beberapa teman yg masih ingat kejadian ini jadi sekalian dikumpulin.
Waktu itu rasanya kalau ada orang mati muda atau mendadak mesti arwahnya bakal nggangguin orang2. Minimal menampakan diri di sekitar lokasi
Salah satunya cerita ttg kematian Mbak Santi. Langsung sja saya bagi ceritanya. Jadi waktu itu sedang rame2nya musim layangan. Anak2 SD, SMP sampe bapak2 semua main layang2.
DUA rantang nasi dengan isian lauk lengkap disiapkan Wati sejak pagi. Siang itu, suaminya, Anshori akan merantau ke pulau sebrang untuk mencari peruntungan. Masakan masakan terbaik dijejalkan Wati ke dalam rantang
Ada lele dan nila goreng. Sayung terong. Serundeng dan tempe bacem. Semuanya dimasak Wati sebaik mungkin agar suaminya bersemangat. Biasanya Anshori akan pergi tiga sampai enam bulan lamanya. Sampai proyek pembangunan gedung yang membutuhkan tenaganya selesai.
Cerita ini saya dapat setelah berbincang dengan salah satu juragan bisnis kuliner.Karena penasaran,saya mencoba menanyai apa resepnya sehingga bisa sedemikian sukses. Ternyata,alurnya cukup panjang.Selain perjuangan keras tentunya,ternyata ada cara yang tidak biasa yg dia lakukan
2014.
RUMAH tangga yang dibangung Wardoyo dan istrinya Sasmi terasa semakin panas. Di usia pernikahan mereka yang keenam, hubungan Wardoyo dan mertuanya terus bermasalah. Puncaknya ketika Wardoyo dan Sasmi harus rela tinggal di rumah bagian belakang.
Ini hari kedua Milo dan Devi mengikuti kegiatan pelatihan di Balai Perikanan. Besok pagi, puluhan siswa SMA yg ikut pelatihan sudah bisa pulang. Sore iti keduanya memilih untuk berjalan2 ke daerah Pantai. Warga setempat memanggilnya Pantai Tanjungan.
Lokasi pantai yang tersembunyi membuat Milo dan Devi betah berlama2 di sana.Cipratan air laut sore yg sejuk menjalar saat Milo merendamkan kakinya.Gadis SMA itu merasakan ada yg mengawasinya di balik pepohonan.Dia sempat menoleh tapi tak menemukan apa-apa selain daun ketapang.
AKU sama seperti remaja lainya yg tumbuh di tahun itu. Remaja desa, tak punya pekerjaan tetap. Uang apalagi. tapi ini bukan ceritaku. Ini cerita salah satu orang kaya di kampungku. Aku memanggilnya Pak Kuri.
Saat itu, Pak Kuri masih berusia 40an tahun. Masih gagah.
Pak Kuri punya usaha toko sembako. Tak banyak di Desa ku yang punya toko sembako. Hanya tiga orang. Bu Haji Mah, Wak Mustain dan Pak Kuri. Sisanya hanya warung2 kecil yg hanya menjual permen atau silet Tatra. Tak menarik pokoknya, terutama untuk remaja sepertiku.
"Las, ojo lali ngko bengi bar magrib kondangan neng Wak Aji. Mas Waras mbojo (Las jangan lupa nanti malam setelah magrib kondangan ke Wak Aji. Mas Waras menikah) " kata Rudi kepada Muklas yang sedang sibuk mengampelas kaki meja.
yang diajak berbicara seperti tak mendengar.
"Tenan loh Las, tak tunggu neng Wakaf karo arek-arek. (beneran loh Las, saya tunggu bersama teman2) " Rudi kembali mempertegas omonganya. Kali ini Muklas mengangguk, lalu membalikan badan meja. Mengampelas bagian dalamnya.